Saturday, 3 November 2012 - , , 4 comments

PELANGI DI WAJAHMU (bagian konflik serius)

Click it!
Siang ini, berbeda dari biasanya, Reno berjalan-jalan berkeliling sepulang sekolah. Tetapi seperti biasa, tetap dengan ditemani oleh kamera usangnya. Dan seperti biasanya juga, jepret sana jepret sini, tak tahu untuk apa. Tetapi di sini, sesuatu yang akan menjadi hal serius dalam cerita ini akan terjadi.
Tanpa Reno sadari, ketika ia memotret pemandangan-pemandangan yang ia lalui, Alfin sedang asyiknya nongkrong di warung di pinggir jalan. Beberapa jepretan mungkin juga telah mengenai posisi di sekitar Alfin berada. Dan tentu Alfin juga tak menyadari itu, Reno hanya berjalan berlalu tanpa mengamati dengan seksama apa yang berada di sekitarnya.
Reno berjalan dan berbelok menuju gang di kiri jalan, menjauh dari jalanan. Namun, ia terkejut, berselang beberapa saat ia menjauh dari jalanan, ia mendengar sebuah ledakan kecil terdengar dari sana. Ia sempat berbalik dan penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Tetapi, pikirnya, mungkin itu hanya suara dari segerobolan anak yang sedang heboh bermain petasan. Reno pun berlalu pergi meninggalkan tempat itu, tanpa menghiraukan apa yang terjadi.
*****


Keesokan harinya, di tempat di mana Reno bersekolah, telah terjadi sebuah isu peristiwa yang menggemparkan satu sekolahan. Apa yang terjadi? Reno sendiri hanya tolah-toleh  kebingungan, ia bingung harus bertanya pada siapa, yang mau menceritakan padanya apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi mau tidak mau, ia harus membungkam rasa penasaran di benaknya, karena tentu, tidak ada yang mau bercerita padanya. Ia hanya bisa mendengar desas-desus yang terdengar dari percakapan murid lain.
Sebenarnya, Reno sendiri sudah curiga, kenapa jarang-jarang Alfin tidak masuk sekolah. Tetapi, bagaimanapun, kesabaran rasa penasarannya harus menunggu hingga akhir jam pelajaran sekolah. Karena saat itu, sebelum anak-anak satu kelas meninggalkan kelas mereka, si Fika telah mencegah para murid di depan pintu kelas.
Fika berkata, “Eh, kalian, memang kalian percaya begitu saja dengan apa yang terjadi pada Alfin dan Heri?” Tetapi, tak ada jawaban yang ia terima, selain keheningan satu kelas, kemudian ia melanjutkan, “Masak sih Alfin atau mungkin Heri melakukan pengeboman di warung di pinggiran jalan, enggak masuk akal banget, kan? Enggak mungkin donk.”
Reno yang mendengarnya terkejut heran tanpa kata, apa maksudnya? Apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum Reno sempat berpikir lebih jauh, Fika segera menawarkan, “Baiklah, begini saja, siapa yang mau ikut saya ke kantor polisi untuk meminta penjelasan dan penuntutan dengan isu tidak benar ini?”
Murid-murid satu kelas hanya mampu bertatapan satu sama lain, tanpa kata. Di saat seperti itu, Reno segera mengangkat tangan untuk menawarkan diri ikut serta bersama.
“Oh, Reno. Baiklah, terima kasih. Ada yang lain?”
Suasana hening untuk beberapa lama. Hingga akhirnya, keputusan pun sudah diambil. Fika beserta Reno dan Mila akhirnya berangkat menuju kantor polisi di mana Alfin dan Heri di tahan.
Sesampainya di kantor polisi, Fika dengan panjang lebarnya mengucapkan sana-sini untuk meminta penjelasan. Seorang polisi yang mendapat cacian dari Fika segera memberi penjelasan.
Awal ceritanya, ternyata terjadi kebakaran akibat ledakan kecil di sebuah warung di pinggiran jalan yang dijadikan Alfin dan Heri sebagai tempat untuk nongkrong. Ledakan itu diduga berasal dari sebuah sepeda motor yang terparkir di sebelah warung itu, yang di mana sepeda motor yang dikendarai oleh Alfin beserta Heri. Beruntungnya, ledakan itu tidak memakan korban jiwa, karena saat ledakan kecil itu terjadi, pemilik warung, Alfin, dan Heri, berada pada jarak yang cukup terhindar dari ledakan itu. Saat ledakan kecil pertama terjadi, yang kebetulan hanya ada mereka bertiga, segera berlari menjauh menyelamatkan diri. Tetapi kemudian, diikuti ledakan kedua yang membuat seluruh warung itu terbakar.
Memang tidak ada korban jiwa dan luka serius dari ketiga orang itu, tetapi berkat itu, si pemilik warung segera melaporkan kedua pembelinya itu ke kantor polisi terdekat.
Oleh karenanya, berdasarkan penyelidikan olah TKP, untuk sementara diduga bahwa sepeda motor itu menyimpan sebuah bom rakitan kecil, yang dimungkinkan tersimpan dalam bagasi. Ditambah karena akhir-akhir ini maraknya kasus pengeboman oleh teroris, untuk sementara waktu ini, Alfin dan Heri diduga sebagai tersangka teroris.
Tak puas dengan penjelasan dari pak polisi itu, Fika berkata, “Apa-apaan anda ini pak polisi. Masak ya ada teroris mengebom warung di pinggiran jalan. Kurang kerjaan sekali. Enggak masuk akal. Enggak ada untungnya, kan? Terlebih lagi, masak ya tersangka terorisnya masih ada di TKP, tanpa kabur ataupun mengatur siasat apapun. Ini pasti sebuah kesalahan.”
Pak polisi hanya mampu berkata, “Tapi maaf mbak, ini berdasarkan penuntutan pemilik warung yang tidak terima, dan kami tidak mempunyai bukti TKP lain selain mengarahkan bahwa sumber ledakan berasal dari sepeda motor milik saudara Alfin dan Heri.”
Tak lama kemudian, cek-cok antara pak polisi dengan Fika pun berlangsung dengan sengitnya. Reno dan Mila hanya bisa bengong melihat perdebatan dua orang di hadapan mereka. Mereka berdua tak mengerti harus melakukan apa.
Reno juga sebenarnya sedang memikirkan sesuatu untuk bagaimana atau apa yang harus ia lakukan. Detik demi detik, di tengah penantian panjang mereka di dalam suasana pengap khas kantor polisi, tiba-tiba Reno teringat sesuatu. Ia seperti mengenal lokasi TKP yang disebutkan oleh pak polisi itu, tempat yang tak begitu asing baginya, seperti ia mengetahui sesuatu.
Reno berusaha mengingat-ingat kembali hal-hal berkaitan dengan kejadian-kejadian yang sepertinya ia mengenalnya. Tetapi waktu tidak memberi kesempatan lebih jauh bagi Reno untuk berpikir lebih lanjut. Akhirnya, dengan pasrah, Fika mengajak kedua kawannya untuk meninggalkan kantor polisi itu.


4 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

4 comments:

  1. ceritanya bikin greget sob ,, tp agak aneh dibagian polisi cek cok ama fika ...
    masak iya dikantor polisi, ada polisi cek cok alias ribut2 sama masyarakat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.... iya sob...
      cerita mungkin emank aneh bin GJ..
      sama kayak yg nulis >,<
      harap dimaklumi, yg nulis masih rada2...

      Delete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^