Tuesday, 17 February 2015 - , 10 comments

KAU DATANG TERLAMBAT

Aku menekan dengan keras sebuah bolpoin di atas tumpukan kertas dan membuat goresan-goresan tak bermakna. Bahkan sebagian goresan telah merusak dan merobek kertas. Rasa sebal dan amarah tidak hanya berhenti sampai di situ, aku meremas-remas kertas-kertas dalam buku diary berwarna pink yang semenjak tadi tercoret oleh tangan liarku, membuat beberapa memori keseharian yang tertulis di sana berserakan di atas meja. Ingin rasanya bagiku untuk berteriak dengan sangat keras di dalam bilik kamar ini. Kenapa? Kenapa? Dan kenapa? Harus terlambat?
Aku membaca beberapa kalimat yang tertuang di salah satu sobekan kertas. Aku ingat dengan jelas apa saja curhatan yang tertuang pada lembaran tersebut, rangkaian kalimat yang tertulis olehku untuk menggambarkan bagaimana kuatnya cintaku pada laki-laki tersebut. Aku melihat sobekan kertas yang lain. Potongan kalimat yang mengingatkanku pada kisah kekecewaanku pada orang tua yang tidak mengizinkan untuk berpacaran. Potongan yang lain mengingatkan padaku bagaimana kisah cintaku padanya tanpa peduli dengan seruan ataupun nasihat orang tua.
Diary itulah yang merekam jejak kisah cintaku padanya. Sekaligus sebagai saksi atas kedurhakaanku pada orang tua karena mengedepankan perasaan yang terlanjur amat mencintainya. Dan kini…. Diary itu aku robek-robek untuk mengungkapkan perasaan amarah dan benciku pada lelaki yang dahulu sangat amat aku cintai. Penyesalan, dia datang terlambat. Dan aku hanya bisa berkata kenapa? Kenapa penyesalan itu selalu datang terlambat? Kenapa dahulu tidak mendengarkan nasihat orang tuaku? Kenapa aku bisa begitu mencintainya secara buta? Kenapa bisa-bisanya gadis polos berjilbab sepertiku dengan bodohnya tidak menyadari bahwa ia tidak lebih dari ingin mencicipi moleknya tubuhku? Dan kenapa…?
Air mata membanjiri seluruh wajahku. Aku tersedu sendiri di balik kamar ini. Nasihat-nasihat orangtuaku secara bergantian menyerbu benakku. Aku mengingat kembali bagaimana orangtuaku mendidikku dengan nilai-nilai agama dengan baik. Aku tahu dengan baik bahwa pacaran dalam Islam itu dilarang, hanya mengandung mudharat tanpa manfaat. Bahkan jikalaupun ada manfaatnya, itu tidak lain hanyalah manfaat kecil yang dibuat-buat seakan benar-benar berdampak besar bagi kehidupan. Dan begitu pula yang aku lakukan. Aku mengetahuinya, namun dengan alasan sebagai pengisi hati untuk membuat hari-hariku tersenyum, akupun terjerumus dalam dunia pacaran. Dan dengan begitu yakinnya, dahulu aku merasa bahwa aku yang telah dibekali dengan nilai agama yang cukup, mampu menjaga diri dari batasan-batasan berpacaran. Dengan membekali diri dengan motto “Pacaran Secara Sehat”, aku sangat yakin bahwa pacaran yang aku lakukan akan berdampak positif bagiku.
Tetapi, semua itu salah. Penyesalan itu kini datang di saat yang telah terlambat. Benar-benar malu aku sekarang, terutama pada-NYA. Seharusnya aku tahu, bahwa pacaran itu berdosa dan merupakan awal dari zina. Namun, dengan berdalih ini dan itu, aku mencoba memungkiri kenyataan itu, aku menghalalkan sesuatu yang jelas-jelas haram. Hingga pada akhirnya… semua terlambat.
Penyesalan itu baru datang di keesokan harinya setelah aku merayakan sebuah malam perayaan zina dan sesat bersama lelaki bejat tersebut. Malam tanggal 14 Februari kemarin, lelaki itu mengajakku untuk merayakan hari Valentine nan hina tersebut, dia mengatakan hanya akan mengajakku makan makanan manis di sebuah toko kue ternama. Dan aku dengan bodohnya menerima tawaran itu. Kemudian di malam harinya, aku memang sudah sempat curiga, kami tidak menuju ke toko kue, tetapi ke sebuah kafe. Dia hanya berdalih bahwa kafe tersebut terkenal memiliki beberapa kue yang terkenal enak, makanya ia memilih untuk mencoba ke kafe tersebut. Memang benar, kafe tersebut memiliki beberapa kue manis. Tetapi aku tidak menyangka bahwa minuman yang mengiringi makanan manis tersebut merupakan minuman memabukkan. Aku tidak tahu apa nama minuman tersebut, tetapi yang pasti aku dibuat tidak berdaya oleh minuman tersebut. Dan malam itupun menjadi malam paling menghinakan dalam hidupku.

Kini, hidupku terasa sia-sia dan hampa. Apa yang harus aku katakan pada kedua orangtuaku? Apa jadinya mereka jika mengetahui anaknya yang mereka pikir lugu ini ternyata sudah ternodai. Berakhir sudah semuanya. Kau datang terlambat, wahai penyesalan. Dan kini aku sudah tidak memiliki pandangan masa depan. Berakhir sudah.

10 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

10 comments:

  1. Wew, sudah tidak memiliki pandangan masa depan, berakhir sudah? Wahai gadis berjilbab, itu hanyalah cobaan duniawi yang menjerumuskan. Jika kamu menyerah menghadapinya, Iblis akan tertawa.

    ReplyDelete
  2. Memang penyesalan selalu datang di akhir kalau datang di awal bukan penyesalan namanya tapi pendaftaran :D

    ReplyDelete
  3. Gara-gara cokelat...
    para gadis terpikat, akhirnya obral aurat, padahal cokelat
    banyak dijual di Alfamart & Indomart.
    Apa karena sudah terlampau miskin sangat.
    Hingga hanya untuk
    sebatang cokelat, rela diajak bermesum disembarang tempat.
    Dasar bejat....!!!
    Gara-gara boneka....
    para gadis terikat cinta.
    Akhirnya hati terpesona, lalu pasrah diraba-raba.
    Apa kehormatan cuma dihargai sebuah boneka berbentuk panda.
    Tak disadari justru karena sebuah benda, tubuhnya
    dijadikan eksperimen seksual belaka.
    Dasar gila....!!!
    Gara-gara bunga...
    para gadis berdesir dada, akhirnya merasa pejantannya mesra, lalu mau saja diperkosa.
    Ingat....!
    kalau dirimu mati akan ditaburi bunga, jadi tak perlu berbuat zina, hanya demi sekuntum bunga yang harganya tiada
    seberapa.
    Dasar celaka....!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya sudah pernah dengar ini deh.
      buat sendiri atau copas dari mana?

      Delete
  4. Wow :o
    ini benar benar fiksi kan? semoga banyak yang baca ini untuk dijadikan pelajaran kedepannya. terus menuliis yaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, Win.
      sama2, semangat nulis juga. ^.^

      Delete
  5. Bagus tulisannya...jangn lupa mampir ke blogku juga ya di www.gembulnita.blogspot.com

    ReplyDelete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^