Steve tersenyum sinis, karena tembakannya akhirnya mampu mengenai
Stealth, walau dengan jarak yang sangat tipis. Kepulan asap di hadapannya mulai
menghilang. Tampak sosok Stealth yang terkapar di atas tanah dengan kedua
bahunya yang telah bersarang sebuah peluru di masing-masingnya dan terlumuri
oleh darah segar. Steve tersenyum bangga melihatnya, akhirnya ia mampu
mengalahkan sosok yang disebut bukan manusia oleh Robert. Tetapi, senyum Steve
tiba-tiba pudar saat melihat Stealth membuka mata dan membalas senyumnya.
“Cih… apanya yang lucu?!” Steve membentak tak senang.
“Sebaiknya jangan bangga dahulu sebelum pertarungan benar-benar selesai.
Lihat dulu bagaimana kondisimu.” Balas Stealth.
“Apa?!?” Steve melihat ke bawah, ke arah perutnya dan terkejut. Kini
perutnya sudah dipenuhi oleh lilitan rantai yang terhubung ke arah tangan kiri
Stealth. “Bagaimana bisa?” Steve membatin. “Bagaimana bisa aku
terkena serangan lilitan seperti ini tanpa ku sadari?”
“Habis sudah.” Stealth mengirim aura berselimut listriknya ke dalam
rantai yang ia genggam. Sengatan Listrik mengalir ke dalam rantai menuju arah
Steve. Steve meronta, berusaha untuk terbebas dari lilitan itu, tetapi
terlambat. Sengatan listrik itu mencapai tubuhnya dan menyengat ke sekujur
tubuh. Tubuh Steve mengejang kesakitan. Tak ada yang mampu Steve lakukan,
selain meronta-ronta kesakitan. Sengatan listrik itu mulai membakar tubuh
Steve. Uap panas tampak mengepul dari tubuh Steve, dan perlahan membuat
tubuhnya mengering terbakar. Stealth mulai melemaskan jari-jarinya, rantai yang
melilit tubuh Steve melonggar dan telah kehilangan aliran listrik yang
menyengat. Stealth hanya mampu mengatur nafasnya yang memburu, ia telah
kehabisan banyak tenaga dan auranya. Sesaat kemudian, darah membanjiri kedua
bahu tangannya, Stealth memejamkan matanya dan merebahkan tubuhnya ke atas
tanah.
Epsa terbatuk darah akibat sebuah ledakan susulan yang membuatnya
semakin terpelanting jauh ke belakang, sementara es yang membekukan kaki Jack
bergeretak akibat terpaan dari ledakan granat yang Jack lemparkan. Jack
melepaskan diri dari cengkeraman es yang ingin membekukan dirinya, kemudian
berusaha berlari mendekati Epsa. Tetapi, sebelum sempat mendekat, tiba-tiba
Jack terpeleset dan terjatuh ke atas tanah.
Epsa sudah merajut jemarinya, dan membuat es yang membekukan kaki Jack
menjadi buliran air yang menggelincirkan. Epsa berlari mendekati Jack, dan
menyarangkan hantamannya ke wajah Jack yang berusaha bangkit berdiri. Jack
kembali terjatuh, sedangkan Epsa kembali berlari menuju busur beserta beberapa
anak panahnya yang tergeletak, kemudian segera memungut busur beserta anak
panah tersebut. Tanpa membuang waktu, Epsa berbalik, kemudian merentangkan
busurnya dan membidik.
Jack telah siap dengan dua buah granat di kedua telapaknya saat Epsa
membidiknya. Jack berkata tenang, “Baiklah, cepat mana antara tembakan panahmu
atau lemparan granatku, Bocah.” Jack berkata dengan nada menantang, “Benda kuno
seperti itu? Masih digunakan? Hahah...”
Jack melemparkan granat di tangan kirinya lurus ke depan, ke arah Epsa.
Tetapi tepat saat itu, anak panah Epsa melesat dengan cepat dan menancap ke
granat yang masih melayang di udara. Sebuah ledakan kembali terjadi. Epsa
mengambil kembali anak panahnya dan berlari memutar. Saat kepulan asap mulai
menghilang, tampak Jack terduduk di atas tanah sembari memaki, kemudian Jack
berusaha bangkit untuk melemparkan granat di tangan kanannya ke arah Epsa yang
bergerak mengitarinya. Jack mampu merasakan ada kejanggalan yang terjadi. Ia menatap
beberapa anak panah yang menancap di atas tanah mengitari posisinya berada.
“Ku akhiri segera! Freeze!” teriakan Epsa terdengar keras.
Tiba-tiba, beberapa anak panah yang mengitari Jack seperti terhubung antara
satu dengan yang lainnya, hembusan angin dingin terasa berkumpul menuju arah
Jack. Tubuh Jack mampu merasakan hawa dingin yang menyelimutinya. Untuk
terakhir kalinya, Jack berusaha melemparkan granat di tangannya, tetapi
tubuhnya semakin sulit untuk digerakkan, tubuhnya menggigil kedinginan seakan
seluruh organ dalamnya telah membeku tak berdaya. Perlahan, sekujur tubuh Jack
mulai membeku, hingga terciptalah sebuah patung es berbentuk manusia.
“Uhuk….” Epsa terbatuk dan mengeluarkan darah segar yang melumuri
mulutnya. Ia sudah kehabisan tenaganya. Epsa terjatuh di kedua lututnya,
kemudian tertelungkup tak berdaya.
Kepulan asap mulai mereda, di saat itu, Firlett telah menyarangkan
sebuah pukulan ke wajah Billy yang berada di balik kepulan asap. Billy
terhuyung dan jatuh ke belakang. Tetapi Billy segera bangkit kembali sebelum
pukulan Firlett berikutnya datang. Billy segera menangkis serangan Firlett yang
datang memburu, dan membalas dengan pukulan keras.
Firlett pun menghalau pukulan Billy, yang selanjutnya terjadi baku
hantam antara Billy dengan Firlett. Serangan demi serangan terus menjurus dan saling
menghalau. Pertarungan pukulan antara dua orang ini terlihat seimbang, tidak
ada yang mau mengalah dan seperti tidak ada juga yang memberi celah.
Billy yang menyadari akan kemampuan lawannya yang cukup terlatih,
mencoba untuk melakukan sedikit kecohan. Billy membelokkan pukulan tangan kanan
dari Firlett ke arah luar, kemudian menghentakkan kaki ke depan untuk melompat
mundur sekaligus memberikan efek kejutan bagi Firlett. Tetapi sesaat kemudian,
dengan cepat menghentakkan kembali kaki ke belakang dan melompat menerjang ke
depan. Dengan sebuah gerakan berputar, Billy menyarangkan sebuah tendangan
tepat di sebelah kiri leher Firlett.
Firlett tersentak ke samping dan jatuh terjerembap. Firlett berusaha bangkit,
tetapi Billy tidak memberi kesempatan baginya. Billy menyarangkan tulang
lututnya pada rahang bawah Firlett yang berusaha bangkit. Firlett kembali
terhempas dan terkapar di atas tanah dengan darah yang melumuri mulutnya.
Billy berputar cepat kembali dan melakukan tendangan berputar ke arah
posisi Firlett terduduk. Tetapi, Firlett berhasil menahan tendangan itu dengan
kedua tangannya, dan membanting dengan keras tubuh besar Billy ke belakang.
Tubuh Billy menabrak keras sebuah batang pohon yang berada di sana. Firlett
bangkit dan menerjang. Billy memuncratkan darah segar ke pakaian Firlett.
Firlett hanya mampu menatapnya dengan senyuman sinis, kemudian mengambil sebuah
pistol dari balik rompinya. “Tak ku sangka ini cukup merepotkan, tetapi
permainan sudah selesai. Beristirahatlah dengan tenang.” Ucap Firlett yang
berada tepat di hadapan Billy dengan mengunci bidikannya ke tubuh Billy yang
tersandar di sebatang pohon.
Dor!
Sebuah peluru
meluncur tepat menuju dada Billy. Sekali
lagi Billy memuncratkan darah segarnya. Pandangan Billy berpendar, matanya
berkunang, Billy terhuyung kemudian jatuh ke depan.
Firlett melemparkan pistolnya begitu saja, kemudian mengusap kedua
telapak tangannya seraya berucap, “Cih… Tak ku sangka cukup merepotkan. Sudah
lama aku tidak mengotori tanganku.” Kemudian Firlett berbalik dan melangkah
menjauh.
Di sisi lain, Robert yang menatap lubang menganga di hadapannya dengan
penuh kebanggaan, tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah sosok bayangan yang terlihat
seperti berada di atasnya. Robert secara reflex menatap ke atas, sosok Ferdi
tampak terjun ke arahnya dengan sebuah pedang besar berkemilau menebas ke
arahnya.
Dengan cepat bayangan-bayangan kegelapan melindungi tubuh Robert,
bayangan-bayangan itu menahan hantaman Elgrad. Kini, dua kekuatan legendaris
itu saling beradu. Desiran angin yang dihasilkan oleh dua kekuatan legendaris
yang saling menghantam, menghembus ke segala penjuru. Ferdi terus menekan
kekuatan Elgrad ke bawah, dan bayangan-bayangan kegelapan itupun tidak mau mengalah.
Tetapi kekuatan Elgrad terus mendorong ke bawah, hingga bagian tanah tempat
Robert menginjak mulai retak. Retakan demi retakan tanah mulai menyebar luas,
hembusan anginpun bergemuruh ke segala penjuru. Tubuh Robert mulai terdorong ke
bawah, dan begitu pula dengan sebidang tanah yang mulai menghujam ke dalam.
Sebidang tanah berbentuk lingkaran dengan diameter lebih dari tiga ratus meter
itu retak dan terperosok masuk ke dalam saat tubuh Robert terus tertekan ke
bawah.
Lekukan sebidang tanah yang menjorok masuk dan hembusan dahsyat gemuruh
angin yang menerbangkan segala benda di sekeliling menjauh ke segala penjuru
menjadi saksi atas pertarungan antara dua kekuatan legendaris itu.
Robert terus tertekan ke dalam tanah dan Ferdi berusaha mencoba untuk
tetap bertahan, sebuah peristiwa pertarungan antara dua kekuatan besar yang tak
mau mengalah itu terus beradu dengan sengitnya. Kondisi di sekeliling tempat
itu porak-poranda dengan begitu hebohnya, hingga sebuah ledakan tak terelakkan
yang dihasilkan dua benda legendaris itu menggemparkan ke sekeliling. Ferdi
terpental ke udara, tak mampu menahan serangan lebih lanjut, akibat sebuah
ledakan tak terduga. Ferdi telah kehabisan banyak tenaga, ia tidak bisa
menyeimbangkan tubuhnya yang melayang di udara, pedangnya terjatuh dan
tertancap di tanah, sedangkan tubuh Ferdi sendiri terpelanting di atas tanah
yang sudah tak beraturan lagi kondisinya.
Beruntungnya, di saat tubuh Ferdi terpental-pental di atas tanah,
seseorang tiba-tiba menangkap tubuh Ferdi itu. Kemudian seseorang yang tidak
lain adalah Knight segera berucap, “Cih… kau melupakanku?!”
Ferdi yang terselamatkan di atas tangkapan Knight itu segera bangkit
terduduk di atas tanah, dan berkata, “Bukankah kau yang melupakanku? Seenaknya
saja kau menggunakan jurus yang menghancurkan sekelilingmu tanpa memedulikan
sekelilingmu.”
“Tetapi dengan ini aku impas, sekarang aku telah menolongmu.”
“Tidak juga. Seingatku, aku sudah dua kali menyelamatkanmu.”
“Cih… kau juga seenaknya menghancurkan tempat ini. Coba lihat ke
sekelilingmu, lihat perbuatanmu menggunakan pedang itu. Bahkan kerusakan ini
lebih parah dibandingkan kerusakan dari jurusku sebelumnya.” Balas Knight tidak
mau mengalah.
“Tetapi ini sebuah ketidaksengajaan.” Ferdi juga membalas tidak mau
mengalah. Tetapi, sebelum perdebatan panjang itu lebih rumit lagi, tiba-tiba
sebuah suara ikut bergabung.
“Cih, Sial! Apa yang kalian perdebatkan para bocah.” Dari balik butiran
debu yang berterbangan, sosok Robert muncul dengan terhuyung. Robert memaki
dengan sangat kesal, “SIAL! Sial! Aku butuh kekuatan yang lebih. Jauh lebih.
Aku tahu benda ini masih memiliki kekuatan tersembunyi yang jauh lebih lagi.
BERIKAN AKU KEKUATAN ITU!!!” Teriak Robert menggema dengan nada tak beraturan,
seperti seorang yang sedang kerasukan. Dan kemudian, teriakan Robert itu
seakan-akan mendapat jawaban dari zirah yang ia kenakan.
“Jika itu maumu.”
“AAARRRGGGHHH” Robert berteriak kencang. Tubuhnya seakan-akan menderita
sebuah kesakitan yang entah dari mana. Zirah yang sebelumnya ia kenakan hanya
berupa baju besi yang melindungi dada, tiba-tiba saja memberi jawaban dengan melebarnya
ukuran zirah yang perlahan membungkus tubuh Robert. Dan perlahan, zirah itu
bukan lagi seperti zirah, bukan lagi berupa baju besi, tetapi perlahan seperti
mantel kulit yang membungkus seluruh tubuh. Tetapi, mantel kulit itu semakin
menjadi-jadi, semakin lama semakin seperti hidup. Tubuh Robert yang terbungkus
itu terlihat semakin mengerikan, tubuhnya semakin membesar, bagian tangan
semakin besar dan memanjang, serta perlahan mengeluarkan kuku-kuku tajam.
Bagian kakinya pun membesar dan bermunculan kuku-kuku tajam di sana. Tetapi
bagian tangannya lebih panjang, sehingga bisa menyentuh hingga ke tanah.
Robert berteriak histeris, bagian wajahnya tertutup oleh suatu kulit
yang membungkus, dan perlahan wajahnya memoncong, dan menunjukkan sesuatu yang
mengerikan. Tubuh Robert terlihat berubah drastis. Kini, ia jauh berbeda, sama
sekali tak terlihat seperti manusia. Kini, ia lebih mirip seperti seekor MONSTER.
0 comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^