Hari ujian kedua di semester pertama bagi Ferdi, dan juga tidak ada hal
berarti yang dialami olehnya. Ya, tidak ada pengalaman berarti bagi Ferdi.
Terkadang sempat terbesit dalam benak Ferdi, betapa menyenangkan baginya bila
dapat mengalami sesuatu kehidupan di luar manusia normal. Dan kehidupan yang ia
dambakan itu, sepertinya akan menjadi sesuatu yang nyata baginya. Bertemu
dengan orang-orang aneh, yang menamakan diri mereka liteirin, kemudian akan
menghadapi para buronan, menangkap penjahat, dan menempuh berbagai pengalaman
tak terlupakan baginya. Sebentar lagi, sesuatu yang dulu pernah Ferdi harapkan
ketika kecil, yang ia kira selama ini hanya akan menjadi sebagai khayalan anak
kecil belaka, dan kini akan menjadi kenyataan. Sebentar lagi, setelah ini,
setelah menempuh ujian semester ini…
Perjalanan pulang Ferdi seusai ujian terasa biasa, tak ada yang
istimewa, semuanya seperti kehidupan manusia pada umumnya. Ia terus melangkah,
hingga melewati suatu persimpangan jalan, ia menoleh ke arah barat jalan. Untuk
sesaat keheningan melanda jiwa Ferdi, ia terbayang akan sesuatu, suatu belokan
yang ia tatap, belokan yang ia kenal dengan pasti, mengarah menuju rumah
lamanya. Terakhir kali ia ke sana, saat ia bertemu dengan mereka, Knight dan
Stealh. Kehidupan yang telah ia kenal selama ini, ternyata masih terdapat
kehidupan lain yang tak pernah ia sangka. Sesuatu yang lain.
Tiba-tiba, sesuatu yang tak ia sangka juga terjadi lagi. Seseorang
berteriak memanggil ke arahnya dari jarak jauh di belakangnya. Ferdi seakan
pernah mendengar suara itu, walau asing baginya. Tanpa berpikir panjang lagi,
Ferdi segera menoleh ke wajah seseorang yang meneriakinya. Ferdi menatap sosok
orang itu dengan seksama, ia seperti pernah melihatnya, tetapi entah siapa itu.
“Wuoy…. Kakakmu mana?” ujar seseorang itu dengan suara membentak.
“Kakakku?” ucap Ferdi heran.
“Ya, kakakmu yang itu. Kau masih mengingatku, kan?” Ujar orang itu
kasar.
Ferdi hanya menggeleng tak mengerti dengan apa yang orang itu ucapkan.
“Tentu saja.” Orang itu mendekati Ferdi sembari berusaha berbicara
santai. “Saat itu kau masih kecil, mungkin masih SD, dan saat itu kau juga
disuruh kabur oleh kakakmu.”
Ferdi berusaha mencerna ucapan orang itu secara baik-baik, dan berusaha mengingat-ingatnya,
tetapi ia benar-benar lupa.
“Baiklah, aku akan mengingatkanmu.” Ujar orang itu. “Lima tahun yang
lalu, saat aku masih bersekolah, menjadi seperti seorang preman. Aku dulu
pernah menghadang kakakmu yang bersamamu saat kalian pulang sekolah. Karena
kakakmu pernah berani-beraninya dengan gengku dulu. Tapi, saat ini lupakanlah.
Aku bukanlah bocah preman seperti dulu lagi. Aku bukan bocah nakal lagi. Tetapi
tetap saja, kekalahanku saat itu, takkan ku lupakan, tak termaafkan. Aku tak
menerima kekalahan.”
Pikiran Ferdi mulai melayang ke dalam masa lima tahun silam. Ia mulai
mengingat-ingat sesuatu yang berhubungan dengan apa yang diucapkan pria itu.
Sosok itu segera melanjutkan, “Ya, mungkin kau tak tahu itu, karena saat
itu kakakmu sudah menyuruhmu untuk kabur. Bagaimanapun, sekarang aku ingin
bertemu dengan kakakmu, aku akan membalaskan kekalahanku yang dulu. Kali ini
dengan cara terhormat, bertanding dalam arena pertarungan secara terhormat,
bukan pertarungan pengecut seperti dulu.” Pria itu menatap ke arah Ferdi yang
tampak bingung, kemudian segera berkata, “Namaku Billy. Walaupun kau tak kenal.
Terserah. Sekarang mana kakakmu.”
Ferdi berusaha berkata dengan bingung, “Ka.. kakakku?”
“Ya. Cepat di mana dia?” ujar Billy tak sabaran.
Ferdi berusaha berkata kembali dengan terbata, “Te.. tetapi ia..??”
Billy yang tak sabaran menanti jawaban Ferdi yang terbata-bata, segera
memotongnya, “Baiklah, terserah. Terserah kalian tinggal di mana sekarang ini.
Yang pasti aku hanya ingin menghilangkan bekas rasa luka kekalahan lima tahun
silam. Katakan itu pada kakakmu. Aku akan menunggunya di lapangan desa ini.
Pastikan dia datang menemuiku di sana, sore ini. Ingat! Hari ini. Sore ini juga.
Awas saja jika ia tidak datang. Sekarang pulanglah dan sampaikan itu sesegera
mungkin. Sampai jumpa.”
“Te.. tetapi…” Ferdi berusaha menjelaskan dengan bingung, tetapi Billy
segera berbalik dan melangkah dengan cepat meninggalkannya. Ferdi hanya terdiam
terpaku di tempat, ia bagai tak dapat berkata apa lagi. Dalam benaknya, ‘Sial!
Sebenarnya siapa sih tuh orang? Billy? Apa aku pernah bertemu dengannya?
Tetapi…’ Tiba-tiba Ferdi tersadar akan keramaian jalan yang mulai terasa
orang-orang yang berlalu lalang.
Ferdi tak mengerti lagi, ia juga tak ingin buang-buang waktu termenung tak
jelas di tempat ia berada. Ia segera melangkahkan kakinya pergi dari sana.
selamat pagi ^_^
ReplyDeletepagi juga.. ^_^
Deleteterima kasih kunjungannya...