Friday, 13 April 2012 - , 0 comments

SENTUHAN MALAM part XI – Yang Terpilih




Kotak Curhat

Sesuai janjiku, cerita SENTUHAN MALAM akan aku posting berturut-turut sampai selesai...

Tubuhku yang telah terkapar akibat serangan hebat dari Bastrik, kini hanya bisa terduduk di atas tanah, menantikan pukulan Bastrik yang telah melesat ke arahku. Dengan pedang yang ku pegang, ku berusaha untuk membentengi diri dari pukulannya. Tapi....
+++++++++++++++++++++++++++


Sudah cukup lama ku menantikan pukulan Bastrik datang. Tapi ku tak juga merasakan pukulannya menghantam pedangku. Dalam mata yang terpejam ini, ku hanya bisa merasakan seperti ada sekilas cahaya. Sebenarnya apa yang terjadi? Entahlah, ku tak tau pasti. Dengan rasa ragu-ragu dan takut, ku mencoba perlahan-lahan membuka mataku. Kemudian ku menatap ke arah pedangku, tak terjadi apapun, pedang ini tak retak, bahkan aku tak merasakan apapun yang menyentuhnya. Sedikit demi sedikit, ku mencoba sedikit meminggirkan pedangku untuk melihat apa yang terjadi di depan sana.
Apa? Ke mana Bastrik itu? ku meletakkan pedangku ke atas tanah, tanganku sudah lelah memegangnya. Ku menatap ke sekeliling. Tak ada siapapun. Tak ada makhluk besar itu. Uhk... ku sedikit terbatuk, tubuhku masih terasa sakit semua. Mungkin gumpalan tanah ataupun bongkahan batu yang mengenaiku tak sebesar yang mengenai ShadowZ, bahkan beda jauh, cukup kecil. Tapi ku terkena secara bertubi-tubi, rasa sakitnya sungguh.....
Syukurlah, Bastrik telah menghilang, walau ku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kini ku menyandarkan tubuhku ke pohon besar yang ada di belakangku. Uh, rasanya... Tapi tiba-tiba ku melihat sesuatu yang berpendar di depanku. Ku mencoba menatapnya dengan seksama. Apa itu? Ku melihat ada sebuah kristal berwarna orange berkilau, dengan dikelilingi sebuah batu tipis berbentuk bola, seperti bola kristal.... yang diberikan ShadowZ, seperti bentuk awal pedang ini, hanya ukirannya saja yang berbeda. Benda apa itu? Mungkinkah…… Sebenarnya aku sedikit penasaran. Tapi tubuh ini… uh, sepertinya tak memungkinkanku untuk meraihnya. Ku putuskan untuk beristirahat sejenak di sini.
“Fuh…” ku menghela nafas beberapa kali, berusaha untuk menenangkan diri dan juga tubuh ini, mencoba menghilangkan rasa sakit di sekujur tubuh ini. Ku mengembalikan bentuk pedang ini ke bentuk asalnya. “Fuh…” kemudian mataku menatap ke arah langit. “Benar juga.” Ku tersentak dan segera membangkitkan tubuh ini, seperti telah melupakan rasa sakit di sekujur tubuh. Aku harus segera menghentikan ritualnya. Dan aku pun teringat perkataan ShadowZ bahwa cara untuk mengembalikan Bastrik ke bentuk semula adalah dengan membunuh pemiliknya. Apa jangan-jangan Grengor telah terbunuh? Jika iya, itu menguntungkan bagiku. Itu akan lebih mudah menyelesaikan langkahku.
Ku hendak berlari kembali ke tempat di mana ku melihat Grengor dan Robert berada. Namun, ku segera memalingkan tubuh, melihat sebuah bola kristal berwarna orange berpendar di sana. Ku melangkahkan kaki, mendekatinya, dan mengambil. Ku melihat orb itu, seperti bola kristal yang diberikan ShadowZ padaku. Itu berarti…. Pedang ini juga salah satu legendary orb. Sebenarnya ada berapa orb. Ah, tanpa memikirkannya lebih lama lagi, ku lekas menyelipkannya ke salah satu sisi baju dari pakaian ShadowZ ini, ada tempat seperti saku di sisi ini. Aku sendiri tak begitu tau benda apa ini. Tapi siapa tau akan berguna, seperti yang diberikan ShadowZ ini.
Ku kembali berlari secepat yang ku bisa menuju tempat Grengor berada. Ku menatap ke arah langit, terlihat seperti segumpalan kegelapan pekat di atas sana. Ku berlari keluar dari rimbunan pepohonan, dan kembali melihat sosok Grengor di depanku.
“Kau… bocah? Bagaimana bisa? Ke mana Bastrik?” segera Grengor berkata ketika ia berbalik setelah menyadari kedatanganku.
Sebenarnya ku sedikit terkejut, ternyata Grengor belum mati. Jadi apa yang menyebabkan Bastrik kembali ke bentuk semulanya? Tapi, tanpa membuatnya menunggu lebih lama, ku segera menjawab, “Maaf saja, ku telah menghabisinya.” Jawabku dengan gaya yang meyakinkan.
“Tidak! Tak Mungkin.”
“Tapi sekarang semuanya akan menjadi mungkin.” Segera ku mengembalikan bentuk great sword di tangan kiriku dan menebaskannya dengan sangat kencang, lebih kencang dari sebelumnya, dengan tenagaku masih ada, ke arah Grengor.
“APA?” Grengor terkejut dan dengan cepat melompat ke udara. Kemudian mendaratkan tubuhnya di salah satu sisi bangunan. “A… apa? Serangan seperti itu jelas bukan serangan biasa. Tu.. tunggu… Jangan-jangan…..”
“Elgrad, bukan?” dari atas bangunan Robert ikut menyahut pembicaraan.
“Ta.. tapi…. mana mungkin…? Dulu aku pernah mendapatkannya, dan bahkan aku sendiri tak bisa membuka segelnya.”
“Kemudian, dengan bodohnya kau membuangnya begitu saja..?”
“Ti.. tidak, ShadowZ yang merebutnya dariku.”
“Sama saja, kau membiarkannya begitu saja, kan?”
“Karena ku kira benda itu tak berarti apapun, karena aku bahkan tak bisa membukanya.”
“Jih… bocah itu saja bisa.”
“Ma.. makanya itu…” Grengor menjawab dengan ragu. “Berdasarkan legenda... Hanya prajurit terpilihlah yang bisa membukanya…. Mana mungkin bocah ini…”
Ah, sebenarnya apa mereka bicarakan. Aku hanya berdiri di sini, kebingungan dengan apa yang mereka berdua bicarakan.

Tak jauh dari tempat pertarungan itu. Sesosok yang terus menyembunyikan wujudnya, terus memperhatikan tempat Ritual berlangsung, sejak tadi. “Cih… sepertinya ini akan menjadi bahaya, sebaiknya aku harus kembali ke Eltern terlebih dahulu. Lagipula ritual ini tak berarti apapun bagiku.” Sesosok itu berbicara, kemudian menghilang begitu saja dari persembunyiannya.

Uh, ku tak ingin terlalu mendengar percakapan yang tak ku mengerti ini. Dengan segera ku menebaskan pedangku ke arah atas bangunan, mengarah menuju Robert. Tapi, Grengor melompat dan menghalangi kilatan penghancur dari pedangku ini. Tepat di depan kilatan, ia berputar ke samping, dan dengan tebasan tangan kirinya ia menghasilkan sesuatu seperti gelombang kegelapan. Dan tiba-tiba di udara terdapat ledakan besar seperti kembang api raksasa. Uh, angin yang ditimbulkan dan juga cahayanya menghalangi pandanganku. Tiba-tiba Grengor telah menghilang dari tempatnya berada. Sial. Ke mana dia? Segera ku berbalik ke belakang, serangan tangan kirinya telah menantiku, tapi dengan sigap ku menangkisnya dengan pedangku. Kemudian ku melompat ke belakang. Argh…. Rasa sakit di tubuhku masih terasa. Tapi tanpa ada waktu lagi untuk merasakannya, ku segera melompat lagi beberapa kali ke belakang, dan menangkis serangan-serangan Grengor yang melesat ke arahku. Ku terus melompat ke belakang, hingga ku hampir menabrak bangunan di belakangku, tapi dengan segera menghentakkan kakiku dan melompat ke samping. Kemudian ku segera menebaskan pedangku ke arah Grengor. Tapi ia melompat ke udara untuk menghindarinya. Ia mengarahkan tangan kirinya ke depan, dari cakar-cakarnya itu keluar sesuatu seperti bayangan empat cakar kegelapan yang mengarah padaku. Kemudian ku segera menebaskan pedangku untuk mengahalau serangannya. Namun, tak semuanya yang berhasil ku halau. Satu serangannya mengenai sisi kanan tangan kananku, dan melesat membentur tanah, menghasilkan sebuah ledakan yang mementalkanku. Ku berguling di tanah hingga membentur sebatang pohon. Uh, tubuhku sakit sekali rasanya. Sepertinya ku telah tidak sanggup lagi. Tapi ku tak boleh menyerah sampai sini saja. Ku berusaha bangkit dengan tubuh sempoyongan.
“Jih… hanya seperti ini kemampuanmu.” Ucap Grengor yang telah berada di depan tubuhku yang sempoyongan. “Jadi hanya seperti ini. Kau tak pantas memiliki Elgrad bocah.”
Aku sendiri tak begitu mengerti apa Elgrad itu, tapi sepertinya yang dimaksudnya adalah pedang ini. “Arh… kau saja tak bisa menggunakannya, bukan?” ku berkata dengan nafas memburu. “Berarti kemampuanmu juga tak ada apa-apanya.”
“Diam kau bocah!!! Kau tak lebih sekedar beruntung.” Jawab Grengor dengan wajah terlihat kesal. “Aku dapat merebutnya darimu dengan mudah. Aku lah yang seharusnya pantas memilikinya.” Grengor bergerak mendekat. Ku memegang pedangku dengan kedua tangan, dan mengarahkannya ke depan. Grengor bergerak dengan santai mendekatiku. Ku mengayunkan pedangku, tapi dengan mudahnya ia memegang sisi pedangku dengan jari telunjuk dan juga ibu jari tangan kanannya. “Bahkan kau sudah tak memiliki tenaga sekarang.” Ucapnya dengan enteng. Kemudian ia melesatkan pukulan tangan kirinya ke arahku. Ku terdorong ke belakang, tapi ia masih memegang pedangku dengan kuat menggunakan tangan kanannya. Aku pun tak bisa membiarkan pedang pemberian ini begitu saja terlepas dari genggamanku. Sial. Tapi ku terdorong ke belakang. Ku sudah tak kuat menahannya. Genggamanku mulai terasa hendak terlepas.
Akhirnya, ku pun terdorong jauh ke belakang, membentur beberapa pohon hingga merobohkan beberapa pohon yang terbentur. Hingga sosok Grengor sudah tak terlihat olehku. Walau begitu aku masih memegang pedangku, sebenarnya aku memang tak kuat jika harus beradu kekuatan untuk merebut pedeang ini. Tetapi, sesaat sebelum terlepas, aku sudah mengubahnya kembali menjadi sebuah bola kristal. Uh, kini ku tersandar di salah satu pohon dengan tubuh lemas tak bertenaga. Sepertinya ini mustahil untuk mengalahkannya, walau dengan pedang ini. Tapi…. ku mengingat-ingat kembali bagaimana aku bisa mengembalikan bentuk Bastrik. Mungkin ada kekuatan lain dari pedang ini yang mampu melakukan hal seperti itu. Mungkin aku bisa menggunakan kekuatan pedang ini untuk mengalahkan Grengor seperti ketika mengembalikan bentuk Bastrik. Ah, sial, tapi ini kondisinya berbeda. Bastrik bukan makhluk hidup, dia hanya sebuah orb. Mungkin saat itu memang sudah waktunya untuk kembali.
Entahlah, walau bagaimanapun, apa aku bisa mengalahkan Grengor? Belum lagi Robert. Argh…. Sial…. Seperti tak ada kesempatan bagiku. Tunggu… tunggu dulu…. Aku tak harus mengalahkannya, bukan? Ku bisa saja hanya menghentikan proses ritual itu, mungkin ada keajaiban. Benar juga. Pasti ada suatu cara untuk menghentikannya.
Ku memutuskan untuk kembali ke tempat itu, walau dengan tubuh tak memungkinkan seperti ini. Ku pikir mungkin akan percuma saja berdiam di sini, Grengor pasti akan menemuiku dan juga akan segera membunuhku. Jadi, ku pikir, sebaiknya aku saja yang menemuinya. Pasti akan ada suatu cara lain nantinya, jika ku melihat kondisi di sana. Ku bergerak perlahan. Ku sudah tak kuat untuk berlari lagi. Tak lama kemudian, aku dapat melihat bangunan besar di depan sana. Ku bersembunyi di balik salah satu pohon, ku mengintip apa yang Grengor dan Robert lakukan.
“Seberapa lama lagi ritual ini selesai?” ku mendengar pembicaraan Grengor.
“Sabarlah kau! Sudah tak lama lagi. Senkou telah menghilang. Ini lah puncaknya.” Robert menjawab. Secara refleks ku menatap ke arah atas. Benar juga. Aku sudah tak dapat melihat Senkou lagi. Sial, sepertinya ini sudah hampir selesai. Ku melihat dark-sanctum yang berada di puncak bangunan di depan sana. Ku dapat melihatnya berbentuk lingkaran yang berputar cepat. Walau warnanya hitam pekat, aku melihatnya seperti ada sesuatu yang sedikit berkilau hendak keluar dari dalam putaran lingkaran dark-sanctum itu.
Ku mengambil orb Bastrik dari dalam pakaian ini. Mungkin ini bisa menolongku. ShadowZ pernah mengatakan bahwa siapapun yang melepaskan segelnya, maka akan keluar wujud raksasa yang akan menuruti segala perintah orang yang memlepaskannya. Jadi, ku pikir ku dapat melepaskannya. Tapi bagaimana caranya? Ku mencoba berpikir bahwa aku membutuhkannya dan menginginkannya kembali menjadi sesosok raksasa. Ku pikir akan bisa dengan menggunakan cara yang sama dengan yang ku gunakan untuk mengubah pedang ini, atau lebih tepatnya Elgrad ini. Yah… berdasarkan kata Grengor tadi, jadi ku pikir nama orb yang menjadi pedang ini adalah Elgrad. Tapi, ternyata, setelah ku mencobanya, tak terjadi apapun pada Bastrik. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah cara penggunaannya berbeda? Sial. Penggunaan Bastrik ini lebih sulit. Ku telah mencobanya beberapa kali, tapi tetap tak terjadi apapun.
Tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh sesuatu, ku segera melompat ke depan, dan melihat ke belakang. Sial. Di saat seperti ini masih ada tiga ekor goblin. Ku segera mengembalikan bentuk Elgrad menjadi sebuah pedang di tangan kiriku. Dan lekas menebaskannya ke arah makhluk-makhluk kerdil itu. Kemudian ku dapat merasakan tatapan tajam dan gelap mengarah padaku. Grengor melihat kedatanganku kembali.
“Punya nyali juga kau untuk kembali lagi.” Ucap Grengor.
“Sial.” Hanya itu yang mampu ku ucapkan.
“Jih… kau belum juga mengahabisinya Grengor?” Robert ikut berkata di atas sana.
“Sebentar lagi.” Jawab Grengor.
“Cepatlah! Chikara sedikit lagi bangkit.”
“Secepatnya.” Grengor langsung melesat ke arahku. Tangan kirinya menghujam ke arahku. Aku menahannya dengan pedang di tangan kiriku. Tapi ku tak cukup kuat menahannya. Tangan kananku yang memegang Bastrik ikut memegang pedangku untuk menahannya pula. Hingga Bastrik yang ku pegang terlepas dari tanganku, terjatuh turun ke atas tanah.
“Itu… Bastrik.” Ucap Grengor. “Benar juga. Elgrad itu. Huh… pantas saja…. Jika dengan Elgrad itu aku baru percaya.” Grengor terus mengatakan sesuatu yang tak ku pahami.
Ku terus menahan serangan Grengor. Walau dengan kedua tangan memegang pedang, tapi…. sia-sia, tak cukup kuat. Lagi-lagi ku terdorong jauh ke belakang, hingga menabrak sebatang pohon.
Grengor memungut orb Bastrik yang telah terjatuh di atas tanah. Kemudian ia berkata, ”Fuh... ku mendapatkannya kembali, tapi sepertinya sia-sia membuka segelnya sekarang, selama Elgrad masih berada di tanganmu.” Kemudian ia mendekat ke arahku. “Baiklah, semua sudah selesai, bocah!”
“Apakah benar-benar berakhir.” Ucapku pelan, ku sudah tak bertenaga lagi. Sepertinya semuanya telah benar-benar berakhir. Fuh… tamatlah… ku sudah tak dapat menopang tubuhku lagi. Ku terduduk dan bersandar di sebatang pohon. Ku menatap ke atas, ke arah Grengor yang telah tepat berada di depanku.
“Selesai semua, bocah.” Ucap Grengor.
“Berakhir…?”

0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^