Sunday, 2 October 2011 - , 4 comments

SENTUHAN MALAM part I - Rebirth

Dalam kegemerlapan malam, kupandang kerlap-kerlip bintang, entah apa yang terpikirkan olehku, hanya terasa keinginan untuk menggapainya sekali… sekali saja… ingin sekali saja ku mengarungi lautan angkasa. Mataku terus terpanah menatap kemegahannya, kutebarkan seluruh pandangan ke arah bintang-bintang. Belum puas ku merasakan segala keindahannya, tiba-tiba segala lamunanku  pudar oleh suara yang memanggilku.
“Jim, Jim! Lekaslah turun.”
“Ya, bu!”


Ternyata suara ibuku telah memanggilku, dengan segera ku turun dari loteng rumahku, ku pijaki satu persatu kayu-kayu yg tertancap pada tembok sisi kiri rumah sebagai tangga untuk turun dari loteng, kemudian ku berlari memasuki rumah.
Ibu dan adik laki-lakiku yang berumur hampir 10 tahun, Ferdi, telah siap di meja makan. Ya, di rumah hanya ada kami bertiga. Ayahku telah meninggal ketika aku masih kecil. Namun, kami tetap masih dapat hidup bahagia di keluarga kecil ini.
Kami pun makan malam seperti biasa. Selesai makan, aku mengobrol sebentar dengan mereka, hingga hari terasa sudah cukup malam, lalu ku melangkah ke seberang meja makan yang tak lain adalah tempat masak dan tepat dipinggirnya merupakan tempat mencuci piring. Lalu, aku langsung melangkah ke kanan dari tempat masak itu dan memasuki kamar mandi. Segera setelah itu, aku bergegas menuju kamarku yang berada di sebelah kiri jalanan penghubung ruang bagian depan dengan belakang –jika dilihat dari ruang depan–. Sedangkan di sisi lain terdapat satu kamar lagi di mana adik dan ibuku biasanya tidur. Ya, kamar tidur kami mengapit jalanan penghubung antara ruang depan dengan dapur, ruang makan, dan juga kamar mandi di bagian belakang.
Lalu ku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarku. Ketika ku memasuki kamar, segera saja ku melihat tumpukan buku pelajaran SMAku yang berantakan di atas tempat tidurku. Ya, aku hanya pelajar SMA biasa berumur sekitar 17 tahun yang –setidaknya sekarang ini– menjalani hidup seperti pelajar SMA pada umumnya. Pakaian yang kukenakan hampir selalu berupa hem, walau telah malam dan hendak tidur seperti sekarang ini, kinipun ku memakai hem berwarna gelap, campuran motif warna hijau gelap dan biru gelap yang terlihat serasi dengan celana panjang hitamku –setidaknya menurutku–. Dan sekarang, telah malam, besok juga hari Minggu, apa yang hendak kulakukan sekarang, ku tatapi tumpukan buku tersebut, dan dalam sekejap, ku meminggirkan buku-buku tersebut untuk berbaring di atas tempat tidurku yang berada di pojok kamar, menempel pada tembok yang tepat terdapat jendela pada tembok tersebut. Ku berbaring dan memandang keluar jendela. Sadar ataupun tidak, aku telah mengambil salah satu buku yang berserakan di sebelahku. Entahlah, apa yang hendak ku lakukan, ku hanya memutar-mutar buku dan memandang keluar jendela... hingga... terlelap…..
------------------------------

Ku membuka mata dan membangunkan diri dari tidur lelapku, tapi rasanya ku belum..... Entahlah, ku langsung bangkit dari tempat tidurku, membuka pintu dan langsung hendak menuju kamar mandi. Tapi rasanya aneh, sepi sekali, sudah jam berapa ini, kenapa masih sepi. Aku lupa melihat jam sebelumnya. Sebelum sempat melangkah ke belakang, ku melihat pintu kamar di seberang kamarku sedikit terbuka. Kemudian langsung ku mengintip masuk ke dalam kamar. Dan ternyata adik dan ibuku tidak ada di dalam kamar. Berarti mereka sudah bangun, pikirku. Ku menuju ruang belakang, tetapi tak ada siapapun di sana. Karena merasa aneh, kuputuskan untuk melihat kondisi rumah terlebih dahulu. Dan ketika menuju ke ruang depan, ku melihat pintu rumah juga sedikit terbuka. Berarti sudah ada yang keluar rumah, pikirku lagi.
Tanpa pikir panjang, ku menuju keluar, menatap sekeliling halaman rumahku yang kecil. Di jalanan setapak juga tak terlihat seorang pun lewat. Eh, yah, kenapa ku baru sadar, langit masih gelap, ku hendak masuk kembali, tapi entah mengapa ku malah melewati halaman rumah ke jalanan setapak. Di jalanan setapak, ku menoleh ke kanan, memandang jalan raya yang agak jauh di sana. Ya, rumahku berada masuk ke dalam gang sempit dan di ujung jalan sana ku melihat jalan raya  yang.... tak terlihat apapun....?
Biasanya, di jalan raya selalu saja terlihat kendaraan berlalu lalang walau tak banyak, sekalipun hari masih gelap. Tapi, sekarang? Ku tak melihat satupun, dan siapapun. Ku melangkahkan kaki hendak menuju jalanan raya dan melihat keadaan di sana. Namun, aneh? Ku melewati semak belukar yang rimbun. Tunggu? Ku menoleh ke belakang dan ternyata... aku sudah berada di... hutan, mungkin.... Karena di sini penuh dengan pohon yang besar dan juga tinggi.
Hay... ku baru melangkah beberapa kaki saja tapi kenapa....? Uh, secara tak sengaja ku melihat sepintas cahaya di balik pepohonan dan semak di sana. Ku melangkah lagi beberapa kaki, dan mengintip di balik pepohonan besar. Di balik seberang pepohonan yang kulihat ke sana, terdapat daerah yang sedikit kosong dan longgar dibandingkan di sini yang penuh semak belukar dan pohon-pohon tinggi. Terdapat seorang pria berperawakan tinggi dan tegap, kalau tinggiku sekitar 1,75 m, mungkin tingginya sekitar 1,8-1,82 m. Walaupun di sini gelap, tapi aku masih dapat melihat pria itu dengan jelas, potongan rambutnya pendek berwarna coklat kehitam-hitaman, juga terlihat jenggot dan kumisnya yang tipis. Pakaiannya terlihat rapi, dengan setelan coklat gelap, terlihat berwibawa, seperti angkatan perang. Pria itu membelakangi tempat di mana ku berada sekarang. Tapi, ku dapat melihatnya melakukan sesuatu. Di depannya terdapat suatu benda yang.... memang tak terang tapi terlihat bercahaya, tapi ku tak dapat memastikan apa itu.
”Kami telah berhasil menyamarkannya, Tuan!” tiba-tiba dengan sangat cepat datang seseorang yang memanggil pria tadi dengan tuan. Orang yang ini pakaiannya tak serapi pria tadi, pakaiannya aneh, hitam dengan motif biru gelap yang aneh. Pakaiannya pula sobek di beberapa pinggirannya, tapi sepertinya itu disengaja, mungkin memang modelnya yang seperti itu. Tapi entahlah... wajahnya lebih aneh, terlihat selalu menyeringai, sepertinya pemarah, tapi tetap terlihat tenang. Tingginya hampir sama dengan pria tadi. Di wajahnya terdapat dua garis merah kelam yang timbul pada bagian masing-masing pipinya. Dan sepertinya juga terdapat dua tonjolan kecil pada bagian atas kepalanya. Lengan bajunya yang panjang mungkin menutupi tangan kanannya, tapi terlihat dia mengenakan sarung tangan pada bagian kanannya. Uh, tunggu... tangan kiri.... tangan kirinya lebih besar dari tangan kanannya. Tangan kirinya... yang jauh lebih besar tertutupi balutan-balutan kuat yang mungkin logam, dengan empat cakar besar, yang sepertinya salah satunya mungkin merupakan jempolannya. Tapi tangan kirinya begitu besar dengan cakar-cakar yang besar pula, tapi mungkin itu hanya sebuah peralatan bertempur atau senjata yang ia gunakan ditangan kirinya, pikirku.
”Kau tahu bukan? Aku tak mau ada seorang pun yang memasuki tempat ini dan menggagalkan ritualnya sebelum terbukanya dark-sanctum dan aku benar-benar memperoleh kebangkitan dalam chikara.” kata pria yang dipanggil tuan tersebut.
”Mengerti, tuan.”
”Jangan sampai ada manusia yang mengetahuinya.”
”Tapi kami bisa menghabisi manusia-manusia biasa seperti itu dalam sekejap.”
Pria tersebut langsung menjawab dengan suara lantang, ”Aku tak mau tau! Ingatlah! Jumlah manusia itu lebih banyak. Dan mereka memiliki banyak peralatan canggih yang bisa mengahabisi kalian dalam sekejap.”
”Baiklah, tuan. Itu bukan masalah. Tapi sebenarnya yang kami khawatirkan adalah dia. Dia suka mengganggu rencana dan mencari masalah.”
Entahlah, aku tak mengerti apa yang mereka berdua bicarakan tersebut. Apa maksud dari semua pembicaraan itu? Dark-sanctum? Chikara? Entahlah apa itu. Tapi sepertinya mereka hendak menyusun sesuatu rencana jahat dan kotor. Dan siapa juga yang mereka maksudkan dengan ”dia”? Uh, sepertinya aku telah menimbulkan percikan suara kecil dari dedaunan.
”Tuan.” pria yang aneh tersebut tiba-tiba bicara seperti itu.
”Cih... katanya kalian telah berhasil.”
”Tapi....”
”Aku tak suka alasan apapun. Jangan ada yang menghalangi.” bentak tuannya tersebut tanpa memberi kesempatan pria aneh tersebut berbicara lagi. Tetapi, pria aneh tersebut hanya menganggukkan kepala.
Uh, aku merasa mereka telah sadar akan keberadaanku. Bahaya. Ku bergerak pelan menjauh dari situ. Tiba-tiba aku merasa mereka benar-benar telah mengetahui keberadaanku, seperti ada angin kegelapan yang menyerangku. Secara refleks ku langsung berlari menjauh. Ku berlari secepat mungkin, dan ku sedikit mencoba menoleh ke belakang. Tapi tak terlihat ada yang mengejarku. Kemudian ku melihat sesosok pria berlari dengan cepat di balik sebelah pepohonan lebat di sebelahku. Ku melihatnya, itu pria aneh yang tadi. Sial. Larinya sangat cepat. Dan tiba-tiba dia menghilang dari pandanganku.
Ku tetap berlari dan terus berlari. Tak peduli apakah dia masih mengejar ataupun tidak. Dan juga tidak peduli..... tujuan? Sial. Benar juga, kemana ku harus berlari? Ah, entahlah, yang penting sekarang ku harus menjauh dulu dari mereka, nanti akan ku pikirkan kembali. Sepertinya mereka berbahaya. Aw.. kakiku menyandung akar pohon yang besar yang menjulang keluar tanah. Tapi aku masih dapat menjaga keseimbangan dan berdiri kembali dengan tegap. Lalu tiba-tiba, pria aneh tadi sudah ada di depanku. Kaget. Ku terkaget dan melompat mundur hingga terduduk di atas tanah. Pria itu memiliki pandangan yang kejam dan tak terlihat memiliki belas kasihan. Sepertinya percuma minta ampun dan menyerah padanya. Ku hanya bisa bergerak mundur sambil tetap terduduk dan memandangnya. Kemudian pria itu menyabetkan tangan kanannya di udara yang kosong ke arahku. Padahal jarakku dengannya lebih dari lima kaki, tapi sabetan tangannya tadi seperti mengenai dadaku dengan sangat keras hingga ku terpelanting ke belakang dan menabrak pohon di belakangku. Uh, sakit sekali rasanya. ”Uhuk, uhuk, uhuk.” Ku terbatuk kecil dan juga mengeluarkan darah pada bagian tepi kanan bibirku. Tak cukup sekali, pria itu menyabetkan tangannya kembali, dan ku terdorong ke belakang yang ditahan pohon di belakangku hingga pohon tersebut terkoyak dan hampir roboh. Sial. Ku mengeluarkan lebih banyak darah. Argh.... pandanganku mulai kabur. Ku sempoyongan hingga terlungkup di atas tanah. Ku masih dapat merasakan langkah kaki pria tersebut mulai mendekatiku. Hingga akhirnya ku tak sadarkan diri.
------------------------------

Akhirnya ku tersadar kembali. Dan ternyata ku terbangun dari tidurku. Fuh, ternyata hanya mimpi. Syukurlah. Tetapi ketika ku hendak beranjak dari tempat tidur.... ”uhuk, uhuk.” dadaku sakit sekali. Sepertinya serangan pria dalam mimpiku tadi sungguhan. Hah... mungkin hanya perasaanku saja. Baiklah, ku keluar dari kamar dan mulai melakukan aktivitasku.



NB :
· Ini adalah cerita fiksi yang pertama kali ku buat (walau sudah dapat ide dari dulu, tapi baru kali ini sedikit lebih PD untuk menuangkannya). Jadi, tolong di maklumi jika ada banyak kesalahan dan tulisannya masih amburadul gak jelas.
· Nama-nama disebut dalam cerita ini hanya fiktif belaka dan cuma nama karangan si penulis. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan ataupun terasa menyinggung.
· Walau ku tahu tulisan ini masih buruk, tapi jika ada saja yang nekad dan putus harapan untuk meng-copas cerita ini >,< tolong disertai (cukup) inisial nama penulis, yaitu JeQ dan juga harap di link ke blog ini.

    4 Blogger-Comments
    Tweets
    FB-Comments

    4 comments:

    1. lucu membacanya..tidak terikat aturan kosakata..lanjutkan menulis apa yang tertera di hati...jangan takut salah menuangkannya, apalagi mengharapkan pujian orang lain..
      met berkarya !

      ReplyDelete
    2. ahay.... emank pake kosakata yang tak teratur sama sekali

      ReplyDelete
    3. Ketika tokoh yang lain muncul.....

      Next Part : Pertarungan Dua Orang Misterius

      ReplyDelete
    4. Sedikit penjelasan :

      *Dark-sanctum, berasal dari dua kata dalam bahasa inggris, pastinya dah tau kan apa artinya? dark = gelap dan sanctum = tempat suci. entah gue sendiri gak tau apa maksudnya >,<

      *Chikara, berasal dari kata dalam bahasa Japan yang berarti kekuatan

      ReplyDelete

    Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak... ^_^