Thursday, 23 January 2014 - , 0 comments

CERMIN DUA MUARA part XXXVIII – Monster

cerita sebelumnya
Steve tersenyum sinis, karena tembakannya akhirnya mampu mengenai Stealth, walau dengan jarak yang sangat tipis. Kepulan asap di hadapannya mulai menghilang. Tampak sosok Stealth yang terkapar di atas tanah dengan kedua bahunya yang telah bersarang sebuah peluru di masing-masingnya dan terlumuri oleh darah segar. Steve tersenyum bangga melihatnya, akhirnya ia mampu mengalahkan sosok yang disebut bukan manusia oleh Robert. Tetapi, senyum Steve tiba-tiba pudar saat melihat Stealth membuka mata dan membalas senyumnya.
“Cih… apanya yang lucu?!” Steve membentak tak senang.
“Sebaiknya jangan bangga dahulu sebelum pertarungan benar-benar selesai. Lihat dulu bagaimana kondisimu.” Balas Stealth.
“Apa?!?” Steve melihat ke bawah, ke arah perutnya dan terkejut. Kini perutnya sudah dipenuhi oleh lilitan rantai yang terhubung ke arah tangan kiri Stealth. “Bagaimana bisa?” Steve membatin. “Bagaimana bisa aku terkena serangan lilitan seperti ini tanpa ku sadari?
“Habis sudah.” Stealth mengirim aura berselimut listriknya ke dalam rantai yang ia genggam. Sengatan Listrik mengalir ke dalam rantai menuju arah Steve. Steve meronta, berusaha untuk terbebas dari lilitan itu, tetapi terlambat. Sengatan listrik itu mencapai tubuhnya dan menyengat ke sekujur tubuh. Tubuh Steve mengejang kesakitan. Tak ada yang mampu Steve lakukan, selain meronta-ronta kesakitan. Sengatan listrik itu mulai membakar tubuh Steve. Uap panas tampak mengepul dari tubuh Steve, dan perlahan membuat tubuhnya mengering terbakar. Stealth mulai melemaskan jari-jarinya, rantai yang melilit tubuh Steve melonggar dan telah kehilangan aliran listrik yang menyengat. Stealth hanya mampu mengatur nafasnya yang memburu, ia telah kehabisan banyak tenaga dan auranya. Sesaat kemudian, darah membanjiri kedua bahu tangannya, Stealth memejamkan matanya dan merebahkan tubuhnya ke atas tanah.

Epsa terbatuk darah akibat sebuah ledakan susulan yang membuatnya semakin terpelanting jauh ke belakang, sementara es yang membekukan kaki Jack bergeretak akibat terpaan dari ledakan granat yang Jack lemparkan. Jack melepaskan diri dari cengkeraman es yang ingin membekukan dirinya, kemudian berusaha berlari mendekati Epsa. Tetapi, sebelum sempat mendekat, tiba-tiba Jack terpeleset dan terjatuh ke atas tanah.
Epsa sudah merajut jemarinya, dan membuat es yang membekukan kaki Jack menjadi buliran air yang menggelincirkan. Epsa berlari mendekati Jack, dan menyarangkan hantamannya ke wajah Jack yang berusaha bangkit berdiri. Jack kembali terjatuh, sedangkan Epsa kembali berlari menuju busur beserta beberapa anak panahnya yang tergeletak, kemudian segera memungut busur beserta anak panah tersebut. Tanpa membuang waktu, Epsa berbalik, kemudian merentangkan busurnya dan membidik.
Jack telah siap dengan dua buah granat di kedua telapaknya saat Epsa membidiknya. Jack berkata tenang, “Baiklah, cepat mana antara tembakan panahmu atau lemparan granatku, Bocah.” Jack berkata dengan nada menantang, “Benda kuno seperti itu? Masih digunakan? Hahah...”
Jack melemparkan granat di tangan kirinya lurus ke depan, ke arah Epsa. Tetapi tepat saat itu, anak panah Epsa melesat dengan cepat dan menancap ke granat yang masih melayang di udara. Sebuah ledakan kembali terjadi. Epsa mengambil kembali anak panahnya dan berlari memutar. Saat kepulan asap mulai menghilang, tampak Jack terduduk di atas tanah sembari memaki, kemudian Jack berusaha bangkit untuk melemparkan granat di tangan kanannya ke arah Epsa yang bergerak mengitarinya. Jack mampu merasakan ada kejanggalan yang terjadi. Ia menatap beberapa anak panah yang menancap di atas tanah mengitari posisinya berada.
“Ku akhiri segera! Freeze!” teriakan Epsa terdengar keras. Tiba-tiba, beberapa anak panah yang mengitari Jack seperti terhubung antara satu dengan yang lainnya, hembusan angin dingin terasa berkumpul menuju arah Jack. Tubuh Jack mampu merasakan hawa dingin yang menyelimutinya. Untuk terakhir kalinya, Jack berusaha melemparkan granat di tangannya, tetapi tubuhnya semakin sulit untuk digerakkan, tubuhnya menggigil kedinginan seakan seluruh organ dalamnya telah membeku tak berdaya. Perlahan, sekujur tubuh Jack mulai membeku, hingga terciptalah sebuah patung es berbentuk manusia.
“Uhuk….” Epsa terbatuk dan mengeluarkan darah segar yang melumuri mulutnya. Ia sudah kehabisan tenaganya. Epsa terjatuh di kedua lututnya, kemudian tertelungkup tak berdaya.

Kepulan asap mulai mereda, di saat itu, Firlett telah menyarangkan sebuah pukulan ke wajah Billy yang berada di balik kepulan asap. Billy terhuyung dan jatuh ke belakang. Tetapi Billy segera bangkit kembali sebelum pukulan Firlett berikutnya datang. Billy segera menangkis serangan Firlett yang datang memburu, dan membalas dengan pukulan keras.
Firlett pun menghalau pukulan Billy, yang selanjutnya terjadi baku hantam antara Billy dengan Firlett. Serangan demi serangan terus menjurus dan saling menghalau. Pertarungan pukulan antara dua orang ini terlihat seimbang, tidak ada yang mau mengalah dan seperti tidak ada juga yang memberi celah.
Billy yang menyadari akan kemampuan lawannya yang cukup terlatih, mencoba untuk melakukan sedikit kecohan. Billy membelokkan pukulan tangan kanan dari Firlett ke arah luar, kemudian menghentakkan kaki ke depan untuk melompat mundur sekaligus memberikan efek kejutan bagi Firlett. Tetapi sesaat kemudian, dengan cepat menghentakkan kembali kaki ke belakang dan melompat menerjang ke depan. Dengan sebuah gerakan berputar, Billy menyarangkan sebuah tendangan tepat di sebelah kiri leher Firlett.
Firlett tersentak ke samping dan jatuh terjerembap. Firlett berusaha bangkit, tetapi Billy tidak memberi kesempatan baginya. Billy menyarangkan tulang lututnya pada rahang bawah Firlett yang berusaha bangkit. Firlett kembali terhempas dan terkapar di atas tanah dengan darah yang melumuri mulutnya.
Billy berputar cepat kembali dan melakukan tendangan berputar ke arah posisi Firlett terduduk. Tetapi, Firlett berhasil menahan tendangan itu dengan kedua tangannya, dan membanting dengan keras tubuh besar Billy ke belakang. Tubuh Billy menabrak keras sebuah batang pohon yang berada di sana. Firlett bangkit dan menerjang. Billy memuncratkan darah segar ke pakaian Firlett. Firlett hanya mampu menatapnya dengan senyuman sinis, kemudian mengambil sebuah pistol dari balik rompinya. “Tak ku sangka ini cukup merepotkan, tetapi permainan sudah selesai. Beristirahatlah dengan tenang.” Ucap Firlett yang berada tepat di hadapan Billy dengan mengunci bidikannya ke tubuh Billy yang tersandar di sebatang pohon.
Dor!
Sebuah peluru meluncur tepat  menuju dada Billy. Sekali lagi Billy memuncratkan darah segarnya. Pandangan Billy berpendar, matanya berkunang, Billy terhuyung kemudian jatuh ke depan.
Firlett melemparkan pistolnya begitu saja, kemudian mengusap kedua telapak tangannya seraya berucap, “Cih… Tak ku sangka cukup merepotkan. Sudah lama aku tidak mengotori tanganku.” Kemudian Firlett berbalik dan melangkah menjauh.

Di sisi lain, Robert yang menatap lubang menganga di hadapannya dengan penuh kebanggaan, tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah sosok bayangan yang terlihat seperti berada di atasnya. Robert secara reflex menatap ke atas, sosok Ferdi tampak terjun ke arahnya dengan sebuah pedang besar berkemilau menebas ke arahnya.
Dengan cepat bayangan-bayangan kegelapan melindungi tubuh Robert, bayangan-bayangan itu menahan hantaman Elgrad. Kini, dua kekuatan legendaris itu saling beradu. Desiran angin yang dihasilkan oleh dua kekuatan legendaris yang saling menghantam, menghembus ke segala penjuru. Ferdi terus menekan kekuatan Elgrad ke bawah, dan bayangan-bayangan kegelapan itupun tidak mau mengalah. Tetapi kekuatan Elgrad terus mendorong ke bawah, hingga bagian tanah tempat Robert menginjak mulai retak. Retakan demi retakan tanah mulai menyebar luas, hembusan anginpun bergemuruh ke segala penjuru. Tubuh Robert mulai terdorong ke bawah, dan begitu pula dengan sebidang tanah yang mulai menghujam ke dalam. Sebidang tanah berbentuk lingkaran dengan diameter lebih dari tiga ratus meter itu retak dan terperosok masuk ke dalam saat tubuh Robert terus tertekan ke bawah.
Lekukan sebidang tanah yang menjorok masuk dan hembusan dahsyat gemuruh angin yang menerbangkan segala benda di sekeliling menjauh ke segala penjuru menjadi saksi atas pertarungan antara dua kekuatan legendaris itu.
Robert terus tertekan ke dalam tanah dan Ferdi berusaha mencoba untuk tetap bertahan, sebuah peristiwa pertarungan antara dua kekuatan besar yang tak mau mengalah itu terus beradu dengan sengitnya. Kondisi di sekeliling tempat itu porak-poranda dengan begitu hebohnya, hingga sebuah ledakan tak terelakkan yang dihasilkan dua benda legendaris itu menggemparkan ke sekeliling. Ferdi terpental ke udara, tak mampu menahan serangan lebih lanjut, akibat sebuah ledakan tak terduga. Ferdi telah kehabisan banyak tenaga, ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya yang melayang di udara, pedangnya terjatuh dan tertancap di tanah, sedangkan tubuh Ferdi sendiri terpelanting di atas tanah yang sudah tak beraturan lagi kondisinya.
Beruntungnya, di saat tubuh Ferdi terpental-pental di atas tanah, seseorang tiba-tiba menangkap tubuh Ferdi itu. Kemudian seseorang yang tidak lain adalah Knight segera berucap, “Cih… kau melupakanku?!”
Ferdi yang terselamatkan di atas tangkapan Knight itu segera bangkit terduduk di atas tanah, dan berkata, “Bukankah kau yang melupakanku? Seenaknya saja kau menggunakan jurus yang menghancurkan sekelilingmu tanpa memedulikan sekelilingmu.”
“Tetapi dengan ini aku impas, sekarang aku telah menolongmu.”
“Tidak juga. Seingatku, aku sudah dua kali menyelamatkanmu.”
“Cih… kau juga seenaknya menghancurkan tempat ini. Coba lihat ke sekelilingmu, lihat perbuatanmu menggunakan pedang itu. Bahkan kerusakan ini lebih parah dibandingkan kerusakan dari jurusku sebelumnya.” Balas Knight tidak mau mengalah.
“Tetapi ini sebuah ketidaksengajaan.” Ferdi juga membalas tidak mau mengalah. Tetapi, sebelum perdebatan panjang itu lebih rumit lagi, tiba-tiba sebuah suara ikut bergabung.
“Cih, Sial! Apa yang kalian perdebatkan para bocah.” Dari balik butiran debu yang berterbangan, sosok Robert muncul dengan terhuyung. Robert memaki dengan sangat kesal, “SIAL! Sial! Aku butuh kekuatan yang lebih. Jauh lebih. Aku tahu benda ini masih memiliki kekuatan tersembunyi yang jauh lebih lagi. BERIKAN AKU KEKUATAN ITU!!!” Teriak Robert menggema dengan nada tak beraturan, seperti seorang yang sedang kerasukan. Dan kemudian, teriakan Robert itu seakan-akan mendapat jawaban dari zirah yang ia kenakan.
Jika itu maumu.”
“AAARRRGGGHHH” Robert berteriak kencang. Tubuhnya seakan-akan menderita sebuah kesakitan yang entah dari mana. Zirah yang sebelumnya ia kenakan hanya berupa baju besi yang melindungi dada, tiba-tiba saja memberi jawaban dengan melebarnya ukuran zirah yang perlahan membungkus tubuh Robert. Dan perlahan, zirah itu bukan lagi seperti zirah, bukan lagi berupa baju besi, tetapi perlahan seperti mantel kulit yang membungkus seluruh tubuh. Tetapi, mantel kulit itu semakin menjadi-jadi, semakin lama semakin seperti hidup. Tubuh Robert yang terbungkus itu terlihat semakin mengerikan, tubuhnya semakin membesar, bagian tangan semakin besar dan memanjang, serta perlahan mengeluarkan kuku-kuku tajam. Bagian kakinya pun membesar dan bermunculan kuku-kuku tajam di sana. Tetapi bagian tangannya lebih panjang, sehingga bisa menyentuh hingga ke tanah.
Robert berteriak histeris, bagian wajahnya tertutup oleh suatu kulit yang membungkus, dan perlahan wajahnya memoncong, dan menunjukkan sesuatu yang mengerikan. Tubuh Robert terlihat berubah drastis. Kini, ia jauh berbeda, sama sekali tak terlihat seperti manusia. Kini, ia lebih mirip seperti seekor MONSTER.


0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^