Sunday, 15 September 2013 - , 0 comments

CERMIN DUA MUARA part XXVIII – Kunci Dimensi Baru

Pengantar
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Dan mohon maaf untuk para pembaca yang terhormat, bila blog yang satu ini sudah lama tidak diupdate. Mohon dimaklumi, karena kesibukan penulis di dunia nyata pada masa awal-awal kuliah ini. Semoga para pembaca masih dapat menikmati cerita-cerita fiksi yang aku sungguhkan di sini. Sekali saya mohon maaf dan mohon untuk dimaklumi…
Di part sebelumnya...
Knight berlari terburu memasuki mulut gua, diikuti oleh Stealth di belakangnya. Mereka menyusuri isi dalam gua itu, hingga menemukan sesuatu yang mengganjal di sana.
“Apa itu?” Tanya Knight heran melihat sebuah dinding yang merekah terbuka.
“Itu… Itu pasti sebuah jalan persembunyiannya.” Jawab Stealth.
Knight menatap Stealth sesaat, kemudian berkata, “Artinya… mereka benar-benar sudah menemukannya.”
Stealth hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Kemudian mereka berdua terburu berlari memasukinya. Mereka melewati sebuah lorong yang berkilau cerah di sana, karena terdapat butiran-butiran permata yang berkilau di sepanjang dinding lorong itu. Tetapi beberapa dinding itu terlihat sudah retak, menandakan ada seseorang yang telah berusaha mengambil beberapa butir permata di sana.
Tanpa memerhatikan dinding-dinding itu dengan lebih seksama, Knight dan Stealth segera menuju sebuah ruangan berbentuk lingkaran luas yang berada di depan mereka.
Alangkah terkejutnya Stealth yang terburu memasuki ruangan itu lebih dahulu, ketika ia melihat sesosok tubuh yang ia kenal tertelungkup di seberang ia berada. “Paman!” Pekik Stealth menghampiri sesosok tubuh yang telah menua itu kini tergolek tidak berdaya.
Paman?” Knight membatin dalam hati. Ia baru mengetahui akan hal itu, dan kini ia hanya terdiam memandang Stealth yang segera terduduk di atas kedua lututnya di samping kanan tubuh Gerald dan membaringkan tubuh itu ke atas pangkuan Stealth.
Tubuh Gerald yang dipenuhi oleh berbagai luka bakar itu perlahan menunjukkan sebuah gerakan yang berarti bagi Stealth. “Paman! Apa yang terjadi?” Stealth bertanya memburu. Tetapi tubuh yang begitu lemah tak mampu menjawab pekikan itu, tangan kirinya berusaha bergerak ke suatu arah di samping kiri. Stealth yang melihat tangan pamannya yang seakan memberi suatu tanda segera bertanya, “Apa? Apa yang ingin kau maksudkan?”
Tiba-tiba tanah yang berada jauh di seberang tangan kiri Gerald yang bergerak itu bergetar dan merekah, kemudian sepetak tanah di sana tiba-tiba muncul ke permukaan. Stealth memandang ke arah Knight, dan Knight hanya mengangguk tanda mengerti. Knight mendekati sepetak tanah yang telah berada di permukaan itu. Ia dapat melihat sesuatu menancap di sana, kemudian ia berbalik memandangi Stealth. Ia hanya menerima sebuah respon anggukan, tetapi itu cukup untuk memberikan tanda bahwa ia harus mencabut benda yang tertancap di sana. Sesuatu benda itu ternyata hanya berupa sebuah keris dengan bilah perak yang berkilau, dan gagang coklat gelap berukiran aneh dengan ujungnya berkepala ular.
“A.. aku…” Gerald berusaha berucap lemas dan terengah-engah, “su.. dah memin… dahkan benda i.. itu ke.. dimen..si.. ku.. buat…” Stealth berusaha mendengarkan ucapan pamannya yang sudah sekarat itu secara seksama. Dengan nafas yang memburu dan ucapan terbata-bata, Gerald mengakhiri ucapannya, “Kun.. ci.. nya...”
Wajah Gerald yang sejak tadi berusaha memandang Stealth untuk mengatakan ucapan terakhirnya, akhirnya terjatuh tersungkur tidak berdaya. Dan Gerald pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Stealth terdiam menundukkan wajahnya pada tubuh pamannya yang berada di atas pangkuannya. Wajah yang tertunduk lesu tanpa semangat itu terlihat jelas seperti menahan isak tangisnya, dan hal itu saja sudah cukup untuk membuat Knight terdiam tanpa mampu mengucapkan sepatah katapun.
Knight memegangi benda yang ia ambil, ia memandang ke arah Stealth dan Gerald dengan wajah heran dan penuh pertanyaan. Kemudian ia memandangi benda yang ia bawa dan hanya bisa bertanya dalam batin, “Kunci?”


0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^