Di suatu negeri fantasi, terdapat dua kerajaan besar yang berkuasa tinggi di negeri tersebut, yaitu kerajaan Timur dan kerajaan Barat. Sebelumnya, terjadi peperangan besar antara dua kerajaan tersebut. Dan Elina, seorang putri raja dari kerajaan Timur, turut serta terjun ke dalam medan pertempuran untuk merawat korban perang.
Setahun kemudian, setelah disepakati akan adanya gencatan senjata antara kedua kerajaan tersebut, rakyat dari masing-masing kerajaan tersebut dapat kembali hidup damai. Tetapi, dibalik semua itu, di dalam istana kerajaan Timur sedang terjadi kepanikan yang melanda penghuni istana, dikarenakan putri Elina tidak kunjung kembali ke istana setelah perang berakhir. Raja telah memerintah beberapa prajuritnya untuk mencari putri Elina, namun tiada hasil. Suatu hari, Nina, adik dari Elina, meminta izin kepada ayahnya untuk mencari putri Elina. Walau awalnya tidak mendapatkan izin, namun setelah sekian kali mendapatkan desakan, dengan berat hati sang raja memperbolehkannya. Akhirnya, dengan ditemani Raymond, sahabat sejak kecil Elina, mereka berdua berkelana.
Raymond dan putri Nina melakukan perjalanan menuju selatan jauh keluar istana. Beberapa hari melakukan perjalanan, hingga mereka sampai di hutan Wychwood. Dalam perjalanan, Nina bertanya, ”Kita akan menuju ke mana, kak Ray?” ”Setahuku di daerah barat daya istana terdapat kota kecil bernama Sarai. Kita bisa mecari informasi di sana. Dulu, Putri Elina beberapa kali mengunjungi kota Sarai. Mungkin ada beberapa penduduk yang sempat melihat putri Elina setelah perang berakhir.” jawab Raymond. Di saat mereka berjalan menyusuri hutan, tiba-tiba mereka merasakan ada sesuatu di balik sebatang pohon yang berdiri tegak. ”Siapa itu?” ucap Raymond. ”Siapa kalian?” terdengar suara seseorang yang menyahut. ”Seharusnya kamilah yang bertanya padamu.” balas Raymond. ”Kami ini orang dari istana. Dan dia ini putri Nina, anak raja, seharusnya kau bersikap sopan padanya.” lanjut Raymond. ”Sudahlah, kak Ray.” ucap Nina kemudian. Pemuda tersebut bangkit dan mulai menjawab, ”Jika begitu, hormat hamba, hamba hanya seorang pengembara biasa, kalian bisa memanggilku Ryu.” ”Ryu?” ucap perlahan Raymond dan Nina hampir bersamaan. ”Yah... oh ya, sepertinya kalian memiliki masalah?” tanya Ryu. ”Ya, kami sedang mencari putri Elina? Kau mengetahuinya?” balas Raymond. ”Ehm... entah.” jawab Ryu, ”tetapi sepertinya kalian hendak menuju Sarai?” ”Ya, seperti itulah.” jawab Nina. Dan Raymond menambahi, ”kami akan mencari informasi di sana.” ”Mungkin kita bisa ke sana bersama. Saya juga sedang mencari sesuatu di sana.” ajak Ryu. ”Boleh saja.” jawab Nina.
Mereka bertiga berjalan menuju Sarai. Di tengah perjalanan, Nina sempat bertanya, ”Apa yang hendak kau cari di sana, Ryu?” ”Entah... mungkin.... jati diri.” jawab Ryu. ”Jati diri?” tanya Nina heran. Tetapi Ryu tak menjawab.
Raymond, Nina, dan Ryu melanjutkan perjalanan mereka hingga tiba di kota kecil Sarai. ”Akhirnya kita sampai juga di Sarai.” kata Raymond. Kemudian Nina bertanya, ”Baiklah, sekarang apa yang akan kita lakukan pertama kali?” Sebelum ada yang sempat menjawab, Nina melanjutkan, ”Ah.. baiklah, sebaiknya aku membeli bekal saja. Sekaligus mencari informasi.” Kemudian Nina melangkah memasuki kota kecil yang ramai akan perdagangan. ”Aku berkeliling dulu, ya?” pamit Nina. ”Apa tidak apa-apa anda pergi sendiri, tuan putri?” tanya Raymond khawatir. ”Tenang saja, aku bisa jaga diri.” jawab Nina santai. ”Baiklah, hati-hati, tuan putri!” jawab Raymond, dan kemudian Nina telah hilang dari pandangan Raymond dan Ryu ke balik kerumunan.
Raymond dan Ryu mulai melangkah memasuki Sarai. Di tengah keramaian, Raymond bertanya pada Ryu, ”apa yang hendak kau cari di sini?” Ryu tidak menjawab. Ia hanya mengangkat kedua bahunya. Kemudian Ryu balik bertanya, ”Apa kau yakin akan mendapatkan informasi di sini?” Dengan segera Raymond menjawab, ”Entah, tapi setidaknya kami telah mencobanya, bukan?” ”Bukankah para prajurit kerajaan Timur telah mencari dan tak menemukannya?” Ryu lekas bertanya lagi, dan tanpa sempat Raymond menjawab, Ryu meneruskan, ”apa kau tidak curiga dengan kerajaan Barat?” ”Mana mungkin!” jawab Raymond cepat, ”Kami telah mengadakan perdamaian. Tidak mungkin mereka menculik putri Elina.” Kemudian Ryu berkata lagi, ”Aku tidak berpikir begitu. Bisa saja gencatan senjata hanya manipulasi, dan putri Elina...” Tanpa sempat Ryu menyelesaikan ucapannya, Raymond telah memotong pembicaraan, ”Tidak, tak mungkin, pihak istana juga sudah memastikan ke kerajaan Barat.”
Di tempat lain, di lereng gunung Ryft, seorang prajurit yang berdiri di depan sebuah bangunan tua diantara puing-puing bangunan, bertanya pada seseorang yang dipanggil Kapten Rasso, ”Kapten! Kenapa kita tidak membawanya ke kerajaan Barat saja?” Kapten Rasso menjawab dengan membentak, ”Bodoh! Kita dalam masa gencatan senjata, jika kerajaan Timur mengetahui hal ini, akan berbahaya. Laksanakan saja perintah!” ”Ba.. baik.” jawab si prajurit ragu.
Di sisi luar lain Sarai, tampak Raymond, Ryu, dan Nina melangkah keluar kota. ”Uf.. Bagus! Kita tidak memperoleh informasi yang berguna.” ucap Raymond jengkel. ”Tetapi setidaknya kita memperoleh bekal untuk perjalanan selanjutnya.” kata Nina menenangkan. ”Kenapa kita tidak mencoba untuk memeriksa ke daerah Ryft seperti yang dikatakan pedagang di dalam kota tadi?” tanya Ryu. ”Ryft? Perbatasan? Mana Mungkin!” jawab Raymond. ”Lebih tepatnya sedikit memasuki daerah Barat,” ucap Ryu menambahi, ”tetapi tak ada salahnya kau memeriksa ke sana, lagipula aku juga merasakan ada yang mencurigakan di sana.” ”Tetapi itu diluar kewenangan.” jawab Raymond. ”Jika itu bisa membantu menemukan kakakku, tidak ada salahnya sedikit memeriksa.” ucap Nina. ”Tapi, putri... itu melanggar.” Jawab Raymond memastikan. Tetapi Nina hanya mengangkat kedua bahunya.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, hingga sampai beberapa puluh meter di depan perbatasan. ”Inikah gunung Ryft.” ucap Raymond memandang ke arah samping yang terdapat pegunungan tinggi. Tetapi tiba-tiba Ryu berkata, ”Semuanya merunduk.” Ryu segera merunduk dan sembunyi dibalik tumpukan balok kayu, diikuti oleh Raymond dan Nina. Ternyata di arah lain terdapat gerbang perbatasan yang dijaga oleh beberapa prajurit. ”Jadi bagaimana?” bisik Ryu. ”Apanya?” tanya Raymond. ”Kita memasuki daerah pegunungan Ryft atau tidak?” jawab Ryu. ”Bagaimana tuan putri?” Raymond balik bertanya ke Nina. ”Apapun... yang dapat membantu.” jawab Nina. ”Baiklah.” ucap Raymond pada Ryu. ”Baik, kita memutar.” Ryu melangkah perlahan menjauhi tempat itu, diikuti Raymond dan Nina. ”Ada apa? Ke mana?” tanya Raymond yang mengikuti dari belakang. ”Ikuti saja. Kita ambil jalan lain, tidak aman di sini.”
Mereka tiba melewati daerah bebatuan yang keras. Kemudian Ryu menatap ke arah jalanan pegunungan yang terjal. Tiba-tiba ia berlari bersembunyi ke balik bebatuan besar, yang kemudian segera diikuti oleh Raymond dan Nina. Raymond yang merasa heran segera mengintip dibalik bebatuan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, lalu ia berkata, ”Kapten Rasso?” ”Kapten Rasso?” Nina yang heran balik bertanya. Raymond menjawab, ”Ya, pimpinan perang dari kerajaan Barat. Apa yang dia lakukan di sini?” Raymond yang penasaran segera bangkit dan menampakkan diri. ”Hey!” Ryu berusaha mencegah, tetapi terlambat. Kapten Rasso yang terkejut melihat tamu tak diundang segera berkata, ”Oh, tuan Raymond.” Kemudian Nina juga menampakkan diri. ”Oh, dan juga putri Nina.” lanjut Kapten Rasso, ”Sebuah kejutan tak terduga.” Tanpa basa-basi Raymond segera bertanya, ”Apa yang kau lakukan...” belum selesai Raymond bertanya, tiba-tiba salah seorang prajurit keluar dari bangunan tua di belakang Kapten Rasso dan berkata, ”Kapten! Putri Timur itu tampak lemah.” ”Putri Timur?” sahut Raymond cemas, ”jangan-jangan.... Elina!” Kapten Rasso segera menghardik prajuritnya, ”Bodoh!” Raymond segera memburu pertanyaan, ”Bukankah sudah ada perjanjian.” Kapten Rasso tertawa dan berkata, ”Haha.... hal itu hanya untuk orang-orang bodoh! Kami menyepakati hanya untuk membangun kekuatan kembali.” Raymond geram, ”Kalian mengingkari.” Kapten Rasso berkata, ”Tak ada yang perlu disembunyikan lagi pada kalian berdua, karena kalian akan segera mati!” Kapten Rasso menghunuskan pedangnya. Tiba-tiba Ryu mulai melangkah keluar dari persembunyian. ”Huam.... aku sudah bosan menunggu.” ucap Ryu. ”Siapa kau?” tanya Kapten Rasso. ”Sepertinya kau tak perlu tahu.” jawab Ryu, yang kemudian lekas menebaskan pedangnya ke arah Kapten Rasso. Tetapi Kapten Rasso menghindari ke samping. ”Kalian, masuklah, dan temukan apa yang kalian butuhkan.” perintah Ryu. Raymond dan Nina lekas berlari memasuki bangunan tua itu. Kapten Rasso segera menyerang, tetapi ditangkis oleh Ryu, kedua bilah pedang saling beradu. ”Tak akan kubiarkan.” ucap Kaptern Rasso. ”Tangkap mereka.” perintah Kapten Rasso kepada prajuritnya. Si prajurit segera mengejar Raymond dan Nina. Mata Kapten Rasso beradu denga Ryu. Kemudian Kapten Rasso melompat mundur. ”Sepertinya aku pernah melihatmu.” ucap Kapten Rasso. ”Entahlah...” jawab Ryu. ”Dua tahun yang lalu...” tanpa sempat Kapten Rasso meneruskannya, segera dipotong Ryu, ”Aku tak ingat.”
Di dalam bangunan, Raymond melihat seseorang terkapar di balik jeruji. ”Elina!” Raymond terkejut. ”Kak, ada prajurit yang mengikuti.” sela Nina. Kemudian Raymond dan Nina menyandarkan diri ke tembok di samping pintu. Dan ketika prajurit yang mengejar telah memasuki pintu, Raymond segera menghajar prajurit yang datang hingga tersungkur. Kemudian Raymond menghampiri Elina yang mulai sadar. Elina memandang Raymond, kemudian menggelengkan kepala menandakan bahwa jangan mendekat. Tiba-tiba seseorang muncul dari balik kegelapan. ”Tidak secepat itu.” ucap prajurit yang mulai terlihat oleh Raymond. Raymond segera melompat mundur, kemudian mengambil pedang milik prajurit yang telah ia hajar sebelumnya. Dari dalam kegelapan bangunan, seorang prajurit merangsek maju dan menyerang Raymond. Raymond menangkis dan berbalik menyerang. Terjadi pertempuran sengit antara Raymond dan prajurit tersebut. Setelah berhasil memberi serangan telak pada prajurit itu, Raymond berhasil menumbangkan prajurit tersebut. Kemudian Raymond menghampiri Elina untuk membebaskannya.
"Baiklah, putri Elina. Kita kembali ke istana, anda harus istirahat dengan baik.” ucap Raymond. ”Ya, dan memberitahu kepada ayahanda apa rencana sebenarnya dari kerajaan Barat.” jawab Elina lemas. Akhirnya, Raymond, Putri Elina, dan Putri Nina melangkah pulang menuju istana.
NB :
Ini adalah cerita yang ku buat karena ada tugas Bahasa Indonesia tentang drama. Sebenarnya sih cuma disuruh cari cerita untuk dipentaskan di depan kelas. Tapi, namanya juga saya, daripada nyari... ya.. ku mengajukan diri pada kelompokku agar aku diri aja yang buat ceritanya. Yah... jadinya gini deh...
Eh, pernah dengar nama Ryu, Nina, Elina, dan Rasso? Juga nama tempat Sarai, Wychwood, dan Ryft Mountain? Ya, tepat. Nama-nama itu ku ambil dari game yang melegenda di PS1. Ya, game keren itu adalah Breath of Fire 4. Memang sih, ide awalnya dapat dari sana, lihat aja judul cerita ini ”Vanished Princess”. Ya.. salah satu judul chapter dari Manga Breath of Fire. Ya, kan... Breath of Fire 4 ada Manga-nya juga. Untuk informasi lebih lanjutnya, cek aja di postingan-ku yang berjudul Breath of Fire IV.
Yah… Walau nama dan ide awalnya dari Breath of Fire 4, tapi ceritanya jelas berbeda. Ya, ya lah… lah wong Breath of Fire 4 ceritanya panjang gitu. Tak mungkin lah drama kelas saja sepanjang itu ceritanya. Yah… jadi gini deh... Ku buat seringkas mungkin.
Selain itu, jika kalian ingin membaca cerita ini yang versi dialog-nya (yang ku pentaskan bersama teman-teman), silahkan coba DOWNLOAD DISINI.
keren sob ceritanya... lanjutkan bakat menulismu.
ReplyDeletehappy blogging^^
ya sob... cuma hobi aja...
ReplyDeletewalau masih belum bisa sebagus sobat...
happy blogging too ^^