Sunday, 28 October 2012 - , , 2 comments

PELANGI DI WAJAHMU (bagian konflik keseharian)

Click it!
Berjalan seorang diri sepanjang lorong sekolahan, ya, Si Reno, seperti biasa. Di sebuah sekolah yang terletak di pinggiran kota dan dalam suasana yang masih pagi cerah, saat masih belum banyak siswa yang berdatangan, seperti biasa Reno sudah tiba di sekolah lebih dulu. Dan seperti biasa juga, kamera usangnya setia menemaninya untuk jeprat sana jepret sini. Tetapi di pagi ini, ada pemandangan yang tak biasa bagi Reno, ia melihat sebuah alat untuk mengepel tergeletak begitu saja di atas lantai salah satu lorong sekolah diiringi pula dengan kondisi lantai yang basah tak beraturan.
Niat hati bagi Reno untuk membereskan kondisi lantai yang tampak buruk itu agar tak membahayakan siapapun yang melewatinya. Ia bergegas mengambil alat pel tersebut, kemudian melihat ke sekeliling, dan kebetulan sekali, tak jauh dari situ, di sebuah sudut halaman di sebelah lorong itu tampak bersandar sebuah ember yang telah terisi oleh air. Tanpa berpikir panjang lagi, Reno segera menghampirinya dan mencelupkan alat pel yang ia bawa ke dalam ember tersebut. Dan kemudian, segera menggunakannya untuk membersihkan lantai yang becek tersebut. Tapi apa yang terjadi?
Cerobohnya Reno, karena tidak memperhatikan terlebih dahulu cairan apa yang ada di dalam ember tersebut. Ember yang ternyata berisi limbah cair bekas praktikum anak-anak kelas sebelah, justru malah membuat lantai itu tampak bertambah amburadul.
Reno panik? Tentu saja, ia bergegas tengok sana tengok sini, lari sana lari sini, mencari sesuatu apapun yang dapat membersihkannya. Setelah beberapa momen yang meyakinkannya bahwa tidak ada apapun di sekitarnya yang dapat ia gunakan untuk membersihkan lantai yang semakin ia buat bertambah parah itu, ia segera berlari pergi. Kabur?
Tentu tidak, Reno bukanlah tipe orang yang tidak bertanggungjawab seperti itu, ia bergegas berlari menuju toilet terdekat. Sesampainya di sana, ia hanya bisa bengong ditambah bingung, apa yang bisa ia gunakan untuk mengangkut air untuk membersihkan lantai itu? Hanya ada sebuah gayung di sana, dan air sebanyak itu tidaklah cukup untuk membersihkan kecerobohan yang ia lakukan. Tak ada benda lain yang dapat gunakan, ia kembali berlari. Ke mana lagi?
Tentu saja kembali, ia berlari dan melihat sebuah belokan di lorong di depan sana, ia tahu tepat di kanan belokan itu adalah tempat di mana ia melakukan kecerobohannya. Tetapi ia tidak ke sana, ia berlari ke halaman di sebelah kirinya. Ya, tempat yang terdapat sebuah ember berisi cairan yang tadi ia gunakan untuk memperparah keadaan. Ia segera memungut ember itu, dan dengan ember yang berisi cairan tanpa guna itu, ia membawanya bersusah payah menuju toilet terdekat.
Di dalam toilet itu, ia baru membuang isinya, dan membersihkan ember itu. Kemudian mengisinya dengan sejumlah air bersih. Saat itu, pikirannya telah melayang, jam masuk sekolah sudah semakin dekat, dan sebentar lagi murid-murid yang lain akan berdatangan, apa jadinya jika ia terlambat membersihkan semuanya. Oh no, ia tidak mau membayangkan hal-hal buruk lagi, ia bergegas berlari tergopoh dengan seember air bersih itu.
Sedikit lagi, ia sudah dapat melihat belokan itu, sebentar lagi. Tepat di kanan belokan itu ia harus sudah membersihkan semuanya. Ia sudah tak mau membuat kesalahan lagi, ia harus segera membersihkan semuanya, segera, hanya itu yang ada dalam pikirannya. Tetapi lagi-lagi, di tengah kepanikannya, ditambah kecerobohannya, tepat saat Reno berbelok ke kanan, ia segera mengguyurkan seember air ke lantai. Apa yang terjadi?
Tak ia sangka, ternyata semuanya telah terlambat, sebelum ia sempat membersihkan kejahatannya, ternyata sudah ada seseorang yang menjadi korbannya. Tampak Alfin terjatuh terjerembab di atas lantai, dan kini bertambah basah kuyup akibat Reno memandikannya.
Yah… setelah itu apa yang terjadi? Ya, sudah dapat diduga. Bayangkan saja.
*****

Itu hanya tidak lebih dari secuil cerita masa buruk Reno, masih banyak cerita panjang yang buruk dan gelap bagi Reno. Tetapi itu tak mungkin dijabarkan satu per satu, jadi, lupakan saja.
Namun, yang pasti, kebanyakan cerita buruknya berujung masalah pada Alfin, dan terkadang juga dengan kawan-kawan. Sebenarnya sih, memang, bukan berarti seluruh teman-teman satu sekolah Reno tak suka atau bahkan benci pada Reno, tidak, tidak juga. Bahkan, Reno adalah anak pendiam yang sebenarnya baik di sekolahannya, tetapi ya itu… banyak sekali kebodohan dan kecerobohan yang ia lakukan, dan seringkali menjengkelkan.
Terlebih Alfin, yang entah mengapa sering menjadi korban kecerobohan si Reno, jelas saja itu membuat Alfin selalu dibuatnya jengkel dan marah. Tetapi untungnya, masih ada saja yang berusaha menenangkan amarah Alfin dan berusaha meredakan kejadian yang tak diinginkan.
Seperti suatu saat di pagi hari, sebelum jam pelajaran dimulai, ketika Reno selesai menghapus papan tulis dan tangannya berlumuran spidol papan yang tidak ia sadari keberadaannya. Dan bertepatan Alfin yang duduk di bangku paling depan, yang saat itu Reno berusaha meminta maaf padanya karena tak ingin selalu menjadi pertikaian panjang antaranya dengan Alfin. Ya, setidaknya ia bisa meminta maaf, dan Alfin menjadi tak salah sangka terus. Tetapi apa yang terjadi? Justru sebaliknya, ketika Reno menghampiri Alfin dengan ragu-ragu, dan Alfin hanya menatapnya sinis.
Belum sempat Reno berucap sepatah kata, tiba-tiba Alfin terlihat marah membentak, “Heh, apa-apaan sih kamu, sengaja ya mau membuat buku-bukuku menjadi berantakan?”
Sontak saja, Reno melihat buku-buku Alfin yang berada di atas meja, yang saat itu tangan-tangan kotor Reno menjamahi buku-buku di atas meja itu. Reno terkejut mundur. Tetapi semua sudah terlambat. Alfin sudah terlanjur marah-marah.
“Eh, fin. Apa-apaan sih ini? Kamu ini kok masih pagi-pagi selalu saja terlihat sudah marah-marah.” Beruntungnya, saat itu ada Fika, cewek satu kelas yang terkenal baik dan tanggap, yang segera melerai ketika mengetahui kondisi yang terasa akan bernaung amarah.
“Sudahlah, kamu ini enggak usah sok ikut campur segala.” Alfin menyela.
“Lah… habis kamu masak tiap pagi kelihatan marah melulu pada Reno.”
“Lah… habis nih anak saja yang cari masalah terus.”
“Mungkin dia juga tidak bermaksud begitu.” Ucap Fika yang kemudian menatap Reno, “Iya kan, Reno?” Tetapi Reno hanya terdiam bengong tak mengatakan sepatah kata pun, namun kemudian, ia segera mengangguk.
“Tuh tahu sendiri, kan? Reno tidak bermaksud buruk.” Lanjut Fika.
“Ah, sudahlah, lupakan, kamu ini selalu saja membela anak autis ini.”
“Huss…. Kamu ini apaan sih?”
Tak ingin mengambil pusing lagi, Alfin segera berkata dengan sedikit membentak pada Reno, dengan menunjukkan jarinya pada Reno bertanda mengusir, “Sudahlah, Cepatlah sekarang kau kembali ke bangkumu!!! Aku muak denganmu! Kali ini ku maafkan, tapi awas saja lain kali!”


2 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

2 comments:

  1. Replies
    1. ok, kang....
      ditunggu kelanjutan cerita anda yg bikin penasaran itu... ^_^

      Delete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^