Siang hari di sebuah
gudang tua di utara Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, gudang bekas milik tentara
Belanda yang sudah lama ditinggalkan, tak pernah ada aktivitas ataupun
tanda-tanda kehidupan, berseberang jauh dibandingkan tempat yang selalu ramai
di selatannya. Namun kini, tampak ada sesuatu di tempat itu. Tampak terlihat
beberapa tubuh manusia dengan wajah pucat, mata melotot, dan tubuh-tubuh yang
kering tak berisi berserakan di sana. Seperti telah terjadi sesuatu yang
mengenaskan. Di antara tubuh-tubuh tak berisi itu, tampak ada seseorang yang
duduk di atas kotak rapuh penuh debu dengan kedua kaki merenggang dan tangan
mengusap mulutnya seakan selesai menikmati makan siangnya. Pria itu adalah
Robert, tetapi kini, terlihat tubuhnya telah kembali gagah dan tegap, dengan
masih menggunakan pakaian coklat khas seperti seragam prajurit.
“Jih… ini
menyusahkan.” Ucap Robert. “Aku harus setiap saat menghisap energi dari tubuh
seseorang untuk mempertahankan kekuatan tubuhku.”
“Itu adalah resiko,
karena kau telah menggunakan life-stone.” Sahut Lietro yang telah sejak tadi
berdiri di sebelah kanan Robert.
“Yah… karena itu juga
aku dapat bangkit kembali.”
”Tetapi dengan begitu
kau akan menjadi ketergantungan dengan orang lain.”
”Fuh... maka dari itu
aku butuh benda itu,” jawab Robert. ”maka dari itu aku datang ke dunia manusia
lagi.”
Tak lama kemudian,
Robert segera beranjak dari tempatnya.
”Hendak ke mana?”
tanya Lietro.
”Aku akan mencari
informasi, sekaligus mengumpulkan prajurit manusia. Itu lebih baik daripada
pasukan liteirin.”
*****
Keesokan sorenya, di
sebuah lapangan di desa yang berjarak beberapa meter ke barat dari jalan arteri
kota Seberida, anak-anak usia remaja sedang bermain sepak bola dengan
senangnya. Mereka asyik fokus dalam permainan tanpa memperhatikan ke sekeliling
mereka. Pada jarak sekitar 15 meter dari tempat itu, dua orang sedang duduk
beristirahat di atas pohon. Salah seorang di antara mereka melihat para manusia
yang bermain sepak bola itu dengan seksama, tetapi tiba-tiba ia berkata,
”Sebenarnya makhluk seperti apa yang kita kejar hingga dunia manusia ini.”
Salah seorang itu adalah Knight yang berbicara sembari tetap menyaksikan para
manusia bermain. ”Jika seperti yang kau katakan, bahwa hanya orang tertentu
yang dapat menembus gerbang manusia. Artinya makhluk yang kita kejar ini cukup
hebat.”
”Kita akan sebisa
mungkin menangkap seorang manusia bernama Robert, tetapi jika terdesak, kita
bisa menghabisinya.” Jawab Stealth.
”Hah? Apa? Tunggu...
Manusia? Apa aku tak salah dengar?” Ucap Knight terkejut. ”Kita ke sini hanya
untuk menangkap manusia. Bukankah itu urusan manusia. Untuk apa kita ikut
campur. Buang-buang waktu saja.”
”Huh... kau pasti
tidak mendengar briefing dengan seksama.” jawab Stealth sembari menghela nafas.
”Robert. Dia bukanlah manusia sembarangan, bukan hanya mampu menembus gerbang
dimensi, tetapi ia juga mampu membuka gerbang dimensi. Dan dialah penyebab
utama kerusakan jalan penghubung lima tahun silam.”
”Tunggu...
jangan-jangan dia yang ....”
”Bukan,” potong
Stealth. ”bukan dia yang membunuh Captain. Tetapi anak buahnya.”
”Sama saja.” Sergah Knight.
”Tetap saja, gara-gara dia kakak terbunuh. Aku akan menghabisinya segera. Ayo
kita harus segera mencarinya. Tak ada gunanya berdiam diri saja.” Ucap Knight
marah, yang kemudian segera bangkit di atas dahan pohon.
”Tenangkan dirimu, Knight!”
nasihat Stealth dengan suara tegas. ”Kita di sini untuk menjalankan misi, bukan
balas dendam. Ingat salah satu prinsip Gunryou.”
”Menghadapi berbagai
masalah dengan pikiran jernih?” jawab Knight dengan nada sedikit bertanya.
”Tak ada gunanya
marah dan balas dendam. Itu takkan menyelesaikan apapun. Kita berangkat setelah
kau bisa mengatur emosimu.”
”Hah... baiklah.
Sepertinya ini takkan sulit. Hanya perlu menghadapi manusia.”
”Bukan, tetapi sekarang
dia bukan lagi manusia.”
”Apa?” tanya Knight
heran, ”apa maksudmu?”
”Fyuh.... sepertinya
kau benar-benar tak mendengarkan.” jawab Stealth.
”Hehe....”
”Robert memang
dulunya adalah manusia,” lanjut Steatlh, ”tetapi dia telah tewas lima tahun
lalu saat kehancuran dark-sanctum melahap jalan penghubung. Namun, sebelum
kematiannya, ia telah menanamkan kekuatannya di dalam life-stone. Kini,
seseorang yang berasal dari dunia liteirin, entah siapa, yang juga memiliki
keterkaitan dengan kejadian dulu, membangkitkan kemampuan life-stone dan
membuat Robert hidup kembali. Tetapi tetap, ia bukanlah lagi makhluk hidup,
bukan lagi manusia, dan juga tentu bukan liteirin. Ia tidaklah lebih seperti
benda mati yang dapat bergerak. Tubuhnya yang sekarang begitu rapuh.”
”Oh, jadi, ada dari
golongan liteirin yang terlibat juga. Pantas saja.”
”Bukan. Belum tentu.
Kita belum bisa memastikan bahwa yang satunya adalah literin, karena belum
pernah bertemu dengannya.”
”Tetapi yang pasti,
Robert hanyalah urusan mudah, dengan tubuhnya yang rapuh itu. Kita hanya perlu
mewaspadai yang satunya saja, bukan?” tanya Knight kembali.
”Mungkin. Dengan
tubuhnya yang sekarang, Robert harus senantiasa menyerap kekuatan kehidupan
makhluk hidup lain untuk membuatnya dapat terus bangkit dengan tubuh matinya
itu. Namun, ada suatu benda yang dapat membuatnya menjadi lebih kuat, dan ada
kemungkinan akan menghilangkan efek samping dari life-stone.”
”Dan benda itu berada
di dunia manusia, bukan?”
”Ya, untuk itu Robert
kembali ke dunia manusia.”
Tiba-tiba suara
teriakan anak-anak yang bermain sepak bola terdengar jelas di telinga mereka.
”GOOAALLL!!!” suara teriakan menggemuruh di lapangan desa itu. Sahut-menyahut
anak-anak remaja kian menyelimuti. Terdengar pula suara salah seorang anak yang
berkata, ”Ah, kau Ferdi! Melamun saja sih.” Ferdi terdiam untuk sesaat,
kemudian dia tersadar bahwa temannya sedang berbicara padanya dan berkata, ”Ah,
kurasa dari tadi ada yang memperhatikan kita.”
”Apa saja kau ini.”
ucap temannya, namun Ferdi terus menatap ke arah sebuah pohon besar di sebelah
lapangan. Knight dan Stealth yang sadar bahwa keberadaan mereka telah disadari,
segera beranjak pergi sebelum keberadaan mereka disadari lebih banyak manusia.
”Baiklah,
teman-teman, kita pulang saja sekarang, ini sudah terlalu sore.” ucap salah
seorang dari mereka. ”Ayo, Ferdi, jangan melamun saja.”
”Ah, baiklah.” Ferdi
segera mengalihkan pandangannya dan dia mencoba untuk membuang firasat anehnya.
*****
Robert melangkahkan
kaki di jalanan setapak, tepat saat anak-anak remaja berlarian meninggalkan
lapangan seusai bermain sepak bola. Beberapa di antara mereka menatap dengan
pandangan aneh ke pria setengah baya yang bertubuh tegap itu. Tetapi Robert
terus berjalan cepat tanpa mempedulikan anak-anak itu. Ferdi yang berlari
sambil menggiring bola berpapasan dengan Robert, tanpa ada saling peduli
diantara mereka. Ferdi sesekali mengoper bola ke temannya dan juga menerima
bola dari arah temannya. Hingga mereka melewati sebuah jembatan yang tak
memungkinkan bagi mereka untuk menggiring bola. Salah seorang dari mereka
segera memegang bola dan melewati jembatan itu satu persatu.
tulisan kamu bagus banget
ReplyDeleteaku suka
oh.. iyakah?
DeleteMasa'? ^_^