Ferdi
lekas mandi dan berganti pakaian setelah kejadian tak disangka datang
menghampirinya. Ketika sepulang sekolah ia bermaksud mendatangi bekas rumahnya,
karena merasakan ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Namun, tak disangkanya,
sebuah pertemuan yang mungkin merupakan takdir dialaminya. Perasaan aneh yang
selama ini ia rasakan perihal kematian kakaknya, kini mulai nyata, bukan hanya
dirinya, tetapi juga sahabat kakaknya.
“Apa
yang harus ku lakukan? Apakah semua kejadian ini nyata? Jika memang ya, berarti
semua hal aneh yang mengganjal perihal kematian kakakku mulai terbuka.
Cerita-cerita aneh sebelum kematiannya, luka-luka yang tak jelas asalnya, dan
semuanya, semua yang aneh yang menimpa kakakku. Sekarang, apa yang harus ku
lakukan? Apakah ku harus menceritakannya pada kak Epsa?” Ferdi membatin dalam
diri.
Dengan
mengenakan setelan pakaian kemeja abu-abu bercorak hitam, Ferdi menaiki tangga
menuju kamarnya, mendatangi Stealth yang sebelumnya telah berlari keluar
mengejar Knight untuk membujuk Knight kembali.
“Kenakan
pakaian-pakaian itu.” Perintah Ferdi sembari menunjuk pakaian-pakaian yang
tergantung di lemari. “Gantilah pakaian aneh kalian. Akan terasa aneh jika
mengajak kalian keluar dengan pakaian seperti itu.”
Tak
sampai satu menit, ternyata Stealth dan Knight telah berganti pakaian. Kini,
Stealth mengenakan sebuah kemeja biru bergaris dan celana biru gelap.
Sementara, Knight mengenakan kaos kehitam-hitaman sebagian dan berwarna abu-abu
di sebagian bawahnya, serta sebuah celana jeans panjang biru tua kusam.
“Uh,
serasa aneh mengenakan pakaian seperti ini.” Ucap Stealth merasa aneh melihat
setelan dirinya. Tetapi kemudian, ia segera bersikap tegas kembali, dan
berkata, “Jadi, apa
rencanamu sekarang?”
“Apa?
Entahlah…” jawab Ferdi ragu. “Apa aku ikut terlibat?”
“Tentu
saja, kau sang penerusnya. Apa kau sama sekali tak mengetahui perihal kejadian
yang menimpa kakakmu itu?” Stealth berbalik bertanya.
“Ia
tidak menceritakan pada kami secara pasti, ia hanya bercerita bahwa ia
mengalami kejadian aneh sebelum kematiannya, tetapi kami tak tahu apapun.”
Jawab Ferdi.
“Baiklah,
bagaimanapun sekarang kau terlibat, bukan? Apa kau tak punya inisiatif?”
“Ya,
aku sudah memikirkannya. Aku kira ada seseorang yang dapat membantu kita.”
“Cih…
jikapun kau tidak ingin membantu, kami bisa melakukannya sendiri.” Ucap Knight
yang sejak tadi memandangi keluar jendela, tanpa menatap mereka.
“Memangnya
siapa yang sejak kemarin mengeluh karena tidak mendapat petunjuk dan
informasi.” Ucap Stealth menyindir, kemudian kembali melanjutkan, “Baiklah, aku
ikut rencanamu. Ke mana dulu kita akan pergi? Dan bagaimana denganmu, Knight?”
“Terserah!”
jawab Knight tanpa memandang balik.
“Baiklah,
kita berangkat nanti sore, ikuti saja
aku. Tetapi sebaiknya kita berjalan santai saja. Aku tak ingin mengundang
perhatian.” Jawab Ferdi kemudian.
*****
Sore
harinya, Ferdi, Knight, dan Stealth tiba di rumah Epsa yang berjarak tidak
lebih dari satu kilometer. Seperti biasa, Ferdi bisa memasuki rumah Epsa dengan
mudah layaknya pemilik rumah itu sendiri. Tanpa berbasa-basi Ferdi segera
menceritakan semua hal yang perlu ia sampaikan pada Epsa yang sedang duduk beristirahat di sofa di
ruang tamu. Epsa mendengarnya dengan
sangat antusias. Menurutnya, kabar kali ini merupakan kabar penting yang tak
bisa dilewatkan. Akhirnya, rahasia kematian sahabatnya itu terungkap. Setelah mendengarkan semua hal yang diceritakan oleh
Ferdi, Epsa awalnya ragu dan tidak percaya dengan yang dikatakan oleh Ferdi.
Itu semua seperti sebuah khayalan anak-anak baginya, tetapi kemudian ia
teringat akan perkataan sahabatnya. Dalam ingatan Epsa, Jim pernah mengatakan
padanya bahwa sahabatnya itu sebelum kematiannya mengalami sesuatu kejadian
aneh yang bisa dibilang kekanak-kanakan, tetapi ia tidak pernah menceritakan
pastinya. Kini, adik sahabatnya itu menceritakan sesuatu yang seperti
kekanak-kanakan, dan ditambah dengan dua orang aneh yang menyertai. Setelah
berpikir matang, Epsa pun percaya, dan dengan segera serta antusias, Epsa
bersedia membantu mereka.
“Baiklah,”
ucap Epsa segera, “jika kondisinya seperti yang kau katakan, maka hal pertama
yang harus kita lakukan adalah menyelidiki identitas Robert terlebih dahulu.
Dan seperti yang kau katakan, sepertinya memang ada kemungkinan bahwa Robert dulu
adalah seorang tentara militer. Dari nama dan kondisinya, mungkin dia adalah
bekas militer asing atau keturunan asing yang pernah melakukan pelatihan atau
juga tentara asing yang sengaja datang ke sini, atau …” Epsa tidak melanjutkan,
ia berpikir untuk beberapa saat.
“Atau?
Atau apa?” Tanya Ferdi tak sabaran.
“Mungkin
lebih baik kita mencarinya di internet, jika benar dia adalah militer asing
atau apapun yang datang ke sini, kemungkinan akan mudah mencarinya di
internet.”
“Internet?
Siapa lagi atau di mana itu?” Tanya Stealth yang merasa bingung.
“Apanya?”
jawab Ferdi heran. “Jangan bilang kalian tak mengenal internet.” Kemudian
dengan suara perlahan, tak ingin didengar, ia kembali berkata seperti membisik,
“tempat se-primitif apa sebenarnya yang mereka tinggali.”
“Tentu
saja, kami bukan berasal dari sini, mana mengenal kami orang yang bernama
Internet itu.” Jawab Stealth benar-benar tak mengerti
“Oh,
no.” ucap Ferdi seakan ingin tertawa. “Dia bukan seseorang, dia adalah sebuah
alat. Alat yang mempermudahkan kita untuk memperoleh informasi.”
“Owh…
seperti tugas seorang informan. Bukankah itu hebat, Knight? Itu bisa
menggantikan tugas informan.” Stealth berusaha mengajak Knight berbicara,
karena sejak tadi ia belum mengatakan sepatah katapun. Jarang-jarang hal itu
terjadi padanya.
Sesegera
mungkin Epsa mengajak Ferdi yang diikuti oleh Stealth dan Knight untuk
melangkah menuju kamarnya. Kamarnya yang berukuran besar ~lebih dari cukup
untuk tempat tidur hanya seorang saja~ memuat peralatan yang terbilang cukup
lengkap. Epsa segera duduk di tempat duduk di depan meja layar komputer LCD
miliknya. Tanpa perlu disuruh, Ferdi segera duduk untuk beristirahat di kasur
yang lebih dari luas untuk menampung satu orang.
“Sebaiknya
kalian bersantai saja dahulu.” Ucap Ferdi mempersilakan Knight dan Stealth
untuk duduk di kasur itu. Stealth segera menanggapinya dan duduk dengan
tenangnya. Namun, Knight masih bersikap cuek dan tak juga angkat bicara. Melihat
hal itu, Ferdi berusaha memulai pembiacaraan, namun ia merasa bingung dengan
nama mereka dan berusaha memanggil, “Knight… eh, Stevalinn, eh.. eh ya, ya,
kenapa nama kalian itu ada dua, bikin bingung saja. Apa satunya identitas
rahasia begitu?”
“Bisa
dibilang seperti itu.” Stealth segera menjawab. “Menurut legenda, ada salah
satu sihir terlarang yang mampu mematikan seseorang hanya dengan mengetahui
namanya saja. Walau itu hanya sebuah legenda, tetapi tak ada salahnya
berjaga-jaga.”
“Owh…
kenapa aku baru tahu.” Ucap Knight setelah cukup lama tak terdengar suaranya,
ia terlihat mulai memerhatikan. Stealth hanya tersenyum melihatnya. Sementara
mereka bertiga berdialog, Epsa masih mengutak-atik keyboard di depan layar
monitornya.
“Tetapi
ada hal yang sesungguhnya kenapa anggota Gunryou menggunakan nama identitas.”
Ucap Stealth kemudian.
“Apa
itu?” Ferdi merespon.
“Berdasarkan
sejarah Gunryou.” Jawab Stealth santai. “Dahulu kala, lebih dari 80 tahun yang
lalu, saat di dunia liteirin tidak sedamai sekarang, saat kekejaman masih
merajalela, saat yang terkuatlah yang berkuasa, membuat orang-orang lemah hanya
tertunduk takut.”
“Seperti
hukum rimba.” Potong Ferdi sesaat.
“Saat
itulah ada seseorang yang berusaha membantu orang-orang lemah tak berdaya untuk
mendapatkan haknya. Orang itu menyebut dirinya sebagai Emperor.”
“Seperti
seorang superhero yah…” potong Ferdi kembali.
“Tak
bisakah kau diam saja dan mendengarkan ceritanya.” Ucap Knight kesal.
Stealth
hanya tersenyum, kemudian melanjutkan, “Kemudian banyak dari liteirin yang
mengakui Emperor dan menganggapnya sebagai pahlawan. Banyak dukungan yang
menuju kepadanya. Kemudian beberapa orang tersadar dan mencoba mengikuti
jejaknya. Singkat cerita, ada enam orang yang menawarkan diri mereka untuk
bergabung dengannya menumpas kejahatan. Akhirnya, keenam orang ini pula menggunakan
sebuah nama untuk identitas mereka. Dan pada akhirnya terbentuklah sebuah
kelompok yang berisi tujuh orang dengan dipimpin oleh Emperor, yang menyebut
diri mereka sebagai Gunryou. Tujuh orang, itulah yang menjadi dasar jumlah
Dewan Tetua di Gunryou.
“Dan
itu juga yang menjadi alasan sekarang dibentuk seven-warrior?” Knight
menanggapi.
“Kurang
lebih,” Stealth menjawab, kemudian melanjutkan, “dan Emperor itu adalah Stavio
Elva Arin, yang tidak lain dan tidak bukan adalah nenek moyangmu, keturunan
Arin, itulah kenapa kau diistimewakan. Seharusnya kau menyadari hal itu,
Stevalinn. Nenek moyangmu itu, selain dia berbakat dan hebat, dia juga adalah
orang bijak dan terhormat.
“Permisi,”
potong Epsa tiba-tiba. “Bolehkah aku mengganggu pembicaraan kalian?”
“Ada
apa, kak? Kau menemukan sesuatu?” Ferdi segera menanggapi.
“Aku
menemukan sesuatu tentang Robert.”
“Kabar
bagus.” Jawab Stealth segera.
“Robert
Mc William,” Ujar Epsa membacakan sebuah artikel di internet, “seperti yang
kita duga, dia adalah bekas militer asing yang ikut pelatihan camp militer di
Bogor, Jawa Barat. Kursus pelatihan yang diselenggarakan Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) yang bekerjasama dengan Global Peace Operations
Initiative (GPOI) ini, bertujuan untuk melatih para TNI dari tiga angkatan
ditambah dengan militer Negara asing untuk membekali pengetahuan dalam misi
pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1995.
Namun, Robert yang merupakan militer dari Negara Inggris ini membangkang dari kesatuan batalion pelatihan dan banyak merugikan serta
mempermalukan PMPP dan GPOI di mata masyarakat dunia. Ia melakukan berbagai
penyelundupan senjata api dari dan ke luar kawasan RI, serta melakukan berbagai
tindak kejahatan militer lainnya. Dan di pertengahan tahun 1996, ia dikeluarkan
dari kesatuan. Bersamanya, dikeluarkan pula Raymond Harled, Firlett Harlion,
dan Jack Stinger. Mereka semua adalah militer asing yang juga tertangkap
melakukan penyelewengan hak kemiliteran.”
“Mereka…
dari nama yang kau sebutkan, mereka semua berjumlah empat, bukan?” Tanya
Stealth segera.
“Benar
juga,” sahut Ferdi, “orang-orang yang menyerang kita berjumlah lima orang.”
“Itu
artinya ada seorang lagi yang bukan berasal dari sana.” Ujar Stealth. “Dan apa
kau punya informasi mengenai keberadaan mereka?”
“Maaf,
sayangnya, ketika mereka dikeluarkan, dan sebelum menjalani proses hukum,
mereka berhasil melarikan diri dan kabur entah ke mana.” Jawab Epsa yang segera
berpaling dari layar komputernya untuk menatap mereka bertiga.
“Itu
artinya…” ujar Stealth mengira, “ada kemungkinan mereka kabur ke tempat salah
seorang yang belum kita ketahui itu.”
“Coba
saja kalian lihat foto mereka berempat.” Epsa kembali menatap ke layar komputer
untuk menunjukkan foto dari keempat orang yang berhasil diidentifikasi.
Ferdi
segera mendekati tempat Epsa untuk melihat foto itu, diikuti oleh Knight dan
Stealth. Stealth mengamati wajah keempat orang itu dengan cermat, sembari
berkata perlahan, “Robert, Raymond, Firlett, Jack.” Stealth mengamati foto
wajah itu satu-satu dan berkata dengan suara cukup keras, “Itu mereka! Tidak
salah lagi. Jadi….” Stealth berusaha mengingat-ingat, “orang itu yang belum
kita ketahui namanya.”
“Jadi,
bagaimana?” Tanya Knight segera.
“Seharusnya
aku yang bertanya seperti itu padamu.” Jawab Stealth.
“Oh,
sepertinya hari sudah larut,” Ucap Epsa memotong pembicaraan, “sebaiknya kau
tinggal saja di sini malam ini, Ferdi. Lagipula besok hari minggu. Aku akan
menelepon ibumu dan memberitahunya. Dan kalian berdua juga bisa tinggal di
sini, ada banyak kamar di rumah ini.”
“Baiklah,
maaf merepotkan.” Ucap Ferdi.
“Yah…
hanya ini informasi yang kita punya saat ini, kita akan memikirkannya kembali
nanti. Dan mungkin besok pagi kau bisa memulai latihan, Ferdi.” Ujar Stealth.
“Hah…
untuk apa? Kita bisa menangani ini sendiri, kita hanya butuh informasi dari
mereka, selebihnya kita tangani sendiri.” Sahut Knight tidak senang.
“Kau
lihatkan dia.” Ucap Stealth memberitahu kepada Knight dengan tatapan serius.
“Dia… dia ini orang yang terpilih oleh Elgrad. Kakaknya telah membantu
menyelesaikan misi kakakmu. Kalau saja kakaknya saat itu tidak mengorbankan
dirinya… Mungkin kita tak akan tahu bagaimana dengan kondisi Gunryou sekarang.
Dan sekarang, mungkin dia juga akan banyak membantu kita. Yah… itupun jika dia
mau.”
Knight
hanya terdiam. Suasana hening untuk sesaat lamanya.
Sayang banget loh JeQ, tulisanmu hanya mejeng di blog.. Udah coba ke penerbit? Karena baru baca edisi ini aku sukanya dengan nama-nama tokohnya, uniqe. Tapi kalau misalkan nama tokohnya seperti itu rasanya 'kurang pas' kalau tau-tau ada lokasi settingnya di Bogor...
ReplyDeletemakasih atas saran dan masukannya...
Deleteyah... belum nyoba sih ke penerbit...
dan juga kalo namanya kurang pas, emank deh kayaknya, tetapi udah terlanjur...