Dua buah mobil mewah yang telah lama melaju kencang di jalan raya, kini
mulai melambat, kedua mobil itu mulai bergerak menjauh dari jalan beraspal,
menuju ke daerah setapak penuh batu, hingga mereka dapat melihat di hadapan
mereka terdapat sebuah pos penjaga berupa gubuk kecil. Jalan bebatuan di daerah
pelosok menyulitkan bagi kedua mobil itu untuk bergerak. Mau tidak mau, mereka
harus memarkir ke daerah di dekat pos penjaga dan berjalan melanjutkan
perjalanan untuk melakukan perburuan besar.
“Maaf, kalian berasal dari kelompok apa?” ucap salah seorang warga
penjaga daerah itu, ketika melihat orang-orang asing yang keluar setelah
memarkir mobil mereka.
“Kau tidak usah ikut campur, kami bisa melakukannya sendiri.” Ucap Steve
ketus.
“Kalian hendak menuju Gua 7 Serangkai, bukan?” Ucap sang penjaga ketika melihat
orang-orang asing itu berjalan ke daerah hutan rimbun. “Perkenalkan, saya Yurnalis,
saya seorang pemandu di sini. Saya bisa mengantarkan kalian menuju tempat
tujuan kalian. Sekarang kalian bisa memberikan data kalian terlebih dahulu.”
Robert yang menyadari keberadaan Lietro yang tiba-tiba muncul, lekas
bertanya, “Dia itukah penjaga dari liteirin?”
“Jelas bukan.” Jawab Lietro. “Ku pikir bukan. Seorang liteirin penjaga
itu tidaklah menjaga di tempat yang mencolok seperti ini. Dia pasti berada di
dalam Gua.”
“Cih… kau ini menyebalkan, sudah ku bilang kami bisa melakukannya
sendiri.” Jawab Steve meladeni penjaga itu.
“Steve, jangan pedulikan, kita pergi!” Ajak Robert.
Rombongan para bekas prajurit itu segera melangkah untuk menyusuri hutan
belantara yang sulit dijangkau itu, tanpa memedulikan penjaga yang berteriak
memanggil di belakang mereka. Kelima orang yang berpakaian seragam
coklat-coklat lengkap dengan peralatan dan senjata ditambah dengan memasang
tampang seram seperti hendak turun ke medan perang itu bersusah-payah melalui
hutan belantara yang terjal dan penuh rintangan itu.
“Cih… inilah mengapa aku benci datang ke tempat seperti ini.
Menyusahkan.” Keluh Steve ketika mereka melalui sungai kecil yang deras dengan dirintangi
oleh lebatnya pepohonan hutan itu.
“Kau ini mengeluh saja, seperti dahulu tidak pernah menghadapi hal
seperti ini saja.” Sindir Jack yang membawa sebuah golok untuk menyabit
ranting-ranting pohon yang menghalang.
“Cih… itukan dahulu. Sudah lama.” Ucap Steve mengelak.
*****
Pada teriknya mentari tengah hari, Epsa berputar-putar mengemudikan
sedan miliknya di sekitar daerah Ujungbatu. Epsa tampak berpikir bingung saat
mengendalikan sedannya, sejak tadi sedan yang ia kendalikan melaju berputar tak
tentu arah. Alat pelacak yang diberikan oleh Steve sudah tidak aktif sejak tadi
pagi. Epsa beserta Knight dan Stealth yang pagi tadi menunggu gerakan dari
sinyal alat pelacak itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Setelah menyadari
akan tidak aktifnya alat pelacak, mereka bergegas bergerak untuk mencari
keberadaan buruan mereka. Berdasarkan penuturan yang diperoleh dari Steve,
Robert dan kelompoknya akan menuju suatu tempat yang tidak akan jauh dari
lokasi terakhir yang ditunjukkan pada alat pelacak.
“Ah, bagaimana ini? Kita harus mencari ke mana lagi. Di candi Muara
Takus dan sekitar daerah itu tidak ditemui si prajurit pengkhianat itu. Ah,
mencari ke mana lagi ini.” Keluh Epsa.
“Mana kami tahu, kau kan yang berasal dari dunia ini. Pasti Kau yang
lebih tahu. Kami mana tahu daerah ini.” Jawab Stealth.
Epsa tidak membalas ucapan itu, ia berusaha berpikir tenang, kemudian
dengan ucapan perlahan ia berkata pada dirinya sendiri, “Sekitar daerah ini…
Sesuatu yang mencurigakan, sesuatu yang aneh…. Ehm… sesuatu yang mistis… ehm…
Candi Muara Takus… dan… Gua! Benar juga, di dalam gua selalu ada tempat rahasia
yang lebih mistis.”
“Apa?” Tanya Stealth heran yang melihat Epsa berbicara sendiri.
“Baik, kita ke sana.”
Di tempat lain, Ferdi yang tak menyangka bertemu dengan Billy, mau tidak
mau harus pergi diiringi olehnya, kini ia laksana seperti seorang tersangka
yang diamankan oleh pihak kepolisian. Billy, yang Ferdi sendiri tidak mengerti
ada apa dengan pria itu, terus memaksa Ferdi untuk menceritakan berbagai hal
padanya dan ia juga terus mengawasi gerak-gerik Ferdi, dikarenakan balas
dendamnya yang tidak kesampaian itu. Kini Ferdi tidak bisa bebas bergerak,
tetapi.. pikirnya, ia tidak perlu menyembunyikannya, bukan? Lagipula, berkat
itu juga Ferdi mendapat tumpangan dari Billy, itu akan mempermudahnya untuk
menuju tempat tujuannya yang kini masih belum pasti.
Tiba-tiba, Ferdi menerima sebuah panggilan dari ponsel miliknya. Ia
segera mengangkat panggilan yang ternyata dari Epsa itu. Tanpa basa-basi, dari
ujung sisi lain ponsel, Epsa segera memberitahukan letak tempat yang akan ia beserta
Knight dan Stealth tuju. Mendengar kabar itu, tanpa membuang waktu lagi, Ferdi
segera memberitahukan tujuan mereka pada Billy yang mengemudi di sampingnya.
Billy yang membawa mobil berjenis kijang tahun 90-an itu segera mengemudikan
mobilnya dengan mengebut setelah mendapatkan arah tujuan yang pasti.
*****
Gua 7 Serangkai.
Sebuah tempat yang hanya dengan melihatnya sudah dapat terasa sebuah hawa
mistis terpancar dari dalamnya. Akhirnya pun, Robert beserta kelompoknya tiba
di sana. Mereka bersembunyi di balik pepohonan rimbun yang tidak jauh dari
salah satu mulut gua, sedang mempersiapkan segala sesuatunya, tas-tas mereka
yang berat yang telah bersusah-payah dibawa sejak tadi, telah mereka geledah
satu persatu untuk mengeluarkan berbagai perlengkapan perang di dalamnya.
Rompi-rompi hitam anti peluru mereka kenakan, berbagai jenis senjata api mereka
persiapkan, begitu pula dengan bubuk mesiu serta magazine dan juga alat peledak
telah mereka pasang pada tas-tas kecil yang terlilit di sekitar sabuk khusus
militer itu. Kini mereka benar-benar telah terlihat seperti hendak turun ke
medan pertempuran.
Robert memberi
briefing sejenak. “Steve, kau
memimpin di depan, diiringi dengan Firlett untuk berjaga dari serangan
mendadak. Jack kau berada di tengah berada di pengawasanku yang menyeratai. Dan
kau Harled, berjaga di belakang pada jarak 10 meter dariku. Selalu dalam mode
waspada dan sesegera mungkin melapor padaku jika melihat sesuatu hal yang aneh.
Selalu waspada dari bocah-bocah itu.” instruksi Robert.
“Terserah. Yang pasti kau jangan menghalangi gerakanku singa aneh.” Ucap
Steve ketus pada Firlett.
“Kau kira aku peduli denganmu.”
“Cih…” Jawab Steve tidak senang. Kemudian tiba-tiba ia heran melihat
sebuah senjata yang dibawa oleh Firlett dan bertanya, “Hey… senjata apa yang
kau bawa itu? Aku belum pernah melihatnya.”
“Tentu saja. Ini hasil karyaku sendiri. Modifikasi dari AN-94.”
Robert yang mendengarkan percakapan menyebalkan itu segera memotongnya,
“Kita berangkat. Jangan membuang-buang waktu. Steve!”
“Baiklah, kita berangkat.” Komando Steve yang menjinjing sebuah karbin M4A1, yang kemudian segera bergerak memimpin pasukan kecil itu. Jack
yang mengaitkan RPG minimalis yang telah dimodifikasi ke balik punggungnya itu
segera bangkit dengan bersusah-payah. Steve yang melirik ke belakang dan
melihat hal yang bodoh baginya itu, segera menyindir, “Cih… bersusah-payah
membawa benda-benda berat aneh itu.”
“Kita akan membutuhkannya, Steve.” Ucap Robert membela Jack dan segera
memerintah, “Segera berangkatlah!”
“Baiklah, baiklah, tuan sok tahu.”
Sementara itu, di waktu yang bersamaan, dua buah mobil yang berbeda dan
di tempat yang berbeda pula tetapi dengan satu tujuan yang sama, segera melaju
kencang ke tujuan mereka, sebuah tujuan yang akan menjadi tempat pertaruhan
demi kelanjutan kehidupan dunia.
0 comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^