Wednesday, 30 January 2013 - , 4 comments

CERMIN DUA MUARA part V – Pelacakan


Knight menatapi indahnya lautan dari sebuah jurang tinggi di pinggiran laut sebelah timur Kualaenok, ditemani Stealth yang duduk di sebuah batu besar, “Kita telah bergerak di dunia ini sejak dua hari yang lalu, tetapi tak menemukan apapun. Dunia ini sepertinya terlalu besar. Apa kau tak punya informasi yang dapat membantu?” Tanya Knight jengkel.
“Maaf, tidak ada. Sepertinya memang sulit jika bertugas hingga mencapai luar dunia kita. Tak banyak informasi yang kita miliki. Yang kita tahu hanya Robert adalah bekas prajurit di dunia manusia ini. Ehm… dan… katanya yang dibutuhkan Robert saat ini adalah… sesuatu benda yang terletak tak jauh dari gerbang dimensi dunia manusia.”
“Apa kita sebaiknya kembali saja? Atau mungkin, memang kita harus berteman dengan manusia untuk bertanya dan mencari informasi dari mereka. Mereka pasti tahu lebih banyak dibandingkan kita.” Ucap Knight.
Stealth tak menghiraukan ucapan Knight, ia seperti sedang memikirkan dan mencoba merasakan sesuatu. Dengan suara pelan, tak sengaja Stealth berkata, “Kenapa aku tak bisa merasakannya? Ada apa sebenarnya?”
“Apa?” Tanya Knight heran, “kau mengatakan sesuatu?”
“Ehm… kau belum mengetahuinya yah?” ucap Stealth ragu.
“Apa?”
“Sebenarnya benda yang dicari oleh Robert adalah benda yang dijaga oleh seorang liteirin.”
“Apa?” ucap Knight terkejut, ”katamu benda itu ada di dunia manusia.”
“Memang. Benda itu ada di dunia manusia dan milik dunia manusia. Tetapi, ada seorang liteirin yang menjaga benda itu. Dia adalah bekas anggota Gunryou. Tetapi dia telah lama menetap di dunia manusia. Dan kita telah lama tidak berkomunikasi dengannya. Kita sudah tidak tahu bagaimana kabarnya.”
“Jadi, para anggota Gunryou tak ada yang tahu apakah dia masih hidup atau tidak.”
“Ya, dan sejak kemarin aku berusaha merasakan hawa keberadaannya, tetapi tak terasa sedikitpun.”
“Apakah mungkin dia sudah mati?”
“Kuharap belum. Semoga saja dia hanya menekan hawa keberadaannya agar tak menjadi incaran dan perhatian.”
“Hawa keberadaan? Menekan hawa keberadaan?” Tanya Knight bingung.
“Kau masih belum memperlajarinya yah... Kau memiliki aura, bukan?”
“Ya, dengan auraku, aku mampu menguasai kemampuan angin.”
“Dan dengan aura itu pula, kau menciptakan hawa keberadaanmu.”
“Tetapi, kenapa aku tak pernah tahu dan merasakan akan hawa keberadaan.”
“Seseorang dengan tingkat kemampuan yang cukup tinggi akan mampu merasakannya.” Balas Stealth.
“Maksudmu, kemampuanku masih rendah begitu?”
“Dan seseorang yang berkemampuan tinggi akan mampu menekan hawa keberadaannya agar tak dapat dirasakan oleh orang lain yang mampu merasakannya.”
“Sial, kau benar-benar meledekku.”
“Bukan begitu. Tetapi sepertinya, kau harus benar-benar berlatih lebih baik lagi.”
“Baiklah, sekarang bagaimana cara melacak hawa keberadaan?”
“Pertama, pahami auramu terlebih dahulu dan cobalah untuk merasakan hawa keberadaan dirimu sendiri terlebih dahulu.” Ucap Stealth mengajari.
Knight hanya terdiam. Ia memejamkan mata dan mencoba merasakan sesuatu dari dalam tubuh dirinya.
“Baiklah, lakukan itu sambil bergerak.” Ucap Stealth yang kemudian lekas bangkit.
“Kita akan ke mana lagi?” Tanya Knight sembari membuka mata perlahan.
“Kau yang memutuskan. Kaulah ketuanya di sini, bukan? Putuskan ke mana arah kita, aku akan mengikutimu dan mencoba lebih keras lagi untuk merasakan hawa keberadaannya. Dan mungkin kau juga bisa melatih merasakan hawa keberadaan sambil kita bergerak.”
“Eh, tunggu! Kenapa kau tidak langsung merasakan hawa keberadaan Robert saja. Kemungkinan dia lebih tidak bisa menekan hawa keberadaan.”
“Aku belum pernah bertemu langsung dengannya. Aku belum tahu bagaimana auranya. Sekarang aku merasakan banyak hawa keberadaan, baik yang rendah ataupun cukup tinggi. Tetapi aku tak tahu yang mana miliknya. Untuk itu, kita ke sini untuk menemui Gerald terlebih dahulu.”
“Gerald? Nama penjaga itu?” Tanya Knight.
“Ya, sekaligus kita akan menjenguknya untuk mengetahui kabarnya.”
“Baiklah!”
*****

Di sisi lain, jauh dari daerah Kualaenok, sebuah mercedez mewah dan sebuah Ford GT putih terparkir di depan sebuah rumah besar yang tampak seperti bangunan bersejarah. Terdengar terdapat percakapan di dalamnya.
“Baiklah, cukup berlima. Kita akan segera berangkat.” Suara Robert terdengar dari dalam rumah itu. Keempat orang yang lain terlihat menyibukkan diri masing-masing.
“Apakah kau sudah mengetahui lokasinya.” Tiba-tiba sebuah suara, yang ternyata suara Lietro, tepat berada di samping Robert yang duduk di sofa.
“Si.. siapa itu? Bagaimana dia bisa masuk?” ucap Steve terkejut, begitu juga yang lainnya terlihat terkejut akan kehadiran sosok yang entah dari mana.
“Jangan hiraukan dia. Dia sekutuku.” Ucap Robert menenangkan yang lainnya. Kemudian Robert melirik ke arah Lietro dan melanjutkan, “Ya.” Robert terlihat ragu, kemudian berkata kembali, “Tidak secara pasti. Setahuku benda itu masih berada di daerah Riau. Dan juga berdasarkan desas-desus, benda itu berada di suatu tempat yang dijaga oleh seekor liteirin. Oleh karena itu aku butuh kau.”
“Mungkin tidak banyak yang mengetahuinya, hawa keberadaan manusia dan liteirin itu berbeda. Bahkan Gunryou pun tak banyak yang mengetahuinya, karena memang mereka tak terbiasa ke dunia di luar mereka dan membandingkan hawa keberadaan. Tetapi, untuk liteirin yang ini ku yakin dia menyadari akan hal itu, dan akan menyembunyikan hawa keberadaannya. Dan itu akan sulit bagiku untuk merasakannya.” Jawab Lietro.
“Bagaimanapun aku masih butuh kau untuk saat ini. Kaulah nanti yang akan menjadi kunci untuk mengetahui tempat itu.”
“Hanya untuk yang ini. Dan itu akan menjadi yang terakhir. Jangan harap aku akan menolongmu melawannya ataupun membantu dalam pertarungannya.”
“Jangan khawatir. Kelompokku telah siap untuk menghadapinya. Hanya seekor liteirin. Tidak akan memakan waktu terlalu lama.” Ucap Robert sinis.
“Hey… apa yang sebenarnya kalian bicarakan?” Tanya Jack yang ikut bergabung bersama mereka dengan rasa heran.
“Tak perlu tahu. Kau ikuti saja komandoku.” Jawab Robert.
“Cih… sejak kapan kau jadi pimpinan kami. Aku hanya melakukan apa yang ku mau dan yang akan menguntungkan bagiku.” Ucap Jack tak senang.
“Dan apa juga yang kau maksud dengan seekor liteirin? Apa kita hanya melawan seorang?” Tanya Steve penasaran.
“Ya, kita hanya akan menerobos satu musuh. Tetapi, seperti yang ku bilang, lawan kita bukan manusia.” Jawab Robert.
“Hah… tetap saja hanya satu orang, takkan menyenangkan.” Ucap Steve kecewa.
“Tetapi dia benar-benar bukan manusia. Camkan itu baik-baik.”
“Cih… satu lawan lima, itu tidak sebanding.”
“Tetapi perlu kau ingat, Robert. Mereka pasti akan mengejarmu sampai ke dunia manusia pun.” Lietro mencoba memperingati Robert, tanpa menghiraukan yang lain.
Robert sedikit tertawa berdahak, “Aku tahu itu. Aku sudah memikirkannya.”
Seseorang yang dipanggil Lietro tertawa kecil dengan nada sinis, dan segera melenyapkan sosoknya dari pandangan kelima orang dihadapannya.


4 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

4 comments:

  1. berkunjung sembari mencari informasi, wah harus ngikutin dari cerita sebelumnya nie, wkk..
    terima kasih telah berkunjung sob

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya sob...
      terimakasih telah berkunjung juga..

      Delete
  2. menarik ceritanya sob, kenapa nggak ditulis dalam bentuk novel?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ehm...
      dalam bentuk novel? kalo dibukukan gitu seh masih ragu..

      thanks sob...

      Delete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^