Wednesday, 23 January 2013 - , 3 comments

CERMIN DUA MUARA part IV – Pengumpulan


“Apa untungnya bagiku?” seorang pria bertubuh besar dan sedikit gemuk duduk bersandar di lantai rumahnya dengan mengenakan hem putih kotor dan kondisi bermalas-malasan meminum bir dan memakan camilan sambil menatap tamu yang telah lama tak pernah ditemuinya berada tepat di depan pintu rumahnya. Sebuah rumah yang tak layak disebut rumah, lebih mirip seperti tempat bersarang tikus, terletak di bawah jembatan besar di daerah Selakar. “Kau juga berkali-kali telah menipuku. Gara-gara kau, semuanya gara-gara kau. Aku dibuang dari angkatan laut secara terhina,” lanjut pria itu dengan nada membentak dan sesekali terceguk, “dan sekarang kau datang meminta bantuan? Cih… kau kira aku ini apaan? Tak sudi!!”
”Aku punya tawaran yang bagus untukmu.” ucap Robert yang sedari tadi berdiri di depan pintu rumah pria bertubuh besar itu.
”Kau kira aku mau? Kau pasti menipu lagi!”
”Tapi kali ini ku yakin kau pasti mau, Harled.”
*****

Dua kelabatan bersosok hitam tampak berada diantara kerimbunan pepohonan pekarangan suatu rumah di pinggiran kota Seberida. ”Urgh.... akan sulit mencari manusia satu ini di dunia manusia sebesar ini satu persatu.” keluh Knight.
”Untuk itu kita mencari informasi terlebih dahulu.” jawab Stealth.
”Dan kini, apa kau punya informasi berguna?”
”Maaf.”
”Baiklah, baiklah. Mungkin ketua hebat sepertiku memang harus...” tiba-tiba sebuah botol kosong melayang dan tepat mengenai pinggiran kepala Knight, ”AUW!!! Sial, siapa itu? Berani-beraninya...”
”Seharusnya akulah yang bertanya siapa kalian ini?” Ferdi berteriak dari dalam jendela ke arah dua orang berpakaian hitam yang menyelinap masuk di pekarangan rumahnya, ”seenaknya masuk ke pekarangan orang. Kalian pasti pencuri!”
”Hey... apa-apaan kamu ini. Mau mati yah.” jawab Knight geram, sembari mencoba menghunuskan pedangnya perlahan. Namun, tangan Stealth segera mencegahnya.
”Ya! Pasti kalian pencuri. Memakai pakaian hitam aneh dan membawa senjata tajam.”
”Sialan kau!” Knight bertambah geram. Tanpa pikir panjang ia segera menghunuskan pedangnya dengan cepat. Stealth yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepala.
”Dan sekarang kau mau menyergapku...” jawab Ferdi terkejut, ”tolong!!! Tolong!!! Pencuri!!!” teriak Ferdi dengan keras.
Stealth segera bertindak. Ia mencengkeram tangan Knight dengan erat dan membawanya kabur menjauhi tempat itu.
”Kau tak perlu memegangiku. Aku bisa berlari sendiri.” bentak Knight pada Stealth ketika ia menarik tangannya dari cengkeraman Stealth. ”Untuk apa kita kabur. Hanya manusia bodoh seperti itu, aku bisa menghabisinya.”
”Kau jangan menyalahi aturan, Knight!” nasehat Stealth, ”Kita di sini untuk menyelesaikan tugas kita.”
”Tapi manusia itu menjengkelkan.” bantah Knight dengan nada tak suka.
”Kita ini pelindung. Jangan melakukan tindakan yang tak perlu. Apalagi bersikap keras seperti itu. Kau masih banyak harus belajar, Knight! Jangan diulangi lagi.”
”Cih... di sini aku ketuanya. Jangan sok memberiku nasehat.”
*****

”Hahaha.... kau gila?” ucap seseorang bertubuh tegap dengan pakaian rapi yang berdiri bersandar pada pinggiran tangga di rumahnya yang terbilang mewah, menatap kedua tamunya yang duduk di sofa di ruang tamu rumahnya.
”Tetapi akan ada sesuatu yang menarik minatmu, Steve!” ucap Robert serius.
”Aku sudah berkecukupan kali ini. Aku tak akan butuh apa-apa darimu.” jawab Steve dengan sesekali menghisap rokok yang ia pegang.
”Ku tak menawarkan harta, karena ku tahu kau lebih pandai dalam hal itu. Tetapi sudah ku bilang, akan ada yang menarik minatmu. Ku pastikan itu!” ajak Robert yakin.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mercedez mewah keluar dari pepohonan rimbun yang berada beberapa puluh meter dari Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Mobil itu melaju kencang diantara para kerumunan manusia dan kendaraan yang lalu lalang setelah memasuki kawasan jalan kolektor yang berada beberapa kilometer di timur Taman Nasional itu.
Mobil terus melaju kencang. Hingga mencapai kota Enok, mobil mulai melambat dan membelok ke arah jalanan sempit di antara gedung-gedung tua.
”Cih... mau ke mana lagi kita? Ke tempat jelek seperti ini?” ujar Steve dengan mimik buruk, duduk di sebelah Robert yang mengemudi mercedez mewah itu, ”jangan katakan...”
”Ya, kita akan menemui Firlett.” jawab Robert santai.
”Cih... si singa buruk rupa itu.”
”Tapi kita butuh dia. Sang mekanis senjata. Kita akan butuh banyak senjata darinya.”
”Cukup dengan Carbine favoritku. Sudah cukup untuk menghabisi lawan-lawan kita. Memangnya sehebat apa musuhmu itu, hingga memaksa para kawan lamamu berkumpul.”
”Dia bukan manusia.”
”Haha.... kalau begitu itu akan menarik. Sudah lama ku tak berhadapan dengan musuh berat. Sebaiknya, kau pastikan musuh kali ini takkan mengecewakanku.”
”Tetapi, dia benar-benar bukan manusia.”
”Baguslah. Bagaimana denganmu, tuan gemuk kebanyakan mabuk?” tanya Steve segera menoleh ke Harled yang berada di kursi penumpang belakang.
”Terserah. Apapun. Aku dapat menggunakan sniper jenis apapun. Dan apapun. Asalkan uang sudah ada di tanganku.” ucap Harled yang mulai berbicara.
”Cih... hanya uang yang ada di kepalamu.” Steve menghina.
Laju mobil semakin melambat. Mobil itu diarahkan ke bagian ujung sebuah tempat yang tertimbun pepohonan di sana. Kini mobil tepat berhenti di sebelah pohon.
”Terserah. Kalian mau ikut atau tidak.” ajak Robert.
”Aku tak suka wajah menjijikkan Firlett. Aku tetap menunggu di sini.” jawab Steve.
”Aku ikut. Aku ingin melihat koleksi senjata ilegal si singa gila itu. Dia punya banyak barang bagus.” jawab Harled kemudian.
”Baiklah!”
Robert keluar dari mobil itu dan berjalan di depan disusul dengan Harled yang mengikutinya. Mereka melangkah keluar dari semak-semak yang menyembunyikan kendaraan mereka, menuju sebuah rumah yang tampak besar di lingkungan sepi itu. Robert berhenti tepat di depan sebuah pintu rumah yang tampak layak seperti gerbang. Robert membunyikan bel yang berada di pinggir kanan pintu. Tiba-tiba muncul sebuah suara.
”Siapa itu?” sebuah suara terdengar seperti dari alat komunikasi yang entah dari mana.
”Kawan lama, hai sang singa mekanis!” jawab Robert.
”Cih... mau apa kau ke sini, Robert?”
”Ayolah, Firlett! Bukakan gerbang duniamu ini. Dan kita bicarakan urusan bisnis secara baik-baik di dalam.”
”Tak ada kata baik-baik darimu.”
Tiba-tiba, secara otomatis pintu rumah itu terbuka ke kedua sisinya. Robert segera masuk menuju ke dalam ruangan tengah yang besar dan bertingkat, yang disebut pemiliknya sebagai ruang tamu. Walau terlalu besar untuk ruang tamu, dan lagi ruangan itu kosong. Tak ada apapun, bahkan untuk sebuah kursi. Hanya ada pilar-pilar untuk bersandar, dan terlihat mesin dan pajangan entah apa di pojok ruangan yang menuju ke dalam.
”Baiklah, aku takkan basa-basi.” ucap Robert dengan keras, yang disambut oleh Firlett. Ia muncul dari balik pintu yang berada di tingkat kedua di seberang tempat Robert. Firlett segera menuruni tangga perlahan untuk memulai percakapan dengan tamunya.
Harled menatapi ke sekeliling rumah, tak menghiraukan percakapan dua orang yang ia anggap tak penting. Ia menyusuri rumah yang terbilang cukup besar itu, mengamati rumah besar yang dipenuhi dengan berbagai barang antik yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia dapat melihat sebuah rak kayu yang terbuka. Ia mengintip ke rak tersebut. Dan merasa terkejut dengan apa yang ia lihat. Beberapa senjata kelas elit yang telah dimodifikasi sedemikian rupa menakjubkan dirinya. Ia kembali menyusuri isi rumah dan dapat melihat berbagai mesin modifikasi yang ia tak tahu apa gunanya. Ia terus berjalan menyusuri rumah itu, hingga ia tersadar bahwa ia telah kembali ke ruang tamu.
”Baiklah. Tapi jika kau butuh senjata dan peralatan banyak yang akan digunakan, sebaiknya kita temui Jack. Dia punya banyak senjata bagus yang dapat digunakan. Dan beberapa punyaku yang hebat juga ada di sana.”
”Kita berangkat.” Ujar Robert segera.
”Tetapi aku juga tak suka memakai miliknya. Aku berkemas lebih dulu.”

Berselang tak lama dari itu, kini tampak dua buah mobil mewah yang kembali melaju kencang, menyusuri jalanan setapak yang tak mulus di bawah mendungnya sore hari. Hingga tampak bergerak di pinggiran sungai pada jalanan berbatu, tak bisa melaju kencang atau akan terperosok ke dalam sungai. Mobil bergerak ke arah percabangan delta di arah Pulaukijang.

3 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

3 comments:

  1. @sz-fiction , sip...bagus...
    #wah ceritanya bersambung ya ??

    ReplyDelete
  2. Hello friends, I liked this blog and I became a member #10. is a blog different from the others. Hugs from Brazil.

    http://novajerusalemdecristo.blogspot.com.br/

    att.

    DIOGO BRASIL.

    ReplyDelete

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^