Wednesday, 23 July 2014 - 4 comments

CERITA TANPA HURUF R

Ia melangkah cepat menembus padang ilalang yang membentang. Sesekali menatap ke belakang dengan wajah penuh cemas dan takut. Ia tidak tahu apakah ada hal salah yang ia lakukan, sehingga sosok itu mendatanginya dengan wajah bengis dan tampak penuh emosi. Yang ia lakukan di pagi itu hanyalah duduk-duduk santai di bawah pohon tinggi sambil menikmati sepoi angin. Apakah itu salah? Gumamnya. Sehingga tiba-tiba sosok itu mendatanginya dengan menenteng sebuah senapan dan dengan wajah ganas bagaikan sesosok pembunuh. Apakah salah bila duduk santai di bawah pohon tinggi? Gumamnya sekali lagi. Toh tanah itu adalah tanah tanpa tuan, pohon yang ia gunakan untuk duduk-duduk itu ada di sebuah hutan lepas. Jadi? Apakah salahnya? Ia sungguh tidak mampu untuk memahaminya.

Nafasnya sudah tidak kuat lagi, tetapi ia tidak punya waktu untuk sejenak mengambil nafas. Sosok itu masih mengikuti di belakangnya dengan tampang ganasnya. Ia bahkan tidak ada waktu sedetikpun untuk jeda nafas atau ia akan tamat secepatnya. Tidak ada pilihan lagi baginya, melangkah menjauh atau mati. Kembali ia mengawasi sosok di belakangnya, tetapi... hilang!!! Sosok itu telah menghilang. Apakah ia telah bebas dan selamat? Ataukah... Peluh dingin tiba-tiba meleleh di wajahnya, dalam sekejap instingnya membawanya pada ketakutan yang tidak dapat dibendungnya. Entah bagaimana, tetapi ia tiba-tiba tahu bahwa ia dalam kondisi yang sangat bahaya, keselamatan nyawanya kini ada di ujung tanduk. Instingnya lah yang mengatakan semua itu.

.....
Hening... tiba-tiba suasana menghening untuk sesaaat. Kemudian dengan tiba-tiba bunyi letupan senapan menggema kencang ke segala sudut. Tiba-tiba kakinya tidak dapat menopang dengan kokoh tubuhnya, sesuatu yang kental membasahi dahi kepalanya, dan dalam seketika matanya mulai tidak dapat melihat dengan jelas, seakan ada kabut tebal menyelimuti. Kini ia tahu ajal telah menantikannya. Matanya mulai menutup dengan lembut, kemudian ia mendapati bunyi langkah kaki yang mendekatinya, sesosok itu telah mendapati jasad tubuhnya. Di masa-masa penghujung hidupnya, ia dapat menangkap ucapan sosok itu, "Yes, makan malam nanti daging kijang sedap."

4 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

4 comments:

  1. hehe, ini fiksi mini aku buat awalnya karena ada event menulis tanpa huruf cukup 5 kalimat, eh, tapinya jadi gini deh, malah jadi fiksi... :D

    ReplyDelete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^