Knight
menatapi indahnya lautan dari sebuah jurang tinggi di pinggiran laut sebelah
timur Kualaenok, ditemani Stealth yang duduk di sebuah batu besar, “Kita telah
bergerak di dunia ini sejak dua hari yang lalu, tetapi tak menemukan apapun.
Dunia ini sepertinya terlalu besar. Apa kau tak punya informasi yang dapat
membantu?” Tanya Knight jengkel.
“Maaf,
tidak ada. Sepertinya memang sulit jika bertugas hingga mencapai luar dunia
kita. Tak banyak informasi yang kita miliki. Yang kita tahu hanya Robert adalah
bekas prajurit di dunia manusia ini. Ehm… dan… katanya yang dibutuhkan Robert
saat ini adalah… sesuatu benda yang terletak tak jauh dari gerbang dimensi
dunia manusia.”
“Apa
kita sebaiknya kembali saja? Atau mungkin, memang kita harus berteman dengan
manusia untuk bertanya dan mencari informasi dari mereka. Mereka pasti tahu lebih
banyak dibandingkan kita.” Ucap Knight.
Stealth
tak menghiraukan ucapan Knight, ia seperti sedang memikirkan dan mencoba
merasakan sesuatu. Dengan suara pelan, tak sengaja Stealth berkata, “Kenapa aku
tak bisa merasakannya? Ada apa sebenarnya?”
“Apa?”
Tanya Knight heran, “kau mengatakan sesuatu?”
“Ehm…
kau belum mengetahuinya yah?” ucap Stealth ragu.
“Apa?”
“Sebenarnya
benda yang dicari oleh Robert adalah benda yang dijaga oleh seorang liteirin.”
“Apa?”
ucap Knight terkejut, ”katamu benda itu ada di dunia manusia.”
“Memang.
Benda itu ada di dunia manusia dan milik dunia manusia. Tetapi, ada seorang
liteirin yang menjaga benda itu. Dia adalah bekas anggota Gunryou. Tetapi dia
telah lama menetap di dunia manusia. Dan kita telah lama tidak berkomunikasi
dengannya. Kita sudah tidak tahu bagaimana kabarnya.”
“Jadi,
para anggota Gunryou tak ada yang tahu apakah dia masih hidup atau tidak.”
“Ya,
dan sejak kemarin aku berusaha merasakan hawa keberadaannya, tetapi tak terasa
sedikitpun.”
“Apakah
mungkin dia sudah mati?”
“Kuharap
belum. Semoga saja dia hanya menekan hawa keberadaannya agar tak menjadi
incaran dan perhatian.”
“Hawa
keberadaan? Menekan hawa keberadaan?” Tanya Knight bingung.
“Kau
masih belum memperlajarinya yah... Kau memiliki aura, bukan?”
“Ya,
dengan auraku, aku mampu menguasai kemampuan angin.”
“Dan
dengan aura itu pula, kau menciptakan hawa keberadaanmu.”
“Tetapi,
kenapa aku tak pernah tahu dan merasakan akan hawa keberadaan.”
“Seseorang
dengan tingkat kemampuan yang cukup tinggi akan mampu merasakannya.” Balas
Stealth.
“Maksudmu,
kemampuanku masih rendah begitu?”
“Dan
seseorang yang berkemampuan tinggi akan mampu menekan hawa keberadaannya agar
tak dapat dirasakan oleh orang lain yang mampu merasakannya.”
“Sial,
kau benar-benar meledekku.”
“Bukan
begitu. Tetapi sepertinya, kau harus benar-benar berlatih lebih baik lagi.”
“Baiklah,
sekarang bagaimana cara melacak hawa keberadaan?”
“Pertama,
pahami auramu terlebih dahulu dan cobalah untuk merasakan hawa keberadaan
dirimu sendiri terlebih dahulu.” Ucap Stealth mengajari.
Knight
hanya terdiam. Ia memejamkan mata dan mencoba merasakan sesuatu dari dalam
tubuh dirinya.
“Baiklah,
lakukan itu sambil bergerak.” Ucap Stealth yang kemudian lekas bangkit.
“Kita
akan ke mana lagi?” Tanya Knight sembari membuka mata perlahan.
“Kau
yang memutuskan. Kaulah ketuanya di sini, bukan? Putuskan ke mana arah kita,
aku akan mengikutimu dan mencoba lebih keras lagi untuk merasakan hawa
keberadaannya. Dan mungkin kau juga bisa melatih merasakan hawa keberadaan
sambil kita bergerak.”
“Eh,
tunggu! Kenapa kau tidak langsung merasakan hawa keberadaan Robert saja.
Kemungkinan dia lebih tidak bisa menekan hawa keberadaan.”
“Aku
belum pernah bertemu langsung dengannya. Aku belum tahu bagaimana auranya.
Sekarang aku merasakan banyak hawa keberadaan, baik yang rendah ataupun cukup
tinggi. Tetapi aku tak tahu yang mana miliknya. Untuk itu, kita ke sini untuk
menemui Gerald terlebih dahulu.”
“Gerald?
Nama penjaga itu?” Tanya Knight.
“Ya,
sekaligus kita akan menjenguknya untuk mengetahui kabarnya.”
“Baiklah!”
*****
Di
sisi lain, jauh dari daerah Kualaenok, sebuah mercedez mewah dan sebuah Ford GT
putih terparkir di depan sebuah rumah besar yang tampak seperti bangunan
bersejarah. Terdengar terdapat percakapan di dalamnya.
“Baiklah,
cukup berlima. Kita akan segera berangkat.” Suara Robert terdengar dari dalam
rumah itu. Keempat orang yang lain terlihat menyibukkan diri masing-masing.
“Apakah
kau sudah mengetahui lokasinya.” Tiba-tiba sebuah suara, yang ternyata suara
Lietro, tepat berada di samping Robert yang duduk di sofa.
“Si..
siapa itu? Bagaimana dia bisa masuk?” ucap Steve terkejut, begitu juga yang
lainnya terlihat terkejut akan kehadiran sosok yang entah dari mana.
“Jangan
hiraukan dia. Dia sekutuku.” Ucap Robert menenangkan yang lainnya. Kemudian
Robert melirik ke arah Lietro dan melanjutkan, “Ya.” Robert terlihat ragu,
kemudian berkata kembali, “Tidak secara pasti. Setahuku benda itu masih berada
di daerah Riau. Dan juga berdasarkan desas-desus, benda itu berada di suatu
tempat yang dijaga oleh seekor liteirin. Oleh karena itu aku butuh kau.”
“Mungkin
tidak banyak yang mengetahuinya, hawa keberadaan manusia dan liteirin itu berbeda.
Bahkan Gunryou pun tak banyak yang mengetahuinya, karena memang mereka tak
terbiasa ke dunia di luar mereka dan membandingkan hawa keberadaan. Tetapi,
untuk liteirin yang ini ku yakin dia menyadari akan hal itu, dan akan
menyembunyikan hawa keberadaannya. Dan itu akan sulit bagiku untuk
merasakannya.” Jawab Lietro.
“Bagaimanapun
aku masih butuh kau untuk saat ini. Kaulah nanti yang akan menjadi kunci untuk
mengetahui tempat itu.”
“Hanya
untuk yang ini. Dan itu akan menjadi yang terakhir. Jangan harap aku akan
menolongmu melawannya ataupun membantu dalam pertarungannya.”
“Jangan
khawatir. Kelompokku telah siap untuk menghadapinya. Hanya seekor liteirin.
Tidak akan memakan waktu terlalu lama.” Ucap Robert sinis.
“Hey…
apa yang sebenarnya kalian bicarakan?” Tanya Jack yang ikut bergabung bersama
mereka dengan rasa heran.
“Tak
perlu tahu. Kau ikuti saja komandoku.” Jawab Robert.
“Cih…
sejak kapan kau jadi pimpinan kami. Aku hanya melakukan apa yang ku mau dan
yang akan menguntungkan bagiku.” Ucap Jack tak senang.
“Dan
apa juga yang kau maksud dengan seekor liteirin? Apa kita hanya melawan
seorang?” Tanya Steve penasaran.
“Ya,
kita hanya akan menerobos satu musuh. Tetapi, seperti yang ku bilang, lawan
kita bukan manusia.” Jawab Robert.
“Hah…
tetap saja hanya satu orang, takkan menyenangkan.” Ucap Steve kecewa.
“Tetapi
dia benar-benar bukan manusia. Camkan itu baik-baik.”
“Cih…
satu lawan lima, itu tidak sebanding.”
“Tetapi
perlu kau ingat, Robert. Mereka pasti akan mengejarmu sampai ke dunia manusia
pun.” Lietro mencoba memperingati Robert, tanpa menghiraukan yang lain.
Robert
sedikit tertawa berdahak, “Aku tahu itu. Aku sudah memikirkannya.”
Seseorang
yang dipanggil Lietro tertawa kecil dengan nada sinis, dan segera melenyapkan
sosoknya dari pandangan kelima orang dihadapannya.
berkunjung sembari mencari informasi, wah harus ngikutin dari cerita sebelumnya nie, wkk..
ReplyDeleteterima kasih telah berkunjung sob
ya sob...
Deleteterimakasih telah berkunjung juga..
menarik ceritanya sob, kenapa nggak ditulis dalam bentuk novel?
ReplyDeleteehm...
Deletedalam bentuk novel? kalo dibukukan gitu seh masih ragu..
thanks sob...