FIRLY!!!
Sebuah teriakan menggema dari salah satu kamar di sebuah rumah sakit.
Seorang pemuda terbangun dari pingsannya dengan meneriakkan sebuah nama. Pemuda
tersebut mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar, raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang bingung dengan kondisi yang terjadi pada dirinya. Pemuda itu tampak
sedang mengingat-ingat apa yang telah menimpa dirinya. Ketika pemuda itu
kembali mengedarkan pandangannya, terlihat pemuda tersebut mulai ingat atas apa
yang menimpanya. Kemudian ia kembali meneriakkan sebuah nama seperti sebelumnya
dan beranjak dari tempat tidur tergesa. Raut wajah pemuda itu memancarkan jelas
sebuah perasaan was-was dan takut. Pemuda tersebut berlari dengan linglung dan
membabi-buta. Dan ketika pemuda tersebut bertabrakan dengan seorang perawat, ia
segera bertanya dengan nada seperti seseorang yang sedang dikejar. Perawat
tersebut segera menjawab pertanyaan pemuda tersebut dengan keheranan. Kemudian
pemuda tersebut segera berlari di sepanjang lorong rumah sakit untuk mencari
ruangan yang dimaksud oleh si perawat.
Perawat yang ditinggalkan begitu saja oleh pemuda tersebut, tampak
sedang keheranan dan bingung, serta seperti mengingat sesuatu. Ketika pemuda
tersebut sudah tampak jauh dari jangkauan pandangan, perawat tersebut terlihat
seperti mengingat sesuatu dan segera berteriak pada pemuda tersebut, “Oh, kau
Ryan, pasien dari kamar T-024, bukan? Tunggu! Kondisimu belum pulih.” Tetapi
pemuda itu tidak menggubrisnya dan terus berlari lunglai.
Ya, pemuda itu bernama Ryan. Seorang pemuda yang belum sampai
mengungkapkan perasaan cintanya pada seorang sahabat perempuannya, Firly.
Hingga pada akhirnya Firly, yang sebenarnya juga menyukai Ryan, diharuskan
menikah pada seseorang yang sudah ditunangkan oleh ayahnya. Kemudian keduanya
kembali bertemu di kesempatan yang tidak menyenangkan, dalam sebuah konflik
mengharukan menjelang pernikahan Firly. Namun, kisah tersebut berakhir nahas.
Mereka berdua mengalami sebuah kecelakaan. Dan sekarang, di sinilah mereka, di
sebuah rumah sakit.
Ryan tiba-tiba berhenti di salah satu sudut lorong rumah sakit. Ia
melihat ada sekumpulan orang yang ia kenal sedang menunggu dengan raut wajah
panik dan khawatir di depan salah satu kamar rumah sakit. Mereka adalah Vina
dan beberapa anggota keluarga Firly, serta seorang pria yang tidak dikenal oleh
Ryan. Ryan menduga bahwa orang tersebut adalah calon suami dari Firly. Dan
sudah dapat ia pastikan bahwa orang yang sedang mereka nantikan dengan harap
cemas di dalam kamar tersebut adalah Firly. Ingin rasanya bagi Ryan untuk ikut
bergabung bersama mereka dan menanyakan akan perkembangan terbaru dari kondisi
Firly. Namun, Ryan hanya melihat sekumpulan orang tersebut dari kejauhan, tidak
berani mendekat, dia dapat merasakan suasana mencekam yang menyelimuti di
sekeliling sekumpulan orang tersebut.
Tiba-tiba seorang dokter keluar dari dalam kamar dan memecah keheningan.
Dokter tersebut tertunduk lesu seraya berkata, “Maaf, kami sudah mengusahakan
yang terbaik, tetapi…”
DEG!
Suasana mencekam terasa semakin menjerati orang-orang yang berada di sana. Suara isak tangis mulai memenuhi lorong rumah
sakit tersebut. Semua orang yang berada di sana terlihat telah membanjiri wajah
mereka dengan air mata. Dan sebagian dari mereka ada yang tampak sedang mencoba
memaksa ketabahan hatinya. Sementara itu, Ryan yang mendengarnya dari kejauhan,
segera mengerti kata-kata yang dimaksudkan oleh dokter. Tubuh Ryan tampak tak
mampu menopang berat tubuhnya, ia terjatuh di atas kedua lututnya dan menutupi
wajahnya yang telah dibasahi air mata dengan kedua telapak tangannya.
Di dalam perenungan hati Ryan :
“Inikah akhirnya?”
“Sebuah akhir dari kisah yang bertolak-belakang dengan apa yang aku
harapkan.”
“SEMUA INI SALAHKU!”
“Andai saja aku tidak egois memikirkan perasaanku pribadi dan tetap bisa fokus berkendara. Mungkin hal ini tidak akan terjadi. Mungkin ia sekarang sudah bahagia bersama pasangannya.”
Wew, endingnya ternyata sedih ya gan T,T Mematikan tokoh Firly dalam cerita ini memang tepat sih, daripada si Firly harus menderita menjalani kehidupan dengan seseorang yang tak dicintainya, maka lebih baik mati dipelukan orang terkasih :)
ReplyDeletewah, sepertinya lebih jago masnya nih untuk menulis fiksi. :)
Deleteyah, ini sih apa yang keluar di benak saya. Tetapi anda memaknainya lebih dari saya. salut