Sebuah rumah yang
sudah ditinggalkan pemiliknya lima tahun yang lalu, kini hanya menjadi
puing-puing tiada arti. Terlebih setelah terdengar ledakan yang menghebohkan
warga sekitar. Kini tempat itu rata tanpa sisa. Dan seluruh warga hanya dapat
menyaksikannya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya.
Hingga senin sore
ini, tempat itu disegel oleh polisi untuk diselidiki lebih lanjut perihal
masalah ledakan yang beberapa hari lalu terjadi. Dan menjadi sebuah tempat yang
heboh diperbincangkan oleh warga. Knight, Stealth, Ferdi, Epsa, begitu juga
Billy yang mengikuti, tidak dapat berkutik, mereka hanya mampu menyaksikan
tempat kerumunan itu dari kejauhan tanpa mampu mendekatinya.
“Bagaimana ini?
Kita tidak mungkin untuk mendekatinya sekarang ini.” Tanya Ferdi memecah
keheningan di antara mereka berlima.
Stealth
memejamkan mata dan terdiam sejenak, kemudian perlahan lekas membuka mata
kembali dan berkata, “Aku yakin, aku dapat merasakan ada sebuah gerbang dimensi
yang terhubung pada kuncinya di sekitar sini.”
“Jadi bagaimana?”
Knight mengulang kembali pertanyaan Ferdi.
“Lebih baik kita
kembali sekarang, hari sudah mulai sore, kita juga sudah lelah setelah
perjalanan kembali dari Gua 7 Serangkai itu. Mungkin kita bisa mencarinya di
tengah malam nanti, saat semua orang terlelap.” Epsa berusaha memberi saran.
*****
Hari Senin pukul
07.00 malam. Ferdi, Epsa, Knight, dan Stealth kembali ke rumah Epsa untuk makan
malam dan beristirahat sejenak di rumah yang cukup besar itu. Sementara Billy
telah kembali lebih dahulu ke rumahnya sendiri. Tidak ada lagi kekhawatiran di
benak Ferdi, terlebih, ia juga telah menghubungi ibunya untuk beralasan bahwa
ia akan tinggal berlibur bersama kak Epsa. Dan tentunya ibunya yang mengenal
baik Epsa mengizinkan hal tersebut.
Mereka kembali
memasuki sebuah kamar yang berukuran cukup besar itu. Epsa segera merebahkan
tubuhnya ke atas kasurnya yang berukuran lebih dari cukup untuk menampung satu
orang itu, kemudian lekas bertanya pada Ferdi, “Eh, kau sudah libur, Fer?”
“Hehe…. Belum
sih, aku membolos. Tetapi tak apalah, sudah ujian saja kok, tak bakalan deh
ketinggalan pelajaran. Tak usah khawatir.”
Knight tidak
menghiraukan pembicaraan kedua manusia itu, ia segera saja bertanya pada
Stealth, “Jadi, apa rencanamu?”
“Aku tidak
memiliki rencana.” Jawab Stealth cepat tanpa beban. “Kau ketuanya, bukan? Kau
yang memutuskan.”
“Baiklah, kita
akan mendatangi dimensi itu.”
Epsa yang
mendengar ucapan Knight, ikut bergabung dalam pembicaraan dua liteirin itu,
“Apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja benda itu di dimensi aman yang dibuat
oleh penjaga itu? Daripada harus repot-repot mencari benda yang merepotkan
itu?”
“Kita masih harus
memperhitungkan keberadaan Robert beserta pasukannya. Jika dia sudah sampai
bisa mengalahkan Gerald, akan ada kemungkinan bahwa dia sudah mengetahui
tempatnya, tetapi dia hanya membutuhkan kuncinya.” Jawab Knight.
“Terlebih, itu
adalah Robert, dia selalu mempunyai cara atau sesuatu apapun yang mampu
melakukan hal-hal di luar pertimbangan kita.” Sahut Stealth kemudian.
“Ya, dengan
asumsi seperti itu, bagaimanapun kami harus memeriksa keberadaan benda
merepotkan itu. Lagipula, misi kami datang ke dimensi ini adalah untuk
menangkap Robert baik hidup ataupun mati, bukan melindungi benda itu. Orang
seperti itu akan menyusahkan, baik bagi kalian ataupun keberadaan dunia kami. Untuk
itu, apapun yang terjadi, kita harus memeriksa benda itu. Jika sampai bertemu
dengan Robert, itu akan menjadi kesempatan bagus kami untuk menghabisinya. Yah…
setelah itu, misi kami selesai.”
Knight diam dan
mengambil nafas sejenak, kemudian menoleh serius pada Stealth dan kembali
melanjutkan, “Stealth, apa kau bisa merasakan hawanya atau salah satu dari
mereka? Kau sudah bertemu salah satu dari mereka yang masih belum kita ketahui
namanya itu, bukan?”
“Ya, tetapi
hawanya sangat kecil saat itu, sulit merasakan hawa keberadaan seseorang yang
berada pada posisi santai, terlebih tanpa menggunakan auranya. Apalagi, hawa
keberadaan manusia-manusia di sekitar yang kita temui sangat kecil dan tidak
teratur, karena meraka belum pernah mempelajari pengendalian aura.”
“Huh, ini akan
merepotkan jika begitu. Apa boleh buat, sampaikan saja informasi yang kau
punya, kita harus memperhitungkan semuanya. Pertimbangkan semua kemungkinan
yang terjadi dan kita selesaikan semuanya malam ini juga.” Ucap Knight berusaha
bersikap tegas bagaikan seorang pemimpin.
*****
Tepat saat tengah
malam, Knight dan Stealth yang diikuti oleh Ferdi dan Epsa bergerak cepat
tetapi dengan langkah yang sangat pelan bagaikan mengendap-endap ke suatu
tempat yang terjaga ketat. Mereka berhenti sejenak di balik sebatang pohon pada
jarak beberapa meter dari tempat di mana Ferdi dulu pernah tinggal dan kini
hanya rata menjadi tanah. Knight memberikan anggukan dan mereka pun bergerak
memasuki kawasan bekas ledakan itu.
Knight dan
Stealth menuju tempat itu lebih dahulu dan memasuki sebidang tanah yang dulu
pernah menjadi sebuah pekarangan rumah. Kemudian, Stealth mengeluarkan sebuah
keris yang menjadi kunci dimensi dan mencoba merasakannya. Ia dapat merasakan
suatu kekuatan yang terbungkus dalam dimensi di sekitar tempat itu. Ia berusaha
mencoba melacak tempat pastinya. Ia sudah mampu mengetahui letak pasti gerbang
dimensi yang menuju dunia liteirin, tetapi bukan itu yang ia cari sekarang ini.
Sedangkan Ferdi
yang melangkah mendekati tempat yang dulu akrab baginya, hanya berada di luar
daerah bekas ledakan dan menatapi tempat itu.
Beberapa menit
kemudian, Billy juga tampak terlihat dari kejauhan malam mendekati ke tempat
itu untuk ikut campur saja. Ferdi tak menghiraukan kehadiran sesosok itu. Ia
hanya menatap ke depan ke arah bekas ledakan, sembari berkata seorang diri
dengan lirih, “Tidak ku sangka, setelah jauh-jauh melakukan perjalanan,
akhirnya, untuk menyelesaikan misi ini harus kembali lagi pada tempat
bermulanya semua kejadian aneh yang menimpaku selama ini. Tempat yang menjadi
misteri kematian kakakku. Tempat di mana ku bertemu dengan kedua orang aneh ini
dan mengalami kisah hidup yang tak masuk akal. Dan akan menjadi tempat misteri
kehidupanku nanti?”
Tiba-tiba Stealth
berlari ke sudut tempat sedikit keluar dari tempat bekas ledakan itu. Ia
membungkuk dan meraba-raba tanah di bawah tempatnya berada. Kemudian berkata
perlahan, “Ini tempatnya! Tidak salah lagi.”
Knight berlari
mendekati Stealth, yang kemudian diikuti oleh Epsa, Ferdi menatap ke arah
mereka dan bangkit untuk melangkah perlahan menuju mereka. Stealth menatap Knight,
yang kemudian direspon dengan sebuah anggukan. Stealth berdiri dan bergerak
mundur perlahan beberapa langkah. Ia merentangkan tangan kirinya, yang kemudian
melayang sebuah belati yang terikat rantai. Belati itu meliuk-liuk bagai siap
memangsa, kemudian melesat seperti mematuk ke sebidang tanah yang dipijaki
Stealth sebelumnya untuk menggali sebuah lubang. Sebidang tanah itu berlubang,
dan Stealth merasakan ada sebuah pancaran dari dalam sana.
Stealth menarik
belatinya kembali pada genggaman tangannya, kemudian mendekati lubang itu, lalu
merunduk. Tangan kanannya yang membawa keris sebagai kunci itu segera
dihujamkan ke dalam lubang itu. Stealth mengukir sesuatu di atas lubang tanah
itu dengan keris yang ia pegang. “Lepaskan!!!”
Sebidang tanah di
sekitar lubang itu merekah, terpancar suatu kilauan dari dalam sana, yang membuat
lubang itu tertutup cahaya yang menutupi keberadaan lubang itu. Stealth
mengangguk pada Knight, yang segera di respon oleh Knight.
Knight melompat
ke dalam lubang itu dan menghilang ke dalam kilauan cahaya. Sementara Ferdi,
Epsa, juga Billy, termenung seribu kata.
“Cepatlah!!!”
perintah Stealth. Epsa yang mendengarnya segera berlari mendekat dan melakukan
hal yang sama dengan yang Knight lakukan. Disusul oleh Ferdi yang diikuti oleh
Billy. Tetapi Stealth terdiam sejenak dan menatap ke sekeliling terlebih
dahulu, seraya berkata pelan, “Tidak ku sangka, sebidang tempat ini menjadi tempat
keberadaan dua gerbang dimensi yang berbeda.” Kemudian Stealth bergegas masuk
ke dalam gerbang itu, tetapi ia merasakan akan adanya suatu keganjilan. Ada
sesuatu yang salah, tetapi apa? Ia melirik ke belakang sejenak, tidak ada
apapun atau siapapun, tetapi ia merasakan perasaan yang aneh. Apa?
Bersambung...
0 comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^