Tuesday, 7 January 2014 - , 0 comments

CERMIN DUA MUARA part XXXVI – Satu Lawan Satu

cerita sebelumnya
gambar nemu di google
Kepulan asap melayang tinggi ke udara akibat sebuah ledakan bom waktu. Steve bangkit dan menyaksikan dengan seksama kepulan asap yang perlahan mulai pudar. Ia mencoba mendekat dan memperhatikannya dengan waspada. Tetapi tiba-tiba ia berbalik, dan segera melompat ke samping ketika mengetahui sebuah belati melesat menujunya.
Steve mengamati belati yang masih melayang di udara itu. Rantai belati yang mengikatnya berasal dari sebuah tanah yang telah berlubang dibentuknya. Steve memerhatikan ke sekeliling, mencari gerak-gerik mencurigakan. Tetapi belati yang melayang itu tidak dapat menanti lebih lama lagi, belati itu kembali melesat ke arah Steve dengan cepat.
Steve terus menghindari serangan, hingga pada akhirnya ia berlari menjauh dari tempat itu. Steve telah menduga bahwa belati itu akan mengejarnya. Ia berlari dengan mengamati ke belakang, ia melihat belati yang mengejar itu dan rantai yang meliuk-liuk. Steve berbelok tajam di antara pepohonan, kemudian melompat ke atas dahan pohon dan bergerak berbalik, menantikan kedatangan belati yang akan melewati tepat di bawah posisinya berada, setidaknya itulah yang terpikirkan oleh Steve.
Tetapi, sepertinya belati itu telah mengetahui bahwa Steve bersembunyi di antara dahan-dahan di atas pohon. Belati itu melesat ke atas, tetapi Steve dengan tangkasnya melompat menjauhi pohon itu dengan posisi tubuh ia condongkan ke samping, ke arah di mana tempat yang ia lalui sebelumnya. Steve melihat kedatangan sebuah sosok dan segera meluncurkan tembakan serbuan ke arah sosok yang datang.
Stealth melompat menghindar ke samping, bersembunyi di antara balik pepohonan. Belatinya yang mengejar Steve ikut tertarik menjauh. Setidaknya, untuk sementara Steve merasa lebih aman, karena tidak dikejar-kejar belati pemangsa itu.
Stealth mengamati kondisi dari tempat persembunyiannya, sosok Steve yang sejak tadi dikejar-kejarnya, kini sudah tak tampak lagi. Ternyata Steve juga ikut bermain petak-umpet. Stealth berusaha untuk lebih waspada karena telah kehilangan mangsanya, dan tak ingin berbalik ia yang menjadi mangsa. Tiba-tiba Stealth mendengar suara desingan, ia segera melompat tinggi ke udara. Batang pohon yang sebelumnya ia gunakan sebagai tempat persembunyian, kini luluh dihantam rentetan peluru. Stealth melihat sosok Steve di belakang sana, ia segera melemparkan belati yang terikat rantai di tangan kirinya, dan kemudian sosok Steve segera menghilang untuk bersembunyi lagi. Stealth sedikit membelokkan arah lemparannya, hingga belatinya menancap ke sebatang pohon. Stealth mengatur nafas, kemudian menarik rantai dari belati yang telah tertancap, belati itu tidak tertarik, tetapi malah tubuh Stealth yang tertarik menuju ke arah pohon itu. Stealth melesat di udara menuju sebatang pohon, kemudian, dalam sesaat, Stealth telah menarik kembali belatinya yang tertancap di batang pohon ke dalam genggamannya. Stealth mencapai pohon itu dan melakukan lompatan berbalik, ia dapat melihat Steve yang bersembunyi terkejut dengan kehadirannya.
Steve berlari menjauhi, berusaha menghindar. Stealth yang masih melompat di udara, tak akan membiarkannya begitu saja, ia menyilangkan belati dengan ikatan rantai di tangan kirinya dengan belati yang dipegang di tangan kanannya, seraya melakukan teriakan, “Ku akhiri segera. Rasakan ini! Elzigra!!!
Sengatan gelombang listrik memancar hebat ke sekeliling posisi Steve dan Stealth berada. Steve menghentikan larinya, dan mengamati gelombang listrik yang membatasi geraknya bagai sebuah dinding bertegangan tinggi. Steve berbalik dan memandang tajam ke arah Stealth yang berjalan mendekat. Kemudian, dengan geram, Steve melancarkan serangan senapannya ke arah Stealth dengan membabi-buta
Stealth bergerak cepat menghindari rentetan peluru yang meluncur dengan deras. Kecepatan lari Stealth yang terlatih tak mampu diimbangi oleh Steve. Steve terus memburu dengan rentetan peluru, hingga ia pun kehabisan peluru. Stealth segera merentangkan kedua tangannya yang menggenggam belati, dan hendak menebaskan bilah belatinya saat ia sudah benar-benar dekat dengan Steve. “Mati kau!!!” teriak Stealth.
“Cih… sial.” Steve mengumpat. Bilah belati Stealth sudah berada di depan mata. Steve segera melompat ke belakang. Gerakan Stealth sungguh cepat, Steve takkan selamat hanya dengan melompat mundur ke belakang. Tetapi Steve tak juga kehabisan cara, saat ia masih melayang di udara karena lompatannya, ia juga sambil menekan sebuah tombol yang ada pada senapannya, kemudian membantingnya dengan keras ke tanah.
Sebuah ledakan kecil timbul dari senapan karbin M4A1 yang dibanting. Ledakan itu menciptakan kepulan asap yang menutupi jarak antara lompatan Stealth dengan Steve, sekaligus membuat Steve terhempas ke belakang, lalu terduduk di atas tanah. Sementara Stealth yang masih berada pada lompatan di udara yang kini posisinya telah tertutupi oleh kepulan asap, membuatnya tidak mengetahui bahwa Steve telah bergegas mengambil dua pistol dari balik rompinya dengan kedua tangannya, dan menodongkan kedua pistol itu ke depan. Stealth muncul dari balik kepulan asap yang dihasilkan ledakan kecil itu, tetapi Steve sudah menantikan kehadirannya. Tepat saat Stealth berada di depan mata dan hendak menebaskan belatinya, Steve sudah terlebih dahulu menarik pelatuk kedua pistolnya.
DOR! DOR!
Akibat kepulan asap yang menutupi pandangan Stealth, ia pun terkejut karena tiba-tiba ia sudah ditodongkan senjata, sehingga tak sempat lagi menghindar. Stealth tertembak dengan keras dan ia pun terlempar ke belakang, kembali ke dalam kepulan asap.

Epsa bersembunyi di sebatang pohon besar, dan mengintip ke sosok yang berjalan mendekat mencari keberadaannya. Sosok itu menggenggam sebutir granat di masing-masing telapak tangannya.
“Hentikan permainanmu, bocah. Kau takkan bisa selamanya bersembunyi.” Teriak Jack yang berjalan semakin mendekat.
‘Benar.’ Batin Epsa, sekarang Stealth sedang sibuk dalam pertarungan entah di mana, jadi ia harus melakukan sesuatu, atau semuanya akan berakhir dengan mudah. Epsa memandang ke langit untuk sesaat. Kemudian terbesit sesuatu di benak Epsa, ia mengambil lima anak panah sekaligus dan menembakkannya ke langit cerah itu. “Arrow Rain!” ucap Epsa perlahan, dan tiba-tiba saja turun hujan anak panah di sebidang tanah di sekeliling Jack.
Jack terkejut dengan kehadiran hujan yang datang tiba-tiba. Ia menatap ke langit yang masih cerah, dan hujan tidak turun di seluruh tempat, hanya pada sebidang tanah kecil.
Epsa mengambil kesempatan di saat kebingungan Jack. Ia berlari keluar dengan merentangkan busurnya, membidik tepat ke arah Jack, dan siap melepaskan serangan tembakan. Tetapi Jack segera tersadar, ia yang mengetahuinya segera membantingkan granat di tangan kirinya. Kepulan asap kembali terjadi, menutupi keberadaan Jack. Epsa berhenti berlari dan menahan serangannya, tidak ingin melakukan serangan sia-sia. Beruntungnya, hujan yang ia hasilkan membuat kepulan asap itu semakin cepat memudar. Epsa masih menahan rentangan busurnya untuk menantikan serangan pastinya pada Jack, bagaikan seekor singa yang menantikan mangsanya keluar dari sarang.
Jack tidak akan membiarkan begitu saja dirinya menjadi sasaran empuk bagi panah Epsa. Tepat sebelum kepulan asap memudar, Jack melemparkan granat di tangan kanannya ke arah Epsa berpijak. Epsa menunda serangannya dan segera melompat ke belakang, tetapi sedikit terlambat. Granat itu meledak sebelum Epsa benar-benar berada di posisi yang aman. Tubuh Epsa terhempas ke belakang, dan busur beserta anak panah yang sejak tadi sudah menanti serangan, terlepas dari genggamannya. Lecet luka memenuhi sekujur tubuh Epsa, Epsa hanya mampu terduduk di atas tanah dan mengerang kesakitan.
Jack merasa menang, ia mengambil kembali sebuah granat dari dalam tasnya dan berjalan mendekat ke arah Epsa. “Berakhir semuanya, bocah.” Ucap Jack bangga.
“Kau menginjak anak panahku.” Ucap Epsa kemudian.
“Memangnya kenapa?”
Epsa tersenyum simpul. Langkah Jack terhenti sesaat, ia menundukkan wajahnya untuk menatap sebentar anak panah yang ia injak di bawah, kemudian menatap heran ke arah Epsa yang menggerakkan kedua jari tangan kanannya seraya berucap perlahan, “Freeze!
Telapak kaki Jack terasa dingin, padahal ia menggunakan sepatu bot tebal. Jack heran, kemudian melihat kembali ke arah bawah. Telapak kakinya perlahan membeku. Jack terkejut bukan main, perlahan kakinya semakin membeku dan semakin merambat ke atas. “Sial.” Jack memaki. Ia tidak mau membuang-buang kesempatan dan waktunya, Jack melemparkan granat yang ia genggam ke depan. Dan…
DUARRR!!!

Billy masih berlari, mencari keberadaan Epsa dan Stealth berada. Tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti, ada sesuatu hal mengganjal yang mengusiknya. Billy mengamati ke sekeliling, dan tiba-tiba terdengar rentetan peluru ke arahnya, Billy segera berguling menghindar, kemudian mencoba membalas serangan ke arah asal tembakan. Tetapi, tembakan senapannya mengenai daerah kosong.
Firlett mengokang senapan AN-94 hasil modifikasinya, kemudian mengintip ke tempat yang sebelumnya terdapat seseorang yang berlari. Sosok yang ditargetkan Firlett menghilang. Firlett bergerak mengendap keluar, mencari sosok itu.
Billy merunduk dan merayap, ia mengintip ke sosok yang memburunya tadi. Firlett tampak melangkah waspada mencarinya. Billy dapat melihat langkah Firlett, kemudian mengunci tembakan dan segera meletuskan tembakannya.
Dor! Firlett segera bergerak menghindar. Sebatang pohon di sebelahnya tampak rapuh akibat tembakan senapan. Firlett sudah mengetahui posisi sosok buruannya. Ia segera membalas serangan dengan serentetan timah panas. Peluru-peluru panas yang melesat cepat itu hanya mengenai bebatuan dan tanah kosong.
Billy berguling ke arah batang pohon. Kemudian bangkit sejenak dan bergerak perlahan, hendak mencari jalan memutar untuk dapat melakukan tembakan yang tidak sia-sia.
Firlett menyadari gerakan Billy dan langsung menjuruskan butiran pelurunya ke arah langkah Billy. Billy berlari menghindar, dan sesekali membalas serangan yang membuat Firlett harus bersembunyi kembali. Billy berlari bersembunyi di balik pepohonan.
“Cih… sial.” Firlett memaki. “Kali ini ku pastikan tidak akan meleset lagi.” Firlett mengambil sesuatu dari balik tasnya dan memasangkannya pada senapan AN-94 modifikasinya. Alat itu ia pasangkan pada bagian kanan laras senapannya. Tangan kirinya menggenggam gagang senapan dan tangan kanannya digenggamkan pada bagian tambahan alat itu. Kemudian, Firlett segera berlari memburu dan menyarangkan rentetan pelurunya ke pepohonan tempat bersembunyinya Billy. Billy hendak membalas, tetapi senjata tipe serbu itu terlalu cepat, bahkan kali ini jauh lebih cepat dari sebelumnya, hingga membuat Billy tak memiliki kesempatan.
Billy bergerak menjauh dari batang pohon yang terus diserbu dan terlihat akan roboh. Firlett pun bergerak semakin mendekati batang pohon itu. kemudian Firlett melompat ke samping dan hendak menembak ke arah sosok yang sebelumnya bersembunyi di baliknya. Tetapi sosok itu telah hilang. Firlett kesal.
Firlett mengedarkan pandangannya, mencari sosok buruannya. Firlett terkejut ketika mengetahui sesuatu yang melompat dari pohon di belakangnya.
DOR!!! Tembakan keras senapan Billy berhasil mengenai bahu kiri Firlett dengan keras, hingga Firlett terhentak mundur, dan senapannya terlepas dari genggaman.
Billy maju dengan percaya diri mendekati Firlett yang terhuyung jatuh. Billy mengokang senapannya, kemudian membidikkannya ke arah Firlett. Dan…
Dar… Hanya ada letupan angin yang keluar dari senapan Billy. Ternyata senapan Billy kehabisan peluru, dan Billy lupa belum mengisinya kembali.
Firlett menertawakannya. Kemudian tatapan sinisnya muncul ketika Billy bergerak semakin mendekatinya, dan ia berkata, “Huh… sebenarnya ku tak rela, senjata modifikasi kesayanganku…. Yah… tapi tak apalah… aku lebih sayang pada nyawaku.” Billy menatapnya heran tak mengerti. Tetapi, tanpa Billy sadari, diam-diam Firlett menekan sebuah tombol pada remot yang berada di balik sakunya. Dan tiba-tiba, senapan AN-94 yang tergeletak di dekat Billy mengeluarkan bunyi desingan, dan…
DUUUAAARRR!!!


0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^