Thursday, 15 August 2013 - , 6 comments

CERMIN DUA MUARA part XXVI – Angin Mengobarkan Api

sebelumnya dalam CDM
Knight, Stealth, dan Epsa memandangi seseorang yang tidak asing datang menghampiri mereka, disertai dengan seorang yang tidak mereka kenal. Knight dan Stealth hanya terdiam tanpa kata melihat dua orang yang datang itu. Sementara Epsa menyambutnya dengan senang, “Akhirnya kau datang juga. Dan…” Epsa memandangi heran seseorang yang terlihat asing datang bersama dengan Ferdi.
“Owh… dia?” Jawab Ferdi dengan mengalihkan pandangan pada Billy. “Nanti saja ku ceritakan. Sepertinya kalian menghadapi masalah ya di perjalanan ini?”
“Ya, seperti yang terlihat.”
“Baiklah, sepertinya kita harus menyelesaikan masalah ini dahulu.” Ferdi berkata buru-buru ketika melihat Lietro sudah datang menyerbu.
“Sialan! Mati kalian!” Lietro datang menyerbu dengan merentangkan kedua tangannya. Di kedua telapaknya muncul sesuatu, tetapi berbeda dengan perisai bening seperti sebelumnya, kali ini sesuatu itu lebih seperti sinar radiasi merah yang melingkar di sekeliling tangannya. Knight dan Stealth segera bersiaga, kedua senjata mereka sudah siap dalam posisi tempur. Lietro kemudian menghempaskan kedua telapak tangannya, sesuatu seperti sinar radiasi itu berpendar. Knight berusaha menghempaskan balik sinar radiasi itu dengan jurus dari kedua pedangnya. Stealth berusaha memperingati, “Jangan! Itu hanya…” Tetapi Stealth terlambat, sinar radiasi itu menyilaukan mata, dan Knight sudah menghasilkan jurus anginnya.
DOOM…!!! Sebuah ledakan hebat meletus di dalam hutan belantara yang menuju Gua 7 Serangkai. Sebuah daerah yang sebelumnya dipenuhi oleh rimbunan pepohonan dan tumbuhan lainnya, kini terlihat kosong melompong akibat ledakan itu.
Ferdi dan Billy yang baru saja hendak datang bergabung, ikut terhempas mundur kembali. Mereka berdua tertabrak mundur ke pohon di belakang mereka dan terjatuh duduk, kemudian berusaha bangkit kembali. “Apa-apaan itu?” Tanya Billy yang terkejut.
“Aku sudah mengatakan dan memperingatimu sebelumnya, bukan?” jawab Ferdi kemudian. “Nanti akan ku jelaskan, kita harus menyelesaikan ini dahulu.”
Sementara Knight, Stealth, dan Epsa terhempas terpisah arah. Knight segera bangkit dan kembali pada posisi waspada. Stealth juga bangkit, kemudian melompat ke atas dahan pohon dan berwaspada dengan membangkitkan belatinya yang terikat rantai yang juga ikut terhempas jatuh. Sedangkan Epsa, sekujur tubuhnya merasa sebuah kesakitan yang luar biasa, ia merasa kesulitan untuk bangkit dengan sejumlah luka di sekujur tubuh. Ferdi berlari menghampiri Epsa untuk berusaha menolongnya, diikuti oleh Billy.
“Ke mana ia menghilang?!?” Teriak Knight pada Stealth yang berada di atas dahan pohon di seberang posisinya berada.
“Aku tidak tahu.” Jawab Stealth dengan berwaspada. Untuk beberapa saat ia tidak menemukan tanda-tanda ancaman. Tetapi kemudian ia segera berteriak, “Awas!”
Knight menyadari akan sesuatu berada di belakangnya. Ia melompat dengan berbalik untuk menghindari sesuatu yang berada di belakangnya. Ia melihat sosok Lietro yang merentangkan kedua telapak tangannya yang terdapat sinar radiasi merah.
“Jangan!” Teriak Stealth buru-buru.
“Aku tahu. Aku tidak sebodoh itu, hingga harus melakukan kesalahan sama dua kali.” Jawab Knight jengkel. Ia segera mendorongkan angin dengan kedua telapak kakinya ke tanah. Tubuh Knight terhempas melayang dengan bersalto di udara. Ia melihat Lietro dengan posisi terbalik, kemudian menyarungkan pedang di tangan kirinya dengan cepat, lalu mengambil beberapa benda tajam seukuran pisau kecil dari dalam tas kecil yang terikat di pinggangnya dan melemparnya ke arah Lietro.
Lietro melompat mundur untuk menghindar dan menyembunyikan diri ke balik pepohonan. Knight mendarat ke atas tanah dan mengamati waspada. Knight kembali melompat ke samping untuk menghindar saat Lietro menyerang kembali dalam waktu singkat. Lietro terus-menerus menyerang Knight dengan telapak tangan yang dikelilingi sinar radiasi. Sedangkan Knight hanya bisa menghindari serangan Lietro yang bertubi-tubi itu, karena ia tahu, jurus-jurusnya tidak akan berguna di hadapan pengguna elemen api.
Stealth menyadari sesuatu, Lietro hanya memburu Knight, karena memang, kemampuan api Lietro berdampak besar pada Knight. Stealth melompat mendekati Knight untuk menyertainya dan membuat Lietro harus mundur, kemudian berkata, “Serahkan dia padaku.” Rantai yang terikat pada belati milik Stealth melayang di udara, kemudian mengitari posisi Knight dan Stealth berada. Kemudian sebuah aliran listrik yang kuat teralir dalam rantai itu, membuat Knight dan Stealth seperti berada dalam pagar beraliran listrik tinggi.
“Kau bodoh!” bentak Knight. “Kau membuat kita terkekang di dalam pagar ini, kau kira hanya aku, bagaimana dengan dia.” Knight menunjuk pada Ferdi. “Dia juga berelemen angin, bukan? Bahkan mereka berdua yang berada di luar sana lebih tidak berpengalaman dalam pertarungan seperti kita. Kau ingin membunuh mereka apa?”
“Ah, KNIGHT!!!” bentak balik Stealth. “Orang itu kemungkinan belum tahu kemampuan dari Ferdi, dia baru melihat kemampuan elemen air dari Epsa, dan itu cukup untuk membuatnya takut untuk mendekati posisi Epsa. Tetapi sekarang…” Stealth segera terdiam tanpa kata, matanya mengawasi tajam posisi Ferdi dan Epsa berada.
“Terima kasih.”  Ucap Lietro yang tiba-tiba muncul dari balik pepohonan dengan tertawa sinis. Ia segera berlari melesat menuju arah Ferdi.
“Jaga dia!” Perintah Ferdi pada Billy, agar Billy menolong Epsa yang terluka. Ferdi yang menyadari akan kedatangan Lietro yang hendak memburunya segera berlari ke samping, menjauh dari posisi Epsa dan Billy berada.
Lietro berlari semakin mendekati Ferdi, kedua telapak tangannya direntangkan, sesuatu seperti sinar radiasi merah melingkar seperti sebelumnya keluar dari sana.
Ferdi mendorongkan udara ke tanah dan melompat tinggi ke udara, kemudian dalam sesaat, Ferdi telah mengeluarkan pedang besar dari tangan kanannya. Ia bersalto dan berputar di udara, pedang besar itu ikut berputar dan terayun di udara. Lietro terkejut melihat pedang besar yang sepertinya ia ketahui, tetapi akan terlambat baginya jika harus mengingat-ingatnya, Lietro segera melompat untuk berusaha menjangkau Ferdi.
Ferdi melesat menebaskan pedangnya ke arah bawah, di mana Lietro hendak menghampirinya. “Rasakan ini.” Sebuah kilatan angin bilah pedang yang dahsyat terbentuk dari bilah pedang besar yang didorongkan keras ke bawah, dan membuat angin beriak itu melesat dengan cepat serta keras ke arah Lietro.
“Sial.” Lietro memaki, tetapi kemudian ia hanya bisa mendorongkan kedua telapak tangannya yang telah tercipta sebuah jurus ke depan untuk menghadapi kilatan angin yang menerjangnya dengan dahsyat, cepat dan keras.
Ferdi mendorongkan angin ke depan, membuatnya terpental semakin tinggi ke udara. Sementara kilatan angin yang ia ciptakan sebelumnya menabrak jurus ledakan Lietro. Seperti sebelumnya, sesuatu seperti sinar radiasi di telapak tangan Lietro berpendar dan menyilaukan mata orang-orang yang berada di sekitar, tetapi kali ini seperti sesuatu yang terjadi sedikit berbeda, pendaran dari sinar radiasi melingkar itu terjadi dengan sangat jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Dalam sekejap mata saja, sebuah ledakan meletus dengan hebat, kali ini dengan jauh lebih hebat dibandingkan sebelumnya.
Hembusan angin akibat ledakan menghempas tubuh Ferdi yang melayang di udara, ia semakin jauh terhempas tinggi ke udara. Ferdi telah mengembalikan wujud pedang besar Elgrad itu ke bentuk orb, kini kedua tangannya berayun untuk berusaha mengendalikan angin yang berada di sekitarnya. Sementara itu, dari dalam asap ledakan itu, terdengar suara seperti sesuatu yang terpelanting ke tanah dengan keras.
“ARGH!!!!” Sebuah suara memekik keras. “Sial, sialan!” suara Lietro terdengar mengumpat keras. Saat kepulan asap akibat ledakan telah mulai mereda, tampak sosok Lietro terduduk kesakitan di kedua lututnya sambil memegangi bahu kanannya yang telah tak tampak lengan di sana dengan telapak tangan kirinya, dan kembali mencaci-maki, “Argh…. Sial. Sialan!”
Knight dan Stealth terdiam menatap heran. Ferdi mendarat di atas tanah dengan mulus, walau dengan sedikit lecet akibat terkena sedikit percikan ledakan itu, kemudian lekas berkata, “Sudah ku duga.” Ferdi menarik nafas sejenak dan kembali melanjutkan, “Mungkin memang, angin hanya akan mengobarkan api, tetapi di situlah keuntungannya padaku. Terlebih dengan jurus itu. Aku sudah melihat jurus itu sebelumnya saat Knight melakukan serangan tabrakan pada jurus itu.”
Lietro mengerang kesakitan, sementara Knight dan Stealth hanya terdiam melihatnya. Ferdi segera melanjutkan, “Jurus yang bagaikan radiasi berwujud itu, seperti sebuah bungkusan yang berisi segumpalan bubuk mesiu peledak. Saat Knight berusaha menyerang jurus itu, serangan Knight hanya bagaikan membuat bungkusan itu robek dan menebarkan bubuk mesiu peledak itu ke udara untuk segera meledak.”
Knight dan Stealth terlihat mengamati, tidak mengerti. Ferdi mengambil nafas sejenak kembali, kemudian melanjutkan, “Yah… jadi intinya, serangan Knight sebelumnya hanya membuat sesuatu di telapak tangan orang itu, ehm… seperti mengobarkan reaksi ledakan dari jurus itu. Jika dari pengamatanku, jurus itu bukanlah murni sebuah jurus serangan langsung, melainkan membutuhkan sebuah pemicu untuk dapat membuatnya meledak, dan mungkin dalam hal ini pemicu itu adalah angin. Oleh karenanya, ia sengaja melakukan serangan jarak dekat secara bertubi-tubi pada pengguna angin. Ia sengaja membuat Knight menyerang, sehingga jurusnya akan berpendar dan meledak, di saat itu, ia sudah memperhitungkan waktu ledakan yang akan tercipta akibat serangan Knight, dan menggunakan waktu itu untuk menyelamatkan diri dari ledakan yang dihasilkan. Dengan begitu, ia bisa selamat dan bersembunyi. Yah… jadi, jika kita bisa menjaga jarak dan memberikan gesekan yang jauh lebih keras yang melampaui perkiraannya, maka ledakan yang dihasilkan akan jauh lebih cepat dan jauh lebih hebat, sehingga kejadian itu melampaui perhitungannya untuk menghindar.”
Wajah Lietro tampak muram tak senang. Ferdi kemudian melontarkan pertanyaan sindiran pada Lietro. “Bukan begitu tuan?”
Amarah Lietro tampak meluap, ia kemudian berkata, “Sialan kau! Sialan kalian! Suatu saat nanti kau akan menyesal telah melakukan ini padaku. Suatu saat nanti kalian akan merasakan pembalasanku, akan ku bunuh kalian semua. Ku bunuh secara terhina!”
Ferdi melangkah gagah mendekati Lietro dengan tampang sok cool. Ia mengibaskannya tangan kanannya yang tergenggam orb Elgrad ke bawah dengan cepat, sehingga tercipta pedang besar di sana. Lalu Ferdi tersenyum dan berkata, “Memangnya apa yang kau bicarakan, tidak ada kata suatu saat nanti lagi bagimu, karena kau akan mati saat ini juga… di sini.”
Stealth yang telah menggenggam kembali belati di tangan kirinya, hanya terdiam melihat kejadian itu pada jarak yang cukup jauh di belakang Ferdi, didampingi oleh Knight. Sementara Epsa dan Billy berada di kejauhan di seberang posisi Knight dan Stealth berada.
Sedangkan Lietro berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah, kemudian menatap tajam ke arah Ferdi yang mendekat ke hadapannya, lalu tersenyum sinis.


6 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

6 comments:

  1. Jarang kunjung yg blog ini sih.. sebenarnya gak begitu minat baca cerita fiksi apalagi yg berseri.. maaf ya ^^V

    tpi tetep keep posting coz blog is something about passion ^^

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. hehe, bisa dibilang... >.<

      Delete
    2. wha,,, hmmm.... coba ke sihir , alkemis, necromacer, magician, dst

      Delete
    3. haha.. akan dipikirkan...
      tetapi sebenarnya kalo necromancer... hemh....
      liad aja deh...

      kalo utk kelanjutan cerita ini bisa dibaca di sini..
      CDM part XXVII

      Delete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^