Thursday, 18 April 2013 - , 0 comments

CERMIN DUA MUARA part X – Darah Pahlawan

“I.. itu dia,” ucap Stealth yang terkejut, “Elgrad yang terlepas. Bagaimana bisa?” Stealth  menatap tajam ke arah Ferdi yang terjungkal. Namun, Ferdi tak bisa berkata apa, ia hanya memandang sesuatu yang muncul di depannya. Sebuah pedang berukuran raksasa tertancap ke dalam tanah tepat di depan Ferdi yang terduduk.
“Apa maksudmu? Apa yang terjadi? Apa arti semua ini?” Ferdi bertanya, tak tahu harus berkata apa lagi, ia hampir-hampir tak percaya dengan apa yang terjadi.
Stealth segera menghampiri apa yang ia sebut sebagai Elgrad yang terlepas. Ia mencoba memegang gagang dari Elgrad, tetapi tiba-tiba, telapak tangannya dan gagang Elgrad itu memercikkan sesuatu seperti terdapat penolakan. Percikan itu semakin membesar dan memuncrat, menyebabkan Stealth terlempar ke belakang. Di saat bersamaan, Elgrad kembali ke bentuk orbnya dan juga terlempar.
“Kau…” ucap Stealth memburu sembari menatap tajam ke arah Ferdi. Sedangkan Ferdi hanya dapat terdiam dan menatap balik. Kemudian Stealth melanjutkan, “kau manusia yang bernama Ferdi, cepat ambil Elgrad, dan cobalah untuk menghancurkan dinding ini.”
Ferdi segera tersadar dari kebingungannya dan segera berkata, “Bagaimana?”
“Apa?” ucap Stealth heran. “Kau hanya perlu mengambil benda itu,” lanjut Stealth sembari menunjuk ke arah orb Elgrad berada, “membuatnya menjadi pedang seperti tadi, dan menebaskannya ke arah dinding ini. Jika itu Elgrad, kemungkinan bisa.”
Ferdi merasa bingung dan heran, ia hanya menatapi Stealth yang berbicara tegas, cepat, dan serius. Stealth seperti tak ingin membuang-buang waktu, ia segera berucap kembali, “Lakukan saja! Kita akan bahas ini nanti. Kita akan cari tempat aman lebih dulu. Akan banyak orang yang datang dan menyaksikan ke sini.”
Ferdi segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Stealth di tengah kebingungannya. Ia merenggut orb yang tergeletak di atas tanah, dan seketika orb itu menjadi sebuah pedang raksasa. Ia menggenggam gagangnya dan mengerahkan tenaganya untuk menebaskan pedang itu. Pedang yang tertancap di tanah itu segera mengayun ke udara dan menabrak dinding kegelapan yang transparan.
Sebuah dinding kegelapan yang mengitari di hadapan mereka bergeretak, kencang, dan semakin kencang, seperti sebuah guncangan hebat telah melanda. Retak, demi retak mulai terlihat dari dinding itu. Dan kemudian, dinding kegelapan itu pecah berceceran jatuh ke atas tanah. Tetapi pecahan-pecahan yang jatuh ke atas tanah melebur dalam angin dan hilang entah ke mana.
“Bagus. Sesuai perkiraan. Ayo!” Ucap Stealth mengajak.
“Memangnya kita mau ke mana?” Tanya Ferdi heran.
“Ikuti saja.” Jawab Knight.
“Tapi, bagaimana dengan pedang ini? Bagaimana aku bisa berlari dengannya?”
“Ubah saja kembali menjadi orb.” Jawab Stealth cepat.
“Bagaimana? Bagaimana caranya?”
“Pikirkan saja.” Jawab Stealth tanpa basa-basi.
“Hah…” Ferdi merasa heran dan bingung mendengar jawaban itu. Tetapi, tanpa memedulikan kebingungan Ferdi, Knight segera bertanya, “Baiklah, secepat apa kau berlari?”
“Aku yang tercepat di sekolahku. Berkali-kali aku memenangkan adu lari dengan teman-temanku yang lain.” Jawab Ferdi percaya diri.
 “Baguslah.” Ucap Stealth yang segera berlari dan diikuti oleh Knight. Kemudian, dalam sekejap saja, mereka telah menghilang dari pandangan Ferdi.
Ferdi yang terkejut melihat hal itu hanya melongo, hingga ia tersadar dan berkata, “Sial. Apa-apaan mereka itu? Makhluk apa mereka itu sebenarnya.” Kemudian, sesuai dengan yang dikatakan Stealth, ia memikirkan dan berharap pedang yang ia bawa kembali menjadi orb, dan benar saja, berhasil. Tanpa pikir panjang lagi, Ferdi segera berlari menyusul mereka.
Ferdi melalui kerumunan orang yang mulai berdatangan, ia berusaha bergerak biasa, tak ingin ada yang curiga. “Sial. Ke mana mereka pergi? Cepat sekali.” Ucap Ferdi kembali ketika ia telah menjauhi kerumunan.
Tiba-tiba dua sosok muncul dan berlari di kedua sisi Ferdi. Knight yang berlari di sebelah kirinya berkata, “Cih… katanya kau yang tercepat. Lamban sekali.”
“Apa-apan kalian ini? Makhluk apa kalian sebenarnya?” ucap Ferdi cetus.
“Sudah ku bilang, kami adalah liteirin.” Jawab Stealth.
“Liteirin? Apa itu sebutan untuk para ninja seperti kalian?” Tanya Ferdi heran.
“Dasar kau! Tak mendengarkan apa yang diucapkannya tadi.” Jawab Knight jengkel.
“Sama saja sepertimu, bukan?” sindir Stealth. Knight yang mendengarnya hanya terdiam. Stealth segera melanjutkan, “Kami ini berasal dari dunia liteirin, dunia di luar dunia manusia, di luar duniamu.”
“Maksudmu… ada dimensi lain? Dan kalian ini bukan manusia?” Tanya Ferdi.
“Ya, seperti yang ku katakan.” Jawab Stealth.
“Ah, sepertinya aku bermimpi. Baiklah, sekarang…” ucap Ferdi bingung. “ah, ya, kalian dari tadi belum menyebutkan nama kalian.”
“Aku Stealth. Dan dia Knight.”
“Stealth? Knight? Nama yang aneh.”
“Setidaknya, itulah nama yang kami ambil.” Ucap Stealth.
“Sebenarnya, namaku Stevalinn dan dia yang sok tahu itu adalah Enju.” Ucap Knight dengan entengnya tanpa memedulikan Stealth.
“Knight?!?” bentak Stealth, memeringati.
“Ah!! Kalian membuatku semakin bingung. Sekarang, yang penting, kita berlari ke mana dulu?”
“Ehm…” Stealth menimbang-nimbang, “bagaimana dengan rumahmu? Kau punya rumah, bukan?”
“Tentu saja. Yang kalian hancurkan itu adalah rumahku.” Jawab Ferdi.
“Hah… Apa?” ucap Stealth terkejut.
“Setidaknya itu dulu. Sekarang aku tinggal di tempat di mana kita pertama kali bertemu, saat aku menuduh kalian pencuri.” Jawab Ferdi kemudian.
“Kau memang menjengkelkan.” Ucap Knight setengah berbisik.
“Baiklah, di mana itu? Aku sudah lupa.” ucap Stealth serius.
“Ok, ikuti aku.”
*****

“Baiklah, kita akan membahasnya di sini, tetapi ingat, kalian jangan mengeluarkan suara yang keras dan gaduh.” Ucap Ferdi yang duduk di lantai kamarnya yang berada di lantai dua rumah pamannya itu. Sesampai di rumah tadi, Ferdi bergegas menaiki tangga rumah untuk menuju ke kamarnya. Kemudian, ia membukakan jendela kamar yang menuju keluar di lantai dua, untuk membiarkan masuk Knight dan Stealth yang menunggu di semak pekarangan rumah. Dan kini, mereka bertiga duduk menyilangkan kaki, berhadapan satu sama lain. “Sekarang bisakah kalian ceritakan semua kejadian aneh ini.” Lanjut Ferdi.
“Baiklah,” Stealth memulai pembicaraan, “seperti yang ku katakan, kami ini liteirin, dan kami ini adalah prajurit yang bertugas menjaga keamanan di dunia kami, prajurit seperti kami disebut Gunryou. Dan sekarang, ada buronan kami yang kabur ke dunia manusia. Dia adalah Robert, sebenarnya dia dulu adalah manusia, tetapi dia mengetahui banyak hal tentang liteirin, dan dia juga mengancam keberadaan ras kami. Maka dari itu, dia termasuk buronan kami juga. Sebenarnya, lima tahun yang lalu, salah seorang prajurit Gunryou, atau lebih tepatnya pimpinan, berusaha menghentikannya yang sedang mencoba membangkitkan kekuatan abadi yang terlarang. Pimpinan kami gugur dalam menyelesaikan misi penting itu, tetapi ia telah mempercayakan misinya kepada seorang manusia. Manusia yang mampu membuka segel Elgrad itu sebelummu.”
Ferdi menatapi orb yang ia bawa dan berkata, “Elgrad? Segel?”
“Elgrad adalah salah satu dari empat legendary orb. Konon, menurut legenda, hanya seseorang dengan bakat dan kemampuan diri yang tinggilah yang akan mampu membuka segelnya dan merubahnya menjadi sebuah Great Sword. Orang itu dipercaya sebagai seseorang yang terpilih oleh Elgrad itu sendiri, dan dipercaya akan menjadi pelindung atau bahkan seorang pahlawan. Oleh karena itu, kami sangat percaya bahwa benda itu akan mampu untuk digunakan oleh tuan Kay.”
“Hey… kau sendiri memanggil nama asli.” Potong Knight.
Tanpa memedulikan Knight, Stealth melanjutkan, “Tetapi ternyata, tuan Kay tak mampu membuka segelnya. Dan sampai saat ini, kami tak tahu bagaimana tuan Kay mampu mengetahui siapa orang terpilih yang mampu menggunakan Elgrad, sehingga ia menyerahkan Elgrad begitu saja pada seorang anak manusia itu.”
“Ja.. jadi….” Ferdi menatapi orb itu seakan tak percaya.
“Ya, kaulah orang terpilih selanjutnya.” Ucap Stealth
“Cih…” Knight merasa tak senang dan segera membalikkan tubuhnya.
“Dan siapa seorang manusia lima tahun lalu itu?” Tanya Ferdi penasaran.
“Kami masih belum mengetahui siapa dia sebenarnya. Ia juga tewas setelah berhasil menyelesaikan misinya, setelah menggagalkan rencana Robert, sekaligus menghancurkan seluruh tempat itu bersamaan dengan terenggutnya nyawa dirinya sendiri beserta Robert.”
“Terbunuh?”
“Ya, Robert telah terbunuh, tetapi singkat cerita, ia hidup kembali, tetapi bukan dalam wujud manusia lagi. Oleh karena itu, ia tetap menjadi buronan kami, walau sampai di dunia manusia ini.”
“Bukan, maksudku manusia itu. Terbunuh? Meninggal? Lima tahun silam?” Ucap Ferdi teringat sesuatu.
“Ya, dia sudah meninggal jadi kami tak tahu siapa dia sebenarnya.”
“Apa kau mengetahui namanya?”
“Ehm… seorang informan kami…” jawab Stealth ragu, “ada yang mencoba melacak, dan merasakan sesuatu di tempat kejadian perkara itu.”
“Maksudmu?”
“Ada jenis seorang liteirin yang memiliki kemampuan untuk menerawang kejadian di masa lampau hanya dengan melihat kondisi tempat kejadian. Walau tak mampu membaca semua kejadian, tetapi kami berhasil mendapatkan sebuah nama.”
“Siapa namanya?” Tanya Ferdi penasaran.
“Ehm… aku lupa secara pasti, J.. Ji..” jawab Stealth ragu, “Jim… mungkin..”
“Jim Ervin.” Potong Ferdi.
“Itu dia,” Stealth terkejut. “kau mengenalnya?”
“Dia kakakku.”
Stealth terkejut bukan main. Knight pun segera membalikkan tubuhnya kembali ke arah mereka dan berkata, “Ti.. tidak mungkin.”
“Pantas saja,” ucap Stealth, “seseorang yang berdarah sama, seorang berdarah pahlawan, memiliki kemampuan yang sama, mampu melepaskan Elgrad.”
“Cih… sial.” Ucap Knight tak senang, yang segera berdiri dan berbalik.
“Dan dia adalah adik tuan Kay.” Ucap Stealth memperkenalkan Knight. “Adik dari seorang pahlawan hebat bagi Gunryou, seorang berdarah istimewa, sang keturunan Arin.” Tanpa peduli dengan ucapan Stealth, Knight segera melompat dan menghilang keluar jendela.
“Apa-apaan dia?” Tanya Ferdi.
“Maaf.” Ucap Stealth. “Maaf jika dia menyebalkan. Mungkin dia hanya iri.” Stealth menghela nafas sejenak dan melanjutkan, “Di Gunryou, terdapat sebuah keturunan yang dianggap istimewa dan hebat, keturunan yang dianggap paling berjasa dan dipercaya memiliki kemampuan dan bakat paling hebat, keturunan sang pahlawan, keturunan Arin. Dan Elgrad, seperti yang ku katakan sebelumnya, hanya dapat dilepaskan oleh orang yang terpilih. Tetapi ternyata, keturunan murni Arin pun tak mampu.”
“Untuk itukah dia iri?”
“Mungkin…”


0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^