Wednesday, 25 December 2013 - , 0 comments

CERMIN DUA MUARA part XXXV – Kekuatan 100 Iblis

Beberapa anak panah melesat beruntun menuju ke arah atas pegunungan di mana Steve beserta Firlett dan Jack berada.
“Berhati-hatilah kalian. Jangan meremehkan lawan kita kali ini walau mereka hanya menggunakan senjata seperti itu, atau kalian akan bernasib sama dengan Harled.” Steve memperingati dengan suara membentak bernada geram.
Steve, Firlett, dan Jack sudah bersiap untuk bergerak menghindari beberapa anak panah yang datang secara beruntun. Tetapi betapa terkejutnya mereka, ketika ke semua anak panah yang datang sama sekali tak ada yang melesat ke arah tubuh mereka. Seluruh anak panah yang datang itu hanya melewati ke sekeliling mereka dan mengenai daerah kosong bebatuan di belakang mereka.
“Sial.” Steve memaki. “Mereka mau bermain-main denganku apa.” Steve kesal, ia bergerak ke depan dengan mengokang senapan miliknya.
Dari kejauhan terdengar Epsa berkata dengan lirih, “Flood.
Steve hendak meluncurkan serangannya pada Stealth yang berlari semakin mendekat. Tetapi tiba-tiba, Jack memberi peringatan dengan panik dari belakang, “Steve!”
Steve menoleh ke belakang. Ia melihat ke semua anak panah di belakangnya, seperti ke semua anak panah itu memancarkan suatu gelombang yang saling menghubungkan antara ekor anak panah satu dengan lainnya. Gelombang yang terhubung itu tiba-tiba memuncratkan sesuatu. Air bah muncul dari puncak menuruni pegunungan. Steve, Firlett, dan Jack terkejut dengan banjir yang tiba-tiba muncul tanpa sebab dari tempat yang tak layak. Air bah itu menghempaskan tubuh mereka, hingga bergelimangan jatuh dengan keras membentur bebatuan yang terus terjatuh menuruni pegunungan.
“Sial.” Steve memaki seraya berusaha menyeimbangkan tubuh agar tidak terus terpelanting karena air bah yang menerpa dan bebatuan pegunungan yang menjadi licin akibat terpaan air. Steve melihat ke bawah, ke kaki pegunungan yang semakin dekat, sebentar lagi mereka akan jatuh terjerumus ke sana. Steve berusaha mengendalikan kakinya, kemudian ia melompati dahan-dahan pohon di bawahnya sebelum ia sampai di bawah pegunungan.
Tiba-tiba Steve terkejut, sebuah mata belati melayang ke arahnya. Steve hampir terjatuh dari atas pohon akibat keterkejutannya dikarenakan sepatunya yang masih licin. Steve segera melompat menghindar menuju pohon lain, kemudian melompat kembali ke pohon yang lain lagi, hingga ia menemukan tempat yang aman untuknya mendarat di atas tanah. Steve menoleh ke belakang, ia melihat belati yang sejak tadi melayang mengejarnya.
“Rasakan.” Teriakan Stealth terdengar. Tiba-tiba belati yang melesat ke arah Steve memendarkan cahaya petir ke sekeliling. Steve terkejut, ia memicingkan mata akibat cahaya yang menyilaukan mata itu. Walau Steve tak dapat melihat dengan pasti akibat cahaya yang menyilaukan, tetapi insting bertarung Steve dapat merasakan suatu bahaya yang mengarah padanya. Steve segera melompat ke samping, ia menghindar dari sebuah belati yang mampu ia rasakan arah melesatnya. Setelah lompatan ke samping itu, tiba-tiba sebuah angin ledakan menghempaskan tubuh Steve hingga terpental kembali ke samping.
“Argh….” Desis Steve. Tubuh Steve terasa nyeri di sekujurnya, seperti ada aliran listrik yang menyengat masuk ke tubuhnya. Steve membuka mata perlahan, rasa nyeri sengatan di tubuhnya sudah mulai meninggalkannya. Tepat saat Steve membuka mata, seseorang muncul di hadapannya, ia hanya mampu terduduk di atas tanah mengamati sosok itu.
Stealth yang menggenggam kedua belati melangkah mendekati Steve perlahan, kemudian ia menyilangkan kedua belatinya dan hendak menebaskannya ke Steve. Tetapi tiba-tiba Steve tersenyum sinis sembari berucap, “Trap.” Stealth menghadapkan wajahnya ke bawah, ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Tetapi tiba-tiba….
DUARRR!!! Steve menekan sebuah tombol dan terjadi sebuah ledakan yang berasal dari sebuah ranjau yang terpasang tepat di mana kaki Stealth menginjak.

Di depan salah satu gua di lembah dimensi, Ferdi, Knight, dan Billy terkejut mendengar sebuah ledakan yang terdengar berada tak jauh di selatan mereka berada.
“Ah, apa itu?” Tanya Knight.
“Sudah ku duga, di antara mereka terdapat seorang bomber. Pasti orang itu membawa banyak granat tangan.” Balas Billy. “Berbahaya jika hanya mereka berdua yang menangani ketiga prajurit itu. Terlebih, sepertinya kalian tidak tahu menahu mengenai senjata api.”
“Aku tahu.” Knight menjawab terburu tak terima.
“Tetapi, dua lawan tiga, itu tidak seimbang.” Ucap Billy. “Yang kita kejar ini hanya seorang, bukan?”
“Ya, tapi dia adalah pimpinan dan target dalam misi kami. Selain itu, di antara mereka bertiga yang manusia itu, Robert jauh lebih berbahaya. Dia sekarang ini bukanlah manusia, dan lagi, dia sepertinya mengetahui beberapa sihir berbahaya.”
“Baiklah, tetapi…”
“Baiklah!” Knight segera menyanggah, memotong dengan segera ucapan Billy. “Jadi, apa rencanamu?”
“Kalian berdua bisa menangani dia seorang, bukan?”
Knight tidak menjawab, ia hanya melirik ke arah Ferdi.
Billy melanjutkan, “Aku akan kembali ke sana untuk membantu mereka berdua.”
“Baiklah, terserah kau.” Knight menjawab pasrah.
“Oke, aku pergi sekarang, sepertinya suara ledakan itu tidak jauh dari sini.” Billy berucap seraya pergi menghilang meninggalkan mereka berdua.
Tak sampai satu menit sejak Billy pergi, tiba-tiba sebuah suara raungan terdengar dari dalam mulut gua. Ferdi dan Knight terkejut, mereka menatap seksama dan waspada ke dalam kegelapan mulut gua.
BLAAARRR!!!
Tiba-tiba tubuh Ferdi dan Knight terhempas mundur menjauhi mulut gua. Ferdi terperosok dan terpelesat di atas tanah. Sedangkan Knight terhempas jauh ke udara hingga hampir menabrak dengan keras pohon besar di belakangnya, tetapi Knight berhasil berkelit, ia memutar tubuhnya dan mendaratkan kakinya di batang pohon itu, kemudian melompat kembali ke depan.
Mata Ferdi dan Knight tertuju tajam pada mulut gua yang mengeluarkan hawa mencekam. Sesosok bayangan dengan sinar mata ganas perlahan muncul dari dalam gua. Robert, kah? Knight membatin, tetapi kali ini berbeda, sebuah hawa menakutkan yang belum pernah ia rasakan muncul dari dalam sana.
Benar, Robert. Robert muncul dari dalam gua, tubuhnya kali ini terlihat sangat bugar dan sehat, dengan sebuah baju zirah yang terpasang di tubuhnya. Robert tersenyum sinis dengan pandangan seram ke arah dua orang yang menantikan kehadirannya, kemudian berucap dengan nada tinggi dan keras serta bergema, seperti suara beberapa orang sekaligus, “Oh, kalian sudah datang menuggu yah… Baiklah, terima kasih. Dan terima kasih juga dengan benda ini. Sebagai ucapan terima kasihku, akan ku berikan sebuah keistimewaan untuk menjadi orang pertama yang merasakan kekuatan baju zirah legendaris ini.”
Knight menatap Robert dengan gelisah, keringat mengucuri pelipisnya, dan Ferdi pun mampu merasakan hawa menakutkan yang terselubung. Sebuah aura gelap terpancar dari dalam zirah itu, beberapa bayangan yang gelap pekat yang dapat dirasakan berasal dari balik zirah itu mulai tampak bergerak keluar dan bergelung di sekitar tubuh Robert. Robert mengangkat tangannya perlahan, bayangan dari aura gelap itu bergerak ke atas mengitari tangannya. Kemudian, dengan sebuah senyuman sinis, Robert menjatuhkan telapak tangannya ke depan. “Rasakan.” Aura kegelapan menyebar dan meletus di udara.
Ferdi dan Knight terkejut, tiba-tiba tubuh mereka terpelanting jauh ke belakang. Mereka berdua berhasil mendarat di atas tanah dengan baik, tetapi sekujur tubuh mereka lecet penuh luka. Ferdi dan Knight mendesis, Knight pun menatap Robert dengan tatapan tajam penuh geram.
Robert tertawa penuh kemenangan. “Inikah kekuatan benda legendaris itu, benda dengan kekuatan 100 iblis. Haha…. Bahkan tanpa menyentuh pun aku mampu menghabisi kalian semua. Dengan begini, aku… aku akan menjadi yang terkuat, tak terkalahkan di alam semesta ini. Dan aku akan menjadi raja di era yang baru.”

Bersambung...

0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^