Tuesday, 25 June 2013 - , 2 comments

CERMIN DUA MUARA part XX – Pembalasan Dendam

cerita sebelumnya
Ferdi melangkah ragu mengikuti seorang pria yang ia temui di terminal itu. Ferdi sendiri merasa ragu dengan yang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, samar-samar ingatan tentang pria itu mulai kembali dalam setiap langkahnya. Ia memandangi pria itu dengan tatapan tajam mengherankan, ia merasa tidak memiliki waktu untuk meladeni pria itu saat ini, ada perihal lain yang lebih penting yang harus ia lakukan. Ferdi harus bergerak menuju tempat lain saat ini, tetapi sepertinya ia tidak bisa menghindar dari pria itu begitu saja.
Pria itu berhenti melangkah, Ferdi terkejut dan ikut berhenti tiba-tiba. Mereka telah berada cukup jauh dari terminal, berada di lorong sepi yang tidak dilewati oleh kerumunan manusia. Pria itu berbalik perlahan ke arah Ferdi.
“Kau ingat aku? siapa namaku?” Tanya pria itu memburu tiba-tiba.
“Bi.. Billy?” jawab Ferdi.
“Bagus. Kau masih ingat namaku yang ku sebutkan beberapa hari yang lalu. Tetapi apakah kau masih ingat kejadian lima tahun yang lalu?” Tanya Billy kembali, tetapi Ferdi hanya menggelengkan kepalanya. Billy melanjutkan, “Waktu itu kau masih kecil, tentu saja. Baiklah, akan ku ceritakan singkatnya. Lima tahun yang lalu, ketika aku dan kakakmu masih bersekolah, saat itu aku masih seorang anak berandal, dan pernah menantang kakakmu untuk bertarung, dan ketika itu, kau masih kecil, kakakmu menyuruhmu untuk kabur begitu saja. Setelah itu, aku mengalami kekalahan darinya.” Billy mengambil nafas sejenak, kemudian berkata kembali dengan nada meninggi, “Oleh karenanya! Sekarang! Aku ingin membalaskan kekalahanku itu! Tetapi sekarang aku bukan berandal lagi, kali ini aku akan bertarung dengannya secara terhormat.” Billy terdiam sejenak kembali, kemudian dengan menunjukkan kemarahannya yang terpendam sejak tadi, ia membentak Ferdi hingga membuatnya Ferdi tampak bergemetar, “Sekarang mana kakakmu! Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menyampaikan tantanganku padanya?!!? Cepat di mana dia sekarang!”
Ferdi merasa ragu dan takut melihat amarah pria itu, ia berkata perlahan, “Te.. tetapi.. kakakku.. ia.. ia sudah meninggal lima tahun yang lalu.”
“APA?!? Bohong!!! Kau berbohong! Mana mungkin!”
“Tetapi ia sudah benar-benar meninggal.” Jawab Ferdi berusaha tenang. “Aku tidak tahu kapan kejadianmu itu dengan kakakku berlangsung. Tetapi yang pasti, ia sudah meninggal, mungkin ia meninggal setelah itu.”
“Apa? Kenapa? Apa yang terjadi?”
“Ia terkena suatu penyakit langka.” Jawab Ferdi ragu, dengan menyimpan rahasia besar di benaknya. Billy yang mendengarnya seakan tidak percaya, ia terdiam memikirkan perkataan itu baik-baik. Padahal selama ini dia telah mengusahakan bermacam-macam latihan untuk membalas kekalahannya itu, tetapi tidak ia sangka, pertarungannya, kekalahannya saat itu, menjadi pertarungan terakhirnya dengan Jim, ia tidak menyangka orang yang mengalahkannya itu, meninggal begitu saja.
“Apa?” hanya itu yang mampu terucap dari mulut Billy. Ia menatap Ferdi dengan tatapan tajam, geram. Ia maju perlahan, kemudian melakukan gerakan membalik dengan mengayunkan kakinya ke udara, dan kemudian menciptakan sebuah tendangan yang mengarah langsung pada Ferdi. Ferdi terkejut dengan datangnya serangan tiba-tiba ke arahnya. Ia melakukan gerakan refleks, tangan kanannya membentang ke udara untuk menahan tendangan disertai dengan gerakan kaki kiri ke belakang untuk melakukan gerak siap melompat mundur dan untuk meredamkan rasa sakit yang mungkin akan diterima tangan kanannya akibat tendangan.
“Bagus juga tangkisanmu.” Ucap Billy memuji. “Padahal tendangan inilah yang digunakan kakakmu untuk mengalahkanku. Rupanya, kau sama berbakatnya dengan kakakmu, bisa melakukan refleks menangkis serangan tiba-tiba semacam itu.” Billy mengembalikan posisinya, ia kembali berdiri tegap dan memandang tajam ke arah Ferdi yang telah memasang kuda-kuda siap bertahan, kemudian Billy pun memasang kuda-kuda sembari berkata, “Baiklah, jika kau memang bersikeras seperti itu, maka kaulah penggantinya. Aku akan mengalahkanmu saat ini juga, di sini.”
Ferdi terkejut mendengar hal itu, ia segera membatalkan kuda-kudanya sembari berkata, “Oh, no! yang benar saja, aku tidak punya waktu, aku harus bergegas menuju sebuah tempat, ada sesuatu yang benar-benar membahayakan sekarang ini. Ini bukan waktunya…”
“Cih…” potong Billy, “Sekarang tidak ada yang lebih penting. Kau boleh pergi setelah melawanku. Siapapun yang menang nantinya.”
“Te.. tetapi, ini benar-benar mendesak. Aku buru-buru.”
“Cepat pasang kembali kuda-kudamu!!!” Bentak Billy tanpa memedulikannya.
“Te.. tetapi…”
“Tidak ada alasan lagi sekarang!!!”
“Baiklah, sebenarnya ada rahasia besar dibalik kematian kakakku.”
“Rahasia besar? Jangan mengalihkan pembicaraan.”
“Tetapi ini benar. Ada sesuatu yang misterius dibalik kematian kakakku. Ada makhluk-makhluk… ah, entah apa itu. Jika kau memang ingin bertarung, akan ada pertarungan yang sesungguhnya, yang mungkin akan menjadi sebuah pertarungan besar.”
“Cih… sekarang bukan waktunya untuk bercanda.”
“Aku serius jika kau …”
“Baiklah, ceritakan itu dengan jelas, atau jika kau berbohong, akan ku habisi kau.”


2 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

2 comments:

  1. Baru sempet buka blog.mu sekarang. eh dikasih kejutan sama tampilan barunya.:D:D

    ternyata tuh CDM aku udh ktinggalan jauh jg.:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih telah berkunjung... ^_^
      tapi maaf sebelumnya? ini siapa ya? setidaknya kasih nama donk....

      Delete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^