Monday, 11 February 2013 - , 1 comments

CERMIN DUA MUARA part VI – Takdir Pertemuan

“Fyuh…. Sudah jauh-jauh melangkah, eh.. kembali ke tempat jelek ini lagi.” Ucap Knight sembari menghela nafas, ketika ia dan Stealth berada di luar pekarangan rumah tua di desa dekat jalan perkotaan Seberida itu. Mereka terpaksa kembali ke tempat awal mereka datang dari dunia liteirin di tengah terik panas matahari di siang hari, karena sudah tak memiliki ide ataupun informasi dalam melanjutkan misi mereka.
“Bukankah kau yang memutuskan untuk kembali?” ujar Stealth.
“Ya, ya, aku tahu.” Ucap Knight tanpa ada nada semangat. “Sekarang, apa yang akan kita lakukan?”
“Entahlah… apa perlu kita kembali ke dunia kita?” ujar Stealth.
“Apa di sekitar gerbang dimensi ini tidak ada petunjuk?” Tanya Knight kemudian. Tetapi, sebelum sempat dijawab, Knight melanjutkan, “eh tunggu… gerbang dimensi. Ini mana gerbang dimensinya?”
“Ah, benar juga, di dunia manusia ini berbeda. Tetapi karena kita pertama kali sampai di dunia manusia ini muncul dari dalam sana,” ucap Stealth sembari menunjuk ke arah rumah tua itu,  “jadi pasti gerbang dimensi ada di dalam sana.”
“Hei, hei, tunggu… tunggu dulu.. jangan katakan jika kau juga tak tahu letak pastinya gerbang dimensi di dunia manusia ini, dan bagaimana caranya kita kembali?”
“Yah, seperti yang ku katakan, ini juga pertama kalinya bagiku ke dunia manusia.”
“Ah, sial. Jadi, kita tak tahu apa yang harus dilakukan di dunia manusia ini, dan juga tak ada pilihan bagi kita untuk kembali.”
“Hemh…. tetapi aku bisa merasakan energi yang terpancar dari gerbang dimensi melingkupi seluruh tempat ini.”
“Apa maksudnya itu?” Tanya Knight bingung.
“Artinya, kita bisa menuju jalan penghubung selama berada di sini.” Jawab Stealth sembari melangkah perlahan memasuki rumah itu dengan diikuti oleh Knight.
“Maksudmu? Bukankah untuk memasuki gerbang dimensi di Cyber-Gate, aku harus memancarkan auraku di tempat antara dua pilar besar?”
“Ya, itu jika di dunia kita, tetapi di dunia manusia ini tampaknya berbeda.”
 “Ja.. jadi…. Bagaimana nantinya kita kembali?” ucap Knight mulai resah.
“Maka dari itu, kita ke sini untuk menemui Gerald terlebih dahulu. Kemudian kita bisa bertanya padanya mengenai informasi tentang Robert, dan setelah itu kita bisa kembali dengan mudah bersamanya. Yah… Ku kira ini akan menjadi mudah, menemui seorang liteirin di antara kerumunan manusia. Uh.. ternyata…”
“Sial! Bisa-bisanya? Apakah Jendral dan Tetua tidak memberikan sesuatu yang dapat mempermudah kita? Ah, benar-benar sial, pertama kali mendapat misi tinggi, malah begini.”
“Semakin tinggi misi, memang semakin sulit. Dan dalam misi ini kita tidak memperoleh banyak informasi yang mendukung.” Ujar Stealth.
Knight dan Stealth telah berada di dalam rumah itu. Mereka berdua menyusuri tempat berantakan itu, mencari sesuatu yang dapat menjadi petunjuk, atau sesuatu hal yang mencurigakan, yang mungkin merupakan tempat pemancaran gerbang dimensi. Tetapi yang mereka temui hanya rongsokan-rongsokan tak berguna.
“Apa yang kita lakukan di sini? Sial. Aku benar-benar sial. Orang-orang tua bodoh itu juga seenaknya mendamparkan aku di tempat ini.” Ucap Knight kesal.
“Jangan bicara…!” sergah Stealth.
“Biarkan saja. Orang-orang tua itu memang…”
“Maksudku… diam!” Stealth memotong pembicaraan. “Ada yang datang.”
“Si.. siapa?” Knight terkejut. “Hanya manusia biasa atau Robert atau siapa?”
“Aku tak tahu.” Stealth dan Knight segera bersembunyi. Stealth merayap ke tembok, berusaha mengintip siapa yang datang. Seseorang mulai membuka pintu rumah perlahan. Tiba-tiba, wajah Stealth tampak terkejut, dan berkata perlahan, “Apa ini?”
Knight heran dan berkata, “Apa? Apanya?”
“Aura yang terpancar dari sosok yang datang itu tiba-tiba berubah semenjak ia melangkah masuk ke rumah ini. Apa artinya ini?”
“Apa?” Knight merasa penasaran dan segera melihat siapa yang datang. Knight melihat sosok orang itu dan terkejut. Ia seperti mengenal sosok itu. Dengan rasa jengkel, Knight segera menunjukkan sosoknya ke seseorang yang baru saja datang itu dan segera berteriak ke orang itu, “Hah… Kau bocah manusia yang menjengkelkan waktu itu.”
Sesosok yang melangkah masuk itu ternyata Ferdi yang masih mengenakan seragam sekolah. Sepulangnya dari sekolah, ia sengaja ingin datang ke rumahnya itu, tetapi betapa terkejutnya ia melihat ada dua orang aneh di dalam rumah itu, “Hey… kalian pencuri waktu itu. Mau apalagi sekarang di sini?”
“Sial. Kau benar-benar menyebalkan.” Ucap Knight terlihat jengkel.
“Pencuri seperti kalianlah yang menyebalkan. Pasti kalian hendak berbuat jahat atau.… kalian pasti menimbun hasil rampokan di sini? Sialan kalian, cepat pergi dari sini. Dasar penjahat!” bentak Ferdi.
Dalam waktu singkat, pertemuan antara Knight dan Ferdi ini segera menciptakan adu mulut dan menimbulkan kegaduhan di dalam rumah itu.

Beberapa meter dari tempat itu, seorang pemuda bertubuh besar yang memakai kaos merah dan celana hitam bercorak merah, melangkahkan kakinya kebingungan, seperti sedang mencari sesuatu. Ia berkata, “Setahuku, rumahnya ada di sekitar sini.”
Pemuda ini melangkahkan kakinya memutari kawasan itu. “Pasti ada di sini,” Lanjutnya sambil terus melangkah, “pasti aku akan mengalahkannya kali ini. Bisa-bisanya dulu aku kalah dan mundur hanya dengan sekali tendangan oleh bocah ingusan itu. Jika mengingat hal itu… cih… aku takkan terima. Setelah sekian lama, aku berlatih karate dan akhirnya mendapatkan sabuk hitam. Sekarang aku bukanlah bocah nakal dan sok kuat seperti dulu, kali ini aku akan menunjukkan bahwa aku benar-benar kuat. Aku akan menantangnya dan mengalahkannya dengan kehormatan. Karena aku takkan terkalahkan. Akulah Billy.”
*****

Dua buah mobil kembali melaju kencang di jalan kolektor di daerah kota Enok. Kedua mobil ini mengarah kembali ke kota Seberida.
“Ke mana lagi kita ini?” Tanya Steve yang duduk di dalam mobil mercedez bersama dengan Robert yang mengemudi dan Jack di belakangnya.
“Kita akan memusnahkan penghalang terlebih dahulu.” Jawab Robert.
“Penghalang?”
“Ya, kemungkinan akan ada musuh lain yang akan mengejar. Untuk itu, kita akan meminimalisir bahaya yang akan datang lebih banyak.”
“Haha…. Bukankah lebih banyak akan lebih menyenangkan? Satu musuh. Itu tidak akan menyenangkan.” Ucap Steve.
“Sudah berapa kali ku bilang, lawan kita ini bukan manusia. Jika kau tahu betapa menyulitkannya mereka, kau takkan ingin lebih banyak melawan mereka.”
“Baiklah, tuan sok tahu. Aku menurut saja untuk kali, tetapi sebaiknya, kau jangan mengecewakanku.”
Kedua buah mobil itu masih melaju kencang menuju satu tempat. Suatu tempat pertemuan tak terduga yang akan menjadi kisah pertarungan panjang. Suatu tempat di mana semua cerita sesungguhnya bermula.

1 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

1 comment:

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^