Beberapa anak panah melesat beruntun menuju ke arah atas pegunungan di
mana Steve beserta Firlett dan Jack berada.
“Berhati-hatilah kalian. Jangan meremehkan lawan kita kali ini walau
mereka hanya menggunakan senjata seperti itu, atau kalian akan bernasib sama
dengan Harled.” Steve memperingati dengan suara membentak bernada geram.
Steve, Firlett, dan Jack sudah bersiap untuk bergerak menghindari
beberapa anak panah yang datang secara beruntun. Tetapi betapa terkejutnya
mereka, ketika ke semua anak panah yang datang sama sekali tak ada yang melesat
ke arah tubuh mereka. Seluruh anak panah yang datang itu hanya melewati ke
sekeliling mereka dan mengenai daerah kosong bebatuan di belakang mereka.
“Sial.” Steve memaki. “Mereka mau bermain-main denganku apa.” Steve
kesal, ia bergerak ke depan dengan mengokang senapan miliknya.
Dari kejauhan terdengar Epsa berkata dengan lirih, “Flood.”
Steve hendak meluncurkan serangannya pada Stealth yang berlari semakin
mendekat. Tetapi tiba-tiba, Jack memberi peringatan dengan panik dari belakang,
“Steve!”
Steve menoleh ke belakang. Ia melihat ke semua anak panah di belakangnya,
seperti ke semua anak panah itu memancarkan suatu gelombang yang saling
menghubungkan antara ekor anak panah satu dengan lainnya. Gelombang yang
terhubung itu tiba-tiba memuncratkan sesuatu. Air bah muncul dari puncak
menuruni pegunungan. Steve, Firlett, dan Jack terkejut dengan banjir yang
tiba-tiba muncul tanpa sebab dari tempat yang tak layak. Air bah itu
menghempaskan tubuh mereka, hingga bergelimangan jatuh dengan keras membentur
bebatuan yang terus terjatuh menuruni pegunungan.
“Sial.” Steve memaki seraya berusaha menyeimbangkan tubuh agar tidak
terus terpelanting karena air bah yang menerpa dan bebatuan pegunungan yang
menjadi licin akibat terpaan air. Steve melihat ke bawah, ke kaki pegunungan
yang semakin dekat, sebentar lagi mereka akan jatuh terjerumus ke sana. Steve
berusaha mengendalikan kakinya, kemudian ia melompati dahan-dahan pohon di
bawahnya sebelum ia sampai di bawah pegunungan.
Tiba-tiba Steve terkejut, sebuah mata belati melayang ke arahnya. Steve
hampir terjatuh dari atas pohon akibat keterkejutannya dikarenakan sepatunya
yang masih licin. Steve segera melompat menghindar menuju pohon lain, kemudian
melompat kembali ke pohon yang lain lagi, hingga ia menemukan tempat yang aman
untuknya mendarat di atas tanah. Steve menoleh ke belakang, ia melihat belati
yang sejak tadi melayang mengejarnya.
“Rasakan.” Teriakan Stealth terdengar. Tiba-tiba belati yang melesat ke
arah Steve memendarkan cahaya petir ke sekeliling. Steve terkejut, ia
memicingkan mata akibat cahaya yang menyilaukan mata itu. Walau Steve tak dapat
melihat dengan pasti akibat cahaya yang menyilaukan, tetapi insting bertarung Steve
dapat merasakan suatu bahaya yang mengarah padanya. Steve segera melompat ke
samping, ia menghindar dari sebuah belati yang mampu ia rasakan arah melesatnya.
Setelah lompatan ke samping itu, tiba-tiba sebuah angin ledakan menghempaskan
tubuh Steve hingga terpental kembali ke samping.
“Argh….” Desis Steve. Tubuh Steve terasa nyeri di sekujurnya, seperti
ada aliran listrik yang menyengat masuk ke tubuhnya. Steve membuka mata
perlahan, rasa nyeri sengatan di tubuhnya sudah mulai meninggalkannya. Tepat
saat Steve membuka mata, seseorang muncul di hadapannya, ia hanya mampu
terduduk di atas tanah mengamati sosok itu.
Stealth yang menggenggam kedua belati melangkah mendekati Steve
perlahan, kemudian ia menyilangkan kedua belatinya dan hendak menebaskannya ke
Steve. Tetapi tiba-tiba Steve tersenyum sinis sembari berucap, “Trap.” Stealth
menghadapkan wajahnya ke bawah, ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal.
Tetapi tiba-tiba….
DUARRR!!! Steve menekan sebuah tombol dan terjadi sebuah ledakan yang
berasal dari sebuah ranjau yang terpasang tepat di mana kaki Stealth menginjak.
Di depan salah satu gua di lembah dimensi, Ferdi, Knight, dan Billy
terkejut mendengar sebuah ledakan yang terdengar berada tak jauh di selatan
mereka berada.
“Ah, apa itu?” Tanya Knight.
“Sudah ku duga, di antara mereka terdapat seorang bomber. Pasti orang
itu membawa banyak granat tangan.” Balas Billy. “Berbahaya jika hanya mereka
berdua yang menangani ketiga prajurit itu. Terlebih, sepertinya kalian tidak
tahu menahu mengenai senjata api.”
“Aku tahu.” Knight menjawab terburu tak terima.
“Tetapi, dua lawan tiga, itu tidak seimbang.” Ucap Billy. “Yang kita
kejar ini hanya seorang, bukan?”
“Ya, tapi dia adalah pimpinan dan target dalam misi kami. Selain itu, di
antara mereka bertiga yang manusia itu, Robert jauh lebih berbahaya. Dia
sekarang ini bukanlah manusia, dan lagi, dia sepertinya mengetahui beberapa
sihir berbahaya.”
“Baiklah, tetapi…”
“Baiklah!” Knight segera menyanggah, memotong dengan segera ucapan Billy.
“Jadi, apa rencanamu?”
“Kalian berdua bisa menangani dia seorang, bukan?”
Knight tidak menjawab, ia hanya melirik ke arah Ferdi.
Billy melanjutkan, “Aku akan kembali ke sana untuk membantu mereka
berdua.”
“Baiklah, terserah kau.” Knight menjawab pasrah.
“Oke, aku pergi sekarang, sepertinya suara ledakan itu tidak jauh dari
sini.” Billy berucap seraya pergi menghilang meninggalkan mereka berdua.
Tak sampai satu menit sejak Billy pergi, tiba-tiba sebuah suara raungan
terdengar dari dalam mulut gua. Ferdi dan Knight terkejut, mereka menatap seksama
dan waspada ke dalam kegelapan mulut gua.
BLAAARRR!!!
Tiba-tiba tubuh Ferdi dan Knight terhempas mundur menjauhi mulut gua.
Ferdi terperosok dan terpelesat di atas tanah. Sedangkan Knight terhempas jauh
ke udara hingga hampir menabrak dengan keras pohon besar di belakangnya, tetapi Knight berhasil berkelit, ia memutar tubuhnya dan mendaratkan kakinya di batang
pohon itu, kemudian melompat kembali ke depan.
Mata Ferdi dan Knight tertuju tajam pada mulut gua yang mengeluarkan hawa
mencekam. Sesosok bayangan dengan sinar mata ganas perlahan muncul dari dalam
gua. Robert, kah? Knight membatin, tetapi kali ini berbeda, sebuah hawa
menakutkan yang belum pernah ia rasakan muncul dari dalam sana.
Benar, Robert. Robert muncul dari dalam gua, tubuhnya kali ini terlihat
sangat bugar dan sehat, dengan sebuah baju zirah yang terpasang di tubuhnya.
Robert tersenyum sinis dengan pandangan seram ke arah dua orang yang menantikan
kehadirannya, kemudian berucap dengan nada tinggi dan keras serta bergema,
seperti suara beberapa orang sekaligus, “Oh, kalian sudah datang menuggu yah…
Baiklah, terima kasih. Dan terima kasih juga dengan benda ini. Sebagai ucapan
terima kasihku, akan ku berikan sebuah keistimewaan untuk menjadi orang pertama
yang merasakan kekuatan baju zirah legendaris ini.”
Knight menatap Robert dengan gelisah, keringat mengucuri pelipisnya, dan
Ferdi pun mampu merasakan hawa menakutkan yang terselubung. Sebuah aura gelap terpancar
dari dalam zirah itu, beberapa bayangan yang gelap pekat yang dapat dirasakan
berasal dari balik zirah itu mulai tampak bergerak keluar dan bergelung di
sekitar tubuh Robert. Robert mengangkat tangannya perlahan, bayangan dari aura
gelap itu bergerak ke atas mengitari tangannya. Kemudian, dengan sebuah
senyuman sinis, Robert menjatuhkan telapak tangannya ke depan. “Rasakan.” Aura
kegelapan menyebar dan meletus di udara.
Ferdi dan Knight terkejut, tiba-tiba tubuh mereka terpelanting jauh ke
belakang. Mereka berdua berhasil mendarat di atas tanah dengan baik, tetapi
sekujur tubuh mereka lecet penuh luka. Ferdi dan Knight mendesis, Knight pun menatap
Robert dengan tatapan tajam penuh geram.
Robert tertawa penuh kemenangan. “Inikah kekuatan benda legendaris itu,
benda dengan kekuatan 100 iblis. Haha…. Bahkan tanpa menyentuh pun aku mampu
menghabisi kalian semua. Dengan begini, aku… aku akan menjadi yang terkuat, tak
terkalahkan di alam semesta ini. Dan aku akan menjadi raja di era yang baru.”
Bersambung...
0 comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^