Wednesday, 4 December 2013 - , 0 comments

CERMIN DUA MUARA part XXXIV – Armor Legendaris yang Terkutuk

Billy, begitu pula dengan Ferdi dan Knight, terkejut dengan sebuah anak panah yang melesat ke arah Harled. Mereka menatap jauh ke belakang, yang di sana tampak Epsa sedang merentangkan busur panahnya. Billy seakan tak percaya dengan apa yang terjadi. Sebuah senjata yang ia anggap kuno, mampu menjangkau serangan sejauh itu. Bahkan dengan senapan miliknya pun, ia masih harus bersusah-payah mencapai jangkauan serangan yang efektif.
“Harled tumbang!!!” teriak Jack kepada kedua rekan satu timnya yang sedang sibuk bertarung di bawah sana. Steve dan Firlett terkejut dan berbalik. Stealth juga mampu melihat sniper yang sudah roboh tertembus anak panah.
“Sial!” Hardik Steve, ia bersama Firlett segera mundur ke belakang. Begitu pula Stealth yang mengetahuinya segera menghentikan permainan ular melayangnya, untuk ikut bergabung dengan Knight dan yang lainnya.
Ferdi, Knight, Billy, dan Stealth berlari mundur menuju Epsa. Mereka semua terkesan dengan serangan hebat dari Epsa. Kemudian mereka segera menghilang bersembunyi ke balik pepohonan.
“Bagaimana bisa?” hanya itu yang mampu diucapkan Billy.
“Pertarungan bukan masalah sehebat apa senjata yang dibawa, tetapi sejauh mana mampu menguasai senjata itu.” Jawab Epsa ringan. “Sebenarnya jujur, aku juga terkejut dengan itu. Tetapi semenjak aku berlatih pada kalian.” Epsa melanjutkan dengan memberi isyarat bahwa yang ia maksud adalah Knight dan Stealth. “Aku sendiri tak percaya dapat membuat kekuatan ekstra pada panahku setelah aku mampu menguasai aura.”
“Baiklah, selanjunya apa rencana kita?” Tanya Ferdi segera.
“Sepertinya kau lebih banyak tahu mengenai senjata api, bukan?” Tanya Epsa pada Billy. “Jadi bagaimana pendapatmu?”
“Dilihat dari pertarungan kedua orang di antara mereka yang melawan Stealth, sepertinya mereka merupakan penyerang tipe serbu, terlebih orang itu.”
“Steve?”
“Ya, aku tak tahu namanya, tetapi dia merupakan tipe penyerang cepat yang terbiasa dengan pertarungan jarak dekat hingga menengah, sebaiknya kalian berhati-hati dengannya. Ditambah dengan yang satunya, sepertinya mereka berdua menggunakan kombinasi serangan. Saat menyerang Steve, sebaiknya kalian waspadai sekitar, perhatikan juga keberadaan orang yang satunya. Dan yang sejak tadi bersembunyi bersama sniper, sepertinya dia seorang bomber atau mungkin pelindung mereka, bertarung di garis belakang, bertugas meledakkan benda-benda keras, atau melindungi rekan-rekan satu tim mereka dari balik permainan. Berhati-hati pula dengannya, dia mungkin memiliki banyak granat.”
“Tunggu!” Knight menyela, “Robert tidak ada di antara mereka.” Sontak saja Ferdi, Epsa, dan Stealth terkejut mendengarnya dan secara refleks menatap ke arah atas lereng pegunungan.
“Benar. Sial, ke mana dia?” ucap Stealth terkejut. Kemudian menatap ke arah Knight sembari meminta komando, “Sekarang apa rencananya?”
Knight menatap balik dan berkata, “Sial, kemungkinan dia sedang mencari benda itu saat kawan-kawannya menyibukkan kita.” Knight terdiam sejenak dan kemudian memberikan komando, “Baiklah, Epsa, kau adalah penyerang jarak jauh di antara kita yang mampu menggunakan serangan-serangan efektif, kau buat mereka yang di atas sibuk dan terpaksa harus turun. Selain itu kau memiliki aura berelemen air, kau bisa menggunakannya untuk menyibukkan mereka dengan menyalurkan air ke anak panahmu. Stealth! bergerak mendekatlah ke sana dan nantikan kedatangan mereka, lumpuhkan mereka sebisa yang kau dapat. Tetapi tetap camkan baik-baik analisis yang diberikan Billy.”
“Baik.” Ucap Stealth menerima perintah.
Knight menahan nafas sejenak dan menatap sekitar. Lanjutnya, “Sisanya, ikut aku, kita akan mencari keberadaan Robert. Terlebih kau Billy, lindungi langkahku.”
Semuanya mengangguk tanda setuju. “Laksanakan!” perintah Knight.
*****
Ferdi, Knight, dan Billy bergerak menyelinap di antara pepohonan, bersembunyi dari pandangan mata yang mengawasi.
“Sebenarnya apa yang kau cari sih, Billy?” Tanya Ferdi pada Billy.
“Huh… apa?”
“Ya, kau ini kenapa ikut campur saja urusan kami? Kau tak terlibat apapun, bukan?”
“Sudah ku bilang bukan bahwa aku ingin membalaskan dendamku?”
“Ku kira pasti bukan itu alasannya.”
“Yah… lagipula ku sudah tak memiliki siapapun.”
“HAH… apa?”
“Tiga tahun yang lalu, terjadi kebakaran di rumahku, dan menelan korban seluruh keluargaku. Dan saat itulah penyesalan terbesarku. Aku merasa bodoh dan menyesal karena hanya aku yang selamat saat itu. Hidupku terasa amat sangat tak berguna. Aku yang sebelumnya hanya menjadi anak nakal, preman, dan sok sendiri, lambat-laun setelah aku kehilangan orang-orang di sekitarku, aku mulai mencoba memperbaiki diri. Akhirnya aku menyadari sesuatu, kekuatan besar itu bukan menguasai atau berlaku semena-mena terhadap yang lebih lemah, tetapi justru untuk melindungi yang lemah. Akhirnya, semenjak itu, aku mulai bergabung dengan berbagai perguruan beladiri. Dan setelah aku merasa lebih kuat, aku teringat seseorang yang pernah mengalahkanku ketika aku masih bersekolah dulu. Aku ingat mungkin gerakannya dulu bukanlah gerakan amatiran. Untuk itu, aku ingin mengalahkan kakakmu dan jika bisa aku mau berlatih di tempat kakakmu berlatih bertarung seperti itu. tetapi ternyata aku malah bertemu kau, dan kini aku tahu ternyata dia tidak dilatih manusia. Pantas…”
Ferdi hanya terdiam bingung mendengarnya, sepertinya bukanlah jawaban yang cocok untuk pertanyaan yang diajukannya, Ferdi tidak tahu lagi harus berkata apa. Kemudian Ferdi melihat ke arah Knight yang memberi isyarat komando untuk tenang dan mengendap. Knight berhenti sejenak, diikuti oleh Ferdi dan Billy. Knight memerhatikan sekitar, ia mencoba merasakan suatu hal gerakan ataupun yang mencurigakan.
*****
Di salah satu sisi lembah dimensi, di suatu lorong gua pegunungan yang gelap tanpa seberkas cahaya, sebuah gerakan mengendap perlahan terdengar jelas gemanya di dalam sana.
“Yah… kekuatan kegelapan ini semakin terasa. Aku dapat merasakan kekuatan menakutkan mereka. Tidak salah lagi, pasti berada dalam gua pekat ini.” Ucap Lietro dengan raut muka sinis di dalam kegelapan. “Kekuatan yang mencekam. Khuuhuhuu.”
“Cih… aku tak peduli sebenarnya apa tujuanmu hingga membantuku sampai sejauh ini, tetapi yang pasti, aku akan mendapatkan kekuatan itu. Dan sebentar lagi, aku akan mendapatkan kekuatan abadi.” Robert menjawabnya dengan sinis pula sambil melangkah perlahan dengan cahaya senter sebagai penerang dalam kegelapan tempat itu.
Percakapan suram itu terdiam untuk sesaat, Lietro bergerak dengan pasti ke suatu arah dengan perlahan, diiringi dengan langkah Robert. “Berhenti.” Ucap Lietro tiba-tiba. “Arahkan cahayamu kemari.” Lietro memberi aba-aba petunjuk, kemudian sedikit melangkah kembali.
Tawa sinis Robert tiba-tiba membahana dalam kegelapan saat melihat suatu benda yang menempel dalam dinding gelap lereng gua tersebut. Robert mengarahkan senternya pada dinding gua tersebut, dan ia pun memperhatikan benda yang berada di sana dengan seksama, seraya berucap, “Inikah armor legendaris yang terkutuk itu?”
“Baiklah, tugasku selesai, bukan?” Tanya Lietro segera.
“Terserah kau. Yang pasti aku mendapatkan apa yang ku inginkan.”
“Baiklah, rencanaku di sini sudah cukup. Sebaiknya ku kembali ke Eltern sekarang juga, aku harus melakukan sesuatu dengan tanganku ini.” Lietro mendesis sambil memegangi bahu kanannya yang sudah tak berlengan dengan telapak tangan kirinya. Tetapi, beberapa saat kemudian ia tertawa sinis, dan berkata, “Lagipula saatnya bagiku untuk mengatur rencanaku yang di sana. Haha…. Pertarungan besar yang sesungguhnya baru akan kalian sadari saat semua telah terlambat, dasar makhluk-makhluk bodoh.” Tawa sinis Lietro semakin menjadi-jadi, kemudian dengan perlahan sosoknya menghilang dalam kegelapan.
“Cih… dasar iblis! siapa yang ia kira makhluk bodoh, hah…” Robert menggerutu seorang diri. “Sebentar lagi dia akan tahu bagaimana kekuatan abadi yang tak tertandingi itu.” Kemudian Robert tertawa senang. “Saatnya menunjukkannya.”

0 comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^