Saturday, 1 September 2012 - , 1 comments

SANG MENTARI PUN AKAN PADAM (bagian akhir)


Sebuah masa kenangan remaja yang tak terlupakan itu. Wajah-wajah ceria mereka yang masih tersimpan baik di benakku. Ingin rasanya ku bertemu kembali dengan mereka. Apakah wajah mereka sama seperti dahulu kala. Wajah-wajah ceria itu, ataukah sudah menjadi wajah kebapak-bapakan? Dan apakah rasa penasaran mereka itu masih ada? Dan bagaimanakah kondisi mereka? Di mana mereka sekarang? Huh… Segerombolan pertanyaan yang tak mampu ku jawab sendiri, yang kini ku hanya mampu membathin sendiri.
Andai ku bisa menyampaikan sebuah pesan pada mereka, ku hanya ingin mengucapkan, “Ku bahagia di sini, dengan kondisiku sekarang ini, hari-hari beratku telah ku lalui, dan beginilah aku sekarang ini. Bagaimana dengan kalian di sana?”
Bahkan sekarang ini, entah mengapa jadi aku yang penasaran dengan mereka, masihkah mereka penasaran dengan jawabanku saat itu? Jika mereka ada di hadapanku saat ini, ingin ku sampaikan sebuah penjelasan pada mereka.
Di dunia ini, semua sudah diatur oleh Sang Pencipta kita, begitu pula dengan CINTA. Tidak perlu kita memikirkan berlebihan tentang cinta saat kita masih berada di bangku sekolah, karena cinta itu relatif. Mungkin bisa saja saat itu kita sangat suka terhadap seseorang, tetapi ingatlah bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali Sang Maha Pemilik Kehidupan, termasuk perasaan-perasaan seperti itu. Ketika kita menyukai seseorang karena sesuatu perihal keduniawian, tanpa adanya perasaan yang tumbuh karena Allah, maka semua perasaan itu hanya sebuah omong kosong. Mungkin memang saat itu, kita bisa mengatakan atau memang sungguh-sungguh menyukai seseorang setulus hati, tetapi seiring masa berjalan, mungkin ketika kita sudah mulai tidak melihat dan lama tidak bertemu dengan seseorang yang kita sukai itu, terlebih ketika sudah mulai tampak sebuah keburukannya, maka saat itu pula perasaan-perasaan seperti itu perlahan akan pudar. Ya, perasaan-perasaan seperti itu, rasa suka, cinta atau apapun itu tiada akan pernah kekal, selama belum adanya ikatan suci yang akan mengikat antara kita dengan Sang Pemiliki Cinta yang Hakiki. Dan itulah mengapa, saat itu, aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku waktu itu, andai kalian tahu. Karena mungkin saja saat bersekolah dulu aku memang menyukai dia, tetapi siapa tahu ketika ku sudah menempuh ke jenjang yang lebih tinggi aku akan menyukai seseorang yang lain, dan siapa tahu juga, ketika sampai dalam kehidupan bermasyarakat aku menemukan seseorang yang lain. Dan memang begitulah perawakan manusia, mencintai sepenuh hati hingga mati atau juga sebuah ucapan aku tidak bisa melupakanmu seumur hidup atau pula melupakanmu adalah hal tersulit dalam hidupku (tanpa ada ikatan kepada Sang Pemilik Cinta) tidak lain hanyalah sebuah omong kosong belaka, karena… seiring waktu melangkah…. Andai kalian tahu, perasaan-perasaan seperti itu relatif, selama belum adanya ikatan suci itu.”
Dan jawabanku di akhir pertemuan saat itu, ketika ku menunjuk ke arah Sang Mentari sore saat itu adalah untuk memberikan isyarat pada kalian bahwa, “Lihatlah Sang Mentari yang senantiasa memberikan penerangan pada bumi ini, memberikan kita pencerahan di saat pagi mulai menjelang dalam setiap langkah kehidupan kita, tetapi tetap akan kembali pada peraduannya. Ya, karena tiada keabadian di dunia ini, kehidupan ini selalu berputar seiring waktu berjalan, hingga pada akhirnya akan kembali lagi pada Sang Pemilik Kehidupan, tentunya terkecuali Sang Penciptanya. Bahkan sang mentari yang sebegitu besar dan senantiasa menerangi hidup kita seakan ia sendiri tidak memiliki masalah, tetapi tetap suatu saat akan padam juga. Semua itu, semua yang dilakukan sang mentari, penerangan selama ini pada kita, semua karena kehendak Sang Maha Kuasa. Dan ketika semua sudah berakhir, ketika semua tugas telah ia tunaikan, ketika sudah tidak memiliki urusan di dunia ini lagi, maka semuanya akan kembali kepada-Nya. Tiada yang hakiki, kecuali Sang Pencipta sendiri. Ya, karena suatu saat nanti Sang Mentari pun akan padam.”
Jadi, cukup usahakanlah yang terbaik bagi kehidupan ini. Dan biarlah waktu berputar semestinya. Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.
Dan… yah… beginilah…

1 Blogger-Comments
Tweets
FB-Comments

1 comment:

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^