Keramaian suasana kian menyalak seiring kakiku melangkah. Tepat di depan sebuah gerbang keramaian itu mulai terasa jelas dan masuk akal. Tentu saja, kini ku tepat berada di depan gerbang sekolah dan di dalam sana terlihat para murid-murid entah melakukan apa saja, tak bisa ku sebut satu per satu. Ku melangkahkan kaki semakin jauh memasuki padang rumput yang terbentang menuju sebuah bangunan besar di depan sana. Ya, sekolahku tentu saja. Beberapa temanku ada menyapaku dan aku hanya membalas dengan senyuman. Kemudian ada seorang temanku yang datang dari sebelah kanan di depanku. Dia menghampiriku dan kami berbicara berdua sambil terus berjalan. Tempat yang pertama kali kami tuju bukanlah kelas. Kami pergi ke kantin sekolah terlebih dahulu dan disana beberapa temanku telah duduk-duduk dengan santai. Kami ikut duduk bersama mereka. Kemudian aku mengecek isi tasku, memastikan aku membawa jadwal pelajaran yang tepat. Sekarang hari Rabu, aku melihat satu per satu bukuku, sepertinya sudah benar.
*****
Huam.... sesekali ku menguap. Hari ini sudah siang. Sekarang pelajaran matematika sedang berlangsung. Aku hanya memutar-mutar bolpoinku sambil –setidaknya pura-pura– memerhatikan guru. Sepertinya tak ada masalah dalam pelajaran ini. Tapi dari tadi yang berkecamuk dalam pikiranku sebenarnya adalah mimpi atau bisa dikatakan kejadian malam tadi. Aku hanya memikirkan perkataan ShadowZ. Apa aku akan mati ketika tertidur, mati dalam mimpi? Aku belum mempersiapkan apapun. Bahkan kejadian-kejadian aneh ini aku tak menginginkannya. Aku tak sengaja terlempar ke dunia yang aneh. Dengan begitu saja aku ikut dalam masalah dan bahaya, bahkan aku tak tau apa yang terjadi sebenarnya.
“Jim!” tiba-tiba sebuah suara membuyarkan segala lamunan kebingunganku. Dan ternyata suara itu merupakan suara seorang guru yang tengah menjelaskan pelajaran di depan. “Jim! Cepat kerjakan soal di papan!” Dan ternyata aku baru sadar, di papan tulis telah penuh dengan berbagai coretan.
“Ya, pak!” jawabku sambil mengamati coretan-coretan di papan tulis dengan seksama dan teliti. Kemudian ku melangkah ke depan, mengambil sebuah spidol yang tersedia, dan mengerjakannya dengan mudahnya. Ya, bukan soal yang sulit. Tapi di saat mengerjakannya pun aku masih terngiang akan hal itu. Aku masih belum percaya akan hal itu, masih terasa seperti mimpi, tapi begitu nyata. Kemudian aku langsung kembali duduk. Ya, aku tak boleh memperlihatkan kepanikan dan kebingungan dalam diriku.
*****
Jam menunjukkan pukul 03.45 sore. Bel sekolah telah berbunyi. Seperti biasanya, Aku pun pulang sekolah dengan berjalan bersama beberapa orang temanku. Kali ini aku dan keempat pemuda lain yang merupakan teman-teman di sekolahku berjalan secara beriringan menuju ke rumah masing-masing, yang setidaknya kami satu jalur.
Ketika telah sampai di rumahku, tanpa membuang waktu, aku langsung mandi, kemudian mengenakan celana panjang hitamku dan juga hem biru gelapku. Lalu ku beristirahat sejenak.
*****
Sudah pukul 05.00 sore, ternyata aku ketiduran sejenak. Tapi.... tapi mimpi itu tidak menghampiriku. Apa ini artinya hanya mimpi pada malam hari? Kemudian aku bergegas ke dapur dan mencoba untuk membantu ibuku di dapur. Dari dapur aku tau adikku sedang melakukan seseuatu, walau aku tak melihatnya dan tak tau apa yang sedang ia lakukan. Ya, aku melakukan ini dan itu, mengerjakan berbagai kegiatan di rumah, dan juga bermain keluar bersama adikku. Hingga tak terasa hari sudah gelap.
Pukul 08.00 malam, seperti biasa kami sarapan bersama di ruang makan di belakang. Sesekali kami bercanda dan tertawa ringan. Selesai makan kami mengobrol sebentar. Aku pun mencoba berkata, “Apakah akan terasa aneh jika mati dalam keadaan masih tertidur?”
“Tidak, tidaklah terasa aneh. Setiap manusia akan menemui ajalnya, jika ajal seseorang sudah datang, maka orang tersebut dalam kondisi seperti apapun, bahkan ketika masih tertidur.” Ibuku menjawab dengan jawaban yang bagus.
“Tapi, apakah tidak aneh jika penuh luka saat tertidur?” tanyaku lagi.
“Emangnya kenapa, kak?” adikku ikutan bertanya.
“Oh, bukan apa-apa.”
“Ya, ada apa denganmu, Jim? Akhir-akhir ini kau terlihat aneh.” Ibuku bertanya.
“Tidak ada apa-apa, bu. Kalau pun ada, mungkin hanya masalah kecil.” Jawabku dengan sedikit berbohong untuk menutupi hal itu. Kalau pun aku cerita, ku kira tak akan ada yang percaya, hanya akan terdengar seperti dongeng anak kecil.
Setelah mengobrol ringan, aku kembali memasuki kamarku, menuju tempat tidur, mengambil tas dan mempersiapkan buku-buku pelajaran untuk besok kamis. Kemudian membuka buku-bukuku sambil berbaring, dan aku pun sudah menduga aku akan kembali lagi ke tempat itu. Huh, ku mencoba tegarkan diri, dan membaca salah satu buku sambil berbaring. Ya, aku tau.
------------------------------
“Huam….” Ku menguap dan ternyata baru saja ku tertidur, kini ku kembali terbangun. Sigh. Sudah ku duga. Aku ke tempat ini lagi. Berarti benar, hanya ketika tertidur di malam hari. Uh, aku masih di atas pohon tinggi ini. Sial.
“Krwuakkkkk.........!!!!!!!”
“Arggghhh....” aku sedikit berteriak sambil menutup telingaku dengan kedua tanganku, tiba-tiba saja terdengar suara keras yang memekikkan telinga. “Suara apa itu?” ku bertanya entah pada siapa ketika suara itu mulai lenyap. Ku mondar-mandir di atas pohon sekeliling, memastikan suara apa barusan tadi. Uh, tubuhku merinding, dan bergemetar. Tanpa pikir panjang lagi, ku putuskan untuk menuruni pohon besar ini.
“Krwuakkkkk......!!!!!”
Lagi-lagi suara itu, ku menutup telingaku kembali. Tapi kali ini suara itu terdengar semakin mendekat. Dan saat ku sadar, ku melihat sesosok entah apa di udara. Ia melesat ke arahku dan tiba-tiba berhenti di udara dengan kedua sayapnya masih mengepak di udara. Ya, dia memiliki sayap. Sekarang dia mungkin berada di ketinggian 5-6 meter di jarak 4 meter di depanku.
“Oh, jadi ini bocah yang di bawa ShadowZ itu ya?”
Dari bawah tanah ini, aku dapat melihatnya sosoknya. Kulitnya berwarna coklat kusam sedikit kehitam-hitaman dengan beberapa goresan seperti luka. Hidungnya datar, hanya seperti dua lubang di atas mulutnya. Dari dalam mulutnya aku dapat melihat taring-taringnya yang tajam. Dagunya panjang, runcing ke bawah. Matanya sedikit sipit dan menyalak. Rambutnya hitam dan acak-acakan seperti bangun tidur. Pakaiannya serba panjang dan lebar dengan berbagai sobekan di sana sini dan berwarna hitam legam, terlihat aneh saja. Di kedua tangannya, aku dapat melihat jari jemarinya yang panjang dan runcing, masing-masing tangannya juga memegang dua benda tajam seperti jarum yang panjang, ia memegangnya layaknya sumpit. Dan juga dia memiliki sayap tentunya, untuknya terbang, sayap yang cukup besar, mungkin seukuran dengan tubuhnya.
“Baiklah akan aku lihat seberapa hebat kemampuanmu.” Katanya sambil melesat ke arahku.
“Apa?!?” kataku terkejut. Aku dapat melihatnya seperti hendak menyumpitku dengan jarum-jarum yang ia pegang. Ia terbang ke arahku, dengan segera ku berlari ke sana kemari mencoba untuk menghindar dan menjauhinya. Tapi ia terbang. Curang. Ia berhasil mendekatiku dan mengggoreskan jarumnya ke pipi kananku. Kontak saja aku terkejut dan melompat ke arah kiri sambil mencoba memukulnya, tapi sia-sia, dia dengan mudahnya terbang menghindar dan kembali menjaga jarak.
“Huh, apa hebatnya bocah seperti ini, kenapa Grengor harus menyuruhku membunuh bocah ingusan seperti ini, dan juga kenapa ShadowZ mencoba melindungi dan membawa bocah seperti ini. Oh ya, kemana juga ShadowZ itu?” Kata makhluk itu.
“Cih, kau tak perlu tau dan tak usah bicara. Kau sendiri dasar pengecut, hanya berani terbang ke sana kemari menghindari serangan bocah yang tak membawa senjata apa-apa, padahal kau membawa senjata.” Ku memberanikan diri untuk berbicara.
“Sial. Aku diremehkan oleh bocah seperti ini.” Kata makhluk itu sambil turun ke bawah. Kemudian kakinya menyentuh tanah dan sayapnya menggulung ke tubuhnya menjadi seperti sebuah jubah yang menutupi pakaiannya. “Baiklah, bocah, ayo perlihatkan kemampuanmu.” Lalu ia melemparkan salah satu jarumnya ke tanah di depanku. “Ambillah, ayo kita bertarung, aku berjanji tak akan terbang untuk melawanmu.” Dengan segera ia telah siap memasang kuda-kuda untuk bertarung
“Sial. Matilah aku.” Kataku dalam hati. “Aku dan mulut besarku.” Sebelum ia menyerang ku mencoba mengulur waktu dulu, mungkin ShadowZ akan segera datang. “Sebelum kau dapat membunuhku, setidaknya sebutkan dulu namamu.” Kataku sambil mengambil jarum besar di depanku. Entah apa yang ku lakukan, tapi setidaknya itu akan terlihat seperti aku siap bertarung.
“Baiklah bocah, panggil saja aku, Horky. Ingat nama itu baik-baik hingga ke akhirat nanti.”
“Kalau begitu panggil saja aku Jim. Mungkin kau tak akan menemui nama itu di akhirat.”
“Baiklah perkenalan selesai.” Sial. Orang ini serius. Padahal aku ingin lebih lama mengulur waktu. Tapi tanpa pikir panjang ia berlari melesat ke arahku. Kontak saja ku melompat ke arah samping dan berlari menuju pepohonan. Ku bersembunyi di balik salah satu pohon besar.
“Hey, bocah, inikah cara bermainmu? Bersembunyi dibalik pepohonan, lalu secara tiba-tiba menyerang dari arah yang tak disangka? Kau kira kau bisa memberiku serangan kejutan seperti itu? Seranganmu dari mana saja tak akan bisa mengenaiku, ku jamin itu.” Kata orang itu sambil bergerak mencariku.
“Gila aja, bahkan aku sama sekali tak sempat berpikir untuk menyerang.” Kataku dalam hati. Tapi tak ada salahnya mencoba. Ku masih bersembunyi dan mengintip setiap langkahnya. Dia semakin mendekat. Dan semakin dekat, kini ia berada di balik salah satu pohon di seberang pohon besar dimana aku berada sekarang. Ya, sekarang aku berpikir untuk mencoba menyerang jika ia mendekat seperti yang ia katakan. Tapi sepertinya akan sia-sia seperti yang ia juga katakan. “Jika menyerang secara tiba-tiba akan sia-sia saja seperti yang kau katakan, bagaimana jika serangan secara langsung?” Ku memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menghadap ke arahnya.
“Bukan seperti itu yang ku maksud bocah, atau ku panggil saja Jim, maksudku serangan bocah sepertimu tak akan mampu mengenaiku. Sadarilah, level kita jauh, aku adalah pembunuh profesional, bahkan tingkat elit, namaku sudah sangat terkenal di dunia liteirin. Sedangkan kau? Pahlawan? Atau prajurit terlatih? Atau seorang petarung handal? Bukan, kan? Kau hanya bocah biasa, aku tau itu.”
Sial. Ia benar-benar meremehkanku, tapi setidaknya yang ia katakan benar apa adanya. Uh, mungkin dia yang disebut ShadowZ sebagai pembunuh bayaran yang merupakan prajurit Grengor. “Mungkin yang kau katakan benar, tapi kita tak akan tau jika tak mencobanya.” Dengan bodohnya ku mengatakan hal seperti itu dan memasang kuda-kuda siap bertarung.
Tiba-tiba. Sepertinya Horky menyadari sesuatu. Tiba-tiba saja ia melompat mundur dan mengembangkan sayapnya, terbang ke tempat longgar yang tak banyak pohon yang menghalangi, sehingga ia dapat terbang bebas. Ada apa? Sebelum ada yang sempat menjawab, aku dapat melihat sesosok bayangan berlari dengan cepat ke arah Horky terbang sekarang. Itu ShadowZ. Aku selamat.
“Bagaimana denganku Horky? Bagaimana levelku dalam pandanganmu.” ShadowZ segera berkata.
“Hey, kau berjanji tak terbang sebelumnya.” Ku memotong pembicaraan setelah berlari ke arah mereka berada. Tapi tetap menjaga jarak dari mereka.
“Aku berjanji jika melawanmu, bocah! Tapi sekarang situasi berbeda. Sial.” Jawab Horky dengan raut muka seperti kesal.
“Ada apa? Apa sekarang kau takut?” tanya ShadowZ.
“Mana mungkin. Aku pembunuh terhebat yang pernah ada. Bahkan aku telah menanti saat seperti ini. Aku telah mempersiapkan segala sesuatu untuk bertarung denganmu sebelum ini.”
“Owh, sepertinya levelku cukup tinggi ya dalam pandangan pembunuh bayaran sepertimu.”
Dasar, orang-orang ini serius, tak mau membuang-buang waktu mereka. Lihat saja, dengan segera ShadowZ menghunuskan kedua pedangnya, kemudian langsung melompat ke salah satu pohon yang besar dan berlari menaiki pepohonan. Hingga di ketinggian tertentu ia melompat dengan cepat ke udara dan melesat ke arah Horky berada. ShadowZ berusaha menyerang dengan kedua pedangnya, tapi Horky menghindarinya dengan mudah. Dengan sigap, ShadowZ yang masih berada di udara yang kehilangan targetnya langsung mendaratkan kakinya ke pohon yang lain di depannya. Kemudian berbalik kembali melesat ke arah Horky. Kali ini ia mengeluarkan beberapa sayatan berkilau dari kedua bilah pedangnya. Tapi lagi-lagi Horky berhasil menghindarinya dan kali ini ia mencoba menyerang balik dengan melempar jarum-jarum di tangannya, tapi ShadowZ pun menghindarinya. Dan ShadowZ kembali mendaratkan kakinya ke pohon, tapi sekarang ia menancapkan kedua pedangnya ke pohon itu, membuatnya berjongkok di pohon secara vertikal.
“Aku tak selemah dulu, ShadowZ.” Tiba-tiba Horky berkata. “Aku tak akan lagi mudah untuk diserang seperti dulu. Kali ini aku berbeda, aku jauh lebih kuat. Aku tak akan kalah lagi darimu. Dan akan ku pastikan aku yang akan mengalahkanmu.”
“Akan ku pastikan juga kau tak akan kabur seperti dulu.” Balas ShadowZ
“Tak akan kali ini. Aku pasti akan membunuhmu.”
“Percaya diri sekali kau.” Kemudian ShadowZ melompat kembali ke udara, tapi kali ini ia melompat berputar di udara dan ia mengeluarkan kilauan cahaya membentuk anak panah. Dan Horky kembali menghindarinya, dengan seketika saja rupanya ShadowZ sudah melemparkan pedangnya ke arah Horky. Pedang pertama meleset, tak mengenainya. Pedang kedua hampir mengenainya, tapi berhasil dihindari pula. Dan ketika ku melihat kedua pedang ShadowZ yang meleset dan mengenai sebuah pohon hingga tertancap di sana, ternyata dengan cepat ShadowZ sudah menyarangkan tinjunya ke wajah Horky, ia terpelanting ke bawah. Dan ShadowZ pun mendarat turun ke bawah. Namun ketika Horky hampir jatuh ke tanah, Horky sudah berhasil menjaga keseimbangannya dan terbang rendah di bawah sana. ShadowZ pun telah mendarat mulus ke tanah, kemudian Horky kembali terbang ke atas, berusaha menjaga jarak dari ShadowZ.
“Sialan, kau telah memukul wajahku ini.” Dengan segera Horky kembali melemparkan jarum-jarum yang sudah ia pegang di tangannya lagi, padahal sebelumnya ia telah melemparkannya. ShadowZ berlari dan dengan mudah menghindarinya. Tapi Horky terus melemparkan jarum-jarum ke arah ShadowZ. Padahal ia sudah melemparkan jarum-jarum di tangannya, tapi sepertinya jarum yang ia pegang terus ada walau telah di lempar berkali-kali. Puluhan jarum mengarah menuju ShadowZ. ShadowZ berlari dan menghindarinya, kemudian menaiki sebuah pohon yang tertancap kedua pedang di atas pohon tersebut. ShadowZ terus menaikinya, kemudian mencabut kedua pedangnya yang tertancap di sana dan langsung meloncat berputar ke udara. Puluhan jarum yang melesat telah menantinya, dengan sigap ShadowZ menangkis seluruh jarum yang mengarah padanya dan segera melesat menuju Horky, mencoba menyerang Horky.
Tiba-tiba aku merasakan goncangan kecil, mungkin mereka yang di atas sana tak merasakannya. Tapi jelas aku tau goncangan apa ini. Ya, ketika aku melihat di seberang kananku, aku dapat melihat sesosok bertubuh besar di balik pepohonan di sana. Sial. Itu pasti Bastrik. Ia telah berhasil sampai sini. Sebelum ia benar-benar sampai ke tempat pertarungan antara ShadowZ dan Horky, aku berlari ke sana, mendekati tempat terlihatnya Bastrik berada. Dengan masih memegang jarum besar yang diberikan Horky tentunya, dengan tangan kiriku.
Entahlah apa yang ku rencanakan, aku hanya tak ingin Bastrik mengganggu pertarungan ShadowZ, ku berlari ke pepohonan dalam kegelapan di mana Bastrik berada. Tapi....
0 comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^