![]() |
ilustrasi, sumber gambar |
Aku tak pernah mengerti mengapa
banyak orang yang berusaha memburu waktu untuk dapat melihat sun set, sun rise,
atau apapun itu namanya. Aku juga tak mengerti mengapa banyak orang yang
menghabiskan tenaganya untuk menghadapi rintangan pendakian gunung, kemudian
menatap takjub akan keindahannya. Jangankan dengan melakukan petualangan
jauh, bahkan kupu-kupu yang ada di sekeliling lingkungan tempat tinggalku pun,
aku tak tahu mengapa orang bisa takjub dengan keindahan warna-warnanya. Aku tak
pernah tahu mengapa, karena aku tak pernah melihat bagaimana keindahan-keindahan
tersebut.
Aku adalah seorang pemuda yang
terlahir buta semenjak lahir. Semenjak kecil, aku sudah dididik untuk menjadi
seorang yang mandiri walau di tengah kebutaanku. Dan semenjak kecil pula, aku
telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupku, sekaligus sebagai
tabungan untuk biaya operasi mata. Karena telah semenjak kecil, aku sangat
menginginkan memiliki mata normal seperti orang pada umumnya, sehingga aku bisa
melihat dan menikmati keindahan pemandangan yang sering diceritakan orang
padaku. Dan pastinya, aku juga akan bisa memahami alasan dari pengorbanan yang
dilakukan orang-orang untuk dapat mengagumi keindahan alam.
Di usiaku yang ke 26 tahun,
akhirnya aku memiliki sejumlah uang yang cukup untuk membiayai operasi mata. Dengan
sejumlah uang yang aku kumpulkan tersebut, aku menyerahkannya kepada Dokter
Rudi dan meminta beliau untuk mengurusi semua urusan yang bersangkutan dengan
operasi mataku. Beliau, Dokter Rudi, adalah seorang dokter konsultasiku mengenai
seputar operasi mata selama lebih dari setahun ini. Aku telah mengatakan kepada
beliau mengenai keniatanku untuk menjalankan operasi mata. Dan beliau sebelumnya
telah memperingatiku akan resiko dan kemungkinan sukses yang begitu kecil dari
operasi ini. Namun, aku bersikeras untuk tetap akan menjalani operasi mata
tersebut.
Setelah aku menyerahkan uang ke
Dokter Rudi, dia memberikanku waktu seminggu untuk memikirkan ulang tentang
rencanaku dan untuk meminta izin serta restu kepada sanak keluarganya. Sekaligus,
selama waktu itu pula, Dokter Rudi akan mengurus segala administrasi dan
kebutuhanku untuk operasi. Waktu seminggu ini, menjadi waktu penantian yang terasa
begitu lama, harap-cemas pun menyertaiku dan membuatku menjadi rajin ibadah
serta terus berdoa agar operasi dapat berjalan lancar dan aku mendapatkan yang
terbaik.
Seminggu berlalu, beberapa orang
keluarga ikut menyertaiku untuk memberikan semangat dan doa padaku. Mereka menunggu
di depan ruang operasi, sementara aku sudah berada di dalam ruang dan bersiap
untuk menjalankan operasi. Beberapa orang dokter di sana terlihat sibuk
melakukan persiapan operasi. Beberapa selang kemudian, seorang dokter berkata, “Kami
akan memberikan bius padamu. Berdoalah semoga operasi berjalan lancar.” Dan itu
sekaligus menjadi kalimat terakhir yang ku dengar sebelum akhirnya aku
kehilangan kesadaranku.
………………….
………………….
………………….
Aku mulai merasakan bahwa
kesadaranku telah kembali. Entah, telah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Tetapi,
berapa lamapun itu, aku tidak peduli, yang pasti, kini aku akan memasuki
duniaku yang baru, dunia di mana aku dapat melihat keindahan di sekeliling. Secara
perlahan, aku membuka kelopak mata yang mulai dapat dirasakan hadirnya, dan
seketika butiran cahaya menyeruak masuk ke dalam bola mataku. Tetapi alangkah
terkejutnya, ketika aku sudah dapat melihat dengan jelas dan menyadari apa yang
telah terjadi. Kebahagian dan keindahan yang ku harap dan dambakan, seketika
lenyap begitu saja. Tangis air mata seakan berjatuhan membasahi wajahku, tetapi air
mata itu tak jua kunjung turun. Kini, semua kebahagiaan itu berubah menjadi kesedihan
yang menyelimuti, bersama dengan tanah-tanah kubur yang juga mulai menyelimuti
sebatang tubuhku yang terkapar.
Cool! Hehehehe... Emang iya, kalau jadi roh ya ga buta lagi... Twisted!
ReplyDeletehehe, iya, jadi bisa melihat dengan jelas deh.
Delete