![]() |
Click it! |
Reno termenung
di dalam kamarnya seorang diri, mengingat apa yang terjadi, sesuatu yang
mengganjal di hatinya, sesuatu yang ia rasa telah ia kenal sebelumnya. Hal yang
sepertinya ia tahu jelas. Ia berbaring dan berguling, kemudian berputar,
jungkir-balik, salto (enggak segitunya juga kali) di atas tempat tidurnya.
Sesaat kemudian, ia menatap kamera usang yang tergeletak di atas meja di
sebelah tempat tidurnya. Ia teringat, benar juga, ternyata, saat kejadian itu
ia sempat melalui TKP dan menjeprat-jepret di sekitar lokasi.
*****
Menjelang sang
mentari terbenam, Reno sibuk mengusik foto-foto yang baru saja ia cetak. Ia mengecek
satu per satu foto-foto yang terasa ada suatu kejanggalan. Ia memperhatikan
foto-foto yang terambil di tempat sekitar sepeda motor Alfin berada.
Putung rokok,
batin Reno. Dalam foto sekilat itu, ia melihat ada seseorang yang membuang
putung rokok tak jauh dari sepeda motor Alfin. Putung rokok? Batin Reno lagi.
Pasti ada kaitan dengan semua itu. Reno kembali mengamati foto-foto yang lain.
Ia memeriksa, memeriksa, dan memeriksa kembali foto-foto yang tercecer di lantai
ruang tamunya.
Warung itu, ia
mengamati foto warung itu baik-baik, warung yang menjual gorengan dengan perlengkapan
penggorengan yang berada di depan warung. Reno dapat melihat dua tabung bekas
elpiji 3 kg di depan warung. Dan sebuah tabung lagi di depan warung itu yang
sepertinya masih digunakan, karena masih terhubung dengan kompor untuk
penggorengan. Sedangkan, salah satu dari dua tabung bekas terlihat berada di dekat
tabung yang berisi, dan yang lainnya… Fotonya terpotong, Reno hanya dapat
melihat sebagian kecil tabung itu. Reno kembali mengusik foto-foto itu, mencoba
mencari foto-foto yang terkait antara satu dengan lain.
Di foto yang
lain, tabung elpiji yang terlihat sebagian di foto sebelumnya, ternyata di foto
yang baru saja Reno lihat, bekas tabung itu terguling dan… berada tak jauh dari
posisi sepeda motor Alfin berada.
Reno mengamati
kembali foto-foto yang tercecer dengan seksama. Ia melihat sesuatu di halaman
jalan di sebelah gerobak penggorengan, sesuatu yang seperti cairan buangan.
Itu… batinnya, minyak jelantah? Ia mengamati foto-foto yang menunjukkan jelas
bahwa si pemilik warung kemungkinan besar membuang minyak goreng bekas
penggorengan ke halaman jalan di sebelah gerobak itu.
Perlahan, Reno
semakin mengerti akar permasalahannya. Ya, benar juga, Reno tersenyum puas
dengan semuanya. Akhirnya dia mengerti. Hari itu sudah larut senja, besok
semuanya akan menjadi jelas. Ya..
“Nak!”
tiba-tiba suara tua renta yang lemas terdengar memanggilnya dari balik kamar.
“Ya, bu.
Sebentar.” Sahut Reno.
*****
Sabtu siangnya,
jam pelajaran sekolah berakhir lebih cepat dari biasanya. Reno bergegas berlari
meninggalkan sekolah. Tetapi kali ini, ia tidak segera menuju rumahnya, tidak
seperti biasanya. Ia menuju ke tempat lain, ke lokasi yang menjadi isu sebagai
sasaran pengeboman teroris. Suatu hal yang dipikir Reno terlalu
dilebih-lebihkan oleh si pengadu.
Reno memeriksa
puing-puing lokasi kebakaran. Ia mengamati dan mencari-cari sesuatu yang dapat
memperkuat dugaannya. Dan seperti biasa, ia ditemani dengan kamera usangnya. Ia
memotret sana-sini di lokasi itu, berharap akan menemukan kamera pengganti yang
lebih bagus yang tertinggal di sana, eh maksudnya, dengan menggunakan kameranya
dapat menemukan suatu bukti dari hasil jepretannya. Untuk beberapa saat, Reno berusaha
meyakinkan diri untuk sejenak. Dan kemudian, ia pergi meninggalkan tempat itu.
*****
Reno memberi
beberapa penjelasan dan analisisnya kepada pak polisi yang berjaga saat itu, ia
juga menunjukkan beberapa bukti berupa foto sebelum kejadian dan sesudah
kejadian. Dugaan atau lebih tepatnya analisis Reno berhasil memikat perhatian
para polisi, beberapa polisi lain yang kebetulan mendengarnya ikut menantikan
hasil analisis finalnya.
0 comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^